Di belahan dunia lain, terlihat seorang lelaki sedang duduk santai di ruang kerjanya, matanya menatap lurus melihat pemandangan luar dari jendela apartemen nya. Bibirnya tersenyum tipis, tangan nya tidak henti memainkan ponsel di genggaman nya, memutarkan nya perlahan bak menemukan permainan yang menyenangkan hatinya.
"Sudah hampir lima tahun ya, ku harap dia tidak melupakan perlakuan nya pada ku dulu," ucap laki-laki itu.
Suara ketukan pintu terdengar dari luar, Ia langsung mengizinkan orang itu masuk, sudah tau kalau yang mengetuk pintu itu adalah sekretaris nya.
"Maaf Tuan, jadwal kepulangan Anda sepertinya akan di undur seminggu lagi, ada beberapa pertemuan yang harus Anda hadiri sebelum Anda kembali ke tanah air," jelas seorang lelaki setengah baya, yang sudah hampir dua tahun ini mengabdi kepada nya.
"Apa kau tidak bisa menolaknya, aku ingin cepat kembali," Sekretaris itu hanya bisa berbungkuk, harus seperti apa lagi membujuk Tuan nya agar bisa melewati segala acara yang sudah ia agendakan demi kesuksesan nya.
"Maaf Tuan, tapi pertemuan ini akan menguntungkan perusahaan baru kita yang sudah mulai beroperasi di Indonesia." Bujuk sang Sekretaris, sudah tau kalau sang Tuan nya akan memprioritaskan pekerjaan daripada masalah pribadi nya.
"Akh... Menyebalkan sekali, atur saja semuan pertemuan nya, jangan membuat sedikit pun kesalahan!"
"Baik Tuan." Sekretaris itu beranjak untuk pergi, namun langkahnya terhenti karena lelaki itu kembali memanggilnya.
"Pak Candra!"
"Iya Tuan," Sekretaris itu langsung gelagapan, rupanya sang majikannya melemparkan ponselnya dan dengan sigap ia langsung menangkap nya.
"Buang SIM Card nya, dan belikan lagi yang baru!" seru nya, sambil tersenyum kecil, terselip bayangan yang menyenangkan di kepalanya.
"Kau pasti akan melacak nomor ku 'kan? tapi sayang tidak akan semudah itu Sell, tunggu saja sampai aku kembali,"
batinnya berucap dengan sinis.
***
Di waktu yang sama di kediaman rumah Ansell.
Ansell terlihat begitu terbaru-buru menaiki tangga dan langsung masuk ke dalam kamar.
Tangan nya sedari tadi menggenggam erat ponselnya dengan penuh kegelisahan.
Saat Ansell benar benar sudah masuk di dalam kamar, dengan cepat dia menyalakan ponselnya, melakukan panggilan pada nomor yang telah mengirimkan sebuah pesan pada nya.
Sial, nomer yang ia hubungi rupanya sudah tidak aktif, membuat Ansell makin geram, kesal pada orang yang telah menerornya.
"Pecundang, aku tau ini kau, ternyata setelah hampir lima tahun tidak mendengar kabar mu, kau masih saja seperti dulu." gerutu Ansell, dan kini bergegas membersihkan badannya.
Setelah menjalankan sarapan, Ansell kini kembali menemani Zahra, duduk di sofa ruang tengah sambil membiarkan Zahra tidur di pangkuan nya.
"Apa sangat lelah, wajah Adek terlihat pucat sekali?" Ansell terus mengelus kepala Zahra, dan sesekali tangannya mengelus perut Zahra.
"Lelahnya tergantikan karena senang sebentar lagi Aku akan menjadi seorang Ibu," sahut Zahra tersenyum lebar berusaha menghilangkan kekhawatiran suaminya.
"Terima kasih telah bersedia menjadi bagian dari hidup ku, bahkan sekarang kau bersusah payah mengandung anak ku," batin Ansell tidak henti hentinya kagum pada Zahra, dalam keadaan apapun dia akan berusaha baik-baik saja untuk menjaga perasaan nya.
Ansell terus mengelus perut Zahra, dalam pikirannya terselip akan perkataan Dokter saat terakhir konsul padanya.
"Bukankah perkiraan Dokter kelahiran Adek sekitar dua mingguan lagi, bagaimana kalau kita ke Rumah sakit dari sekarang."
ucap polos Ansell dengan begitu antusias, sudah begitu kasihan melihat keadaan Zahra.
"Terlalu awal Bib, dua minggu masih lama,"
"Ya persiapan saja Dek, biar Dokter bisa memperhatikan kesehatan Adek menjelang persalinan," sahut Ansell, sambil membenarkan posisi kerudung Zahra karena sedari tadi dia terus mengelus kepala nya.
"Di rumah pun kan ada Habib yang memperhatikan ku, cukup di perhatikan Habib saja Aku sudah sangat tenang," tutur Zahra tersenyum manis sambil mendongakkan wajahnya melihat Ansell yang sedang mengotak ngatik kerudung nya.
"Gadis ini, orang mengkhawatirkan nya, dia malah menggombal," gumam Ansell dengan cepat mengelus wajah Zahra dengan jemari tangannya. Sang empunya hanya tersenyum karena bisa dengan jelas mendengar gumaman suaminya.
"Beneran kok, aku lebih tenang jika Habib terus di samping ku, makanya jangan jauh jauh, baik sekarang ataupun nanti saat persalinan, Aku ingin Habib terus menemaniku." Mohon Zahra, membuat Ansell tertegun, Ansell sadar, dia memang lebih sering menghabiskan waktu di kantor daripada menemani masa masa tua kehamilan istrinya.
"Iya insyaallah Sayang. Semoga Allah memberikan kelancaran di saat persalinan nanti, dan Aku pun di berikan kesehatan agar bisa selalu di samping Adek, dan menjaga Adek dan anak kita." tutur dalam doa nya.
"Aamiin...."
Saat Ansell dan Zahra bicara, terdengar langkah kaki berjalan dengan cepat dari luar. Tidak lama terlihat Raka memasuki rumah dengan raut wajah yang tidak bisa di artikan.
"Assalamualaikum, Bos," salam Raka dengan begitu cepat belum sadar kalau Zahra pun ada di sana.
"Waalaikumsalam..." jawab Ansell dan Zahra bersamaan.
"Ekh, maaf Kak Zahra mengganggu ya," Raka sedikit canggung, melihat Zahra yang sedang berbaring di pangkuan Ansell membuatnya ragu untuk menemui Bosnya.
"Ada apa, mengganggu sekali?" Ansell menatap heran Raka, bukunya kalau akhir pekan seperti ini dia sudah menyuruh siapapun untuk tidak menggangu nya, tapi kenapa Raka masih saja menemui nya di waktu istirahat. Begitu pikirnya.
"Tidak apa-apa Bib, bukannya dari tadi pagi Raka sudah mengabari Habib," Zahra beranjak bangun, kedatangan Raka saat ini menguatkan kebohongan Ansell kalau pesan tadi pagi itu beneran dari Raka.
"Tadi pagi? perasaan Aku tidak menghubungi Bos sama sekali dari kemarin," batin Raka di buat bingung, dan langsung menatap Ansell dengan penuh pertanyaan.
"Akh, iya Dek, aku sampai lupa, ayo Ka, ikut keruangan ku!" Ansell pun beranjak berdiri, hampir saja ia lupa dengan kebohongan nya. Walau sebenarnya tidak ingin meninggalkan Zahra sendirian, dan terus membohongi nya.
"Kedatangan mu tepat sekali, mau apa sebenarnya hah?" bisik Ansell, sambil merangkul Raka dan menggiringnya ke ruang kerjanya.
"Ada masalah apa Bos sampai membohongi Kak Zahra?" tanya Raka penasaran. Kini dia berani bertanya karena sudah di ruangan kerja Ansell.
"Jangan banyak bertanya, cepat katakan ada masalah apa kau sampai kemarin?"
Ansell tidak ingin membuang waktu nya, meminta Raka to the poin apa masalah nya.
"Ais sampai lupa," Raka mengusap kasar wajah nya, penasaran dengan kebohongan Ansell sampai lupa maksud pokok kedatangannya kemari.
"Perusahaan baru yang berhasil mencuri perhatian investor kita, ternyata milik teman kita yang menghilang 5 tahun yang lalu Bos,"
jelas Raka menceritakan hasil pencariannya dengan penuh keterkejutan.
"Alex...?"
Ansell menyebutkan namanya, terkejut bukan main, perkiraan nya tentang siapa yang menerornya pagi tadi tidak terlalu mengejutkannya. Namun kabar sekarang berada, karena perkiraan tentang orang yang menerornya adalah orang yang sama yang Raka ceritakan.
Saingan bisnis Rendra Group yang entah kedepannya bisa jadi kawan, atau mungkin akan menjadi lawan.
"Iya Bos, si Alex yang dulu rupanya sudah berubah, dia sekarang sudah menjadi CEO, bahkan saham perusahaan nya lebih besar dari pada saham Bos." Raka mencerminkan nya dengan nada pelan. Ada sedikit penyesalan karena perusahaan teman lama nya itu bisa saja menjatuhkan perusahaan Bos nya.
"Selama lima tahun ini dia kemana?" Walaupun begitu terkejut, Ansell akan berusaha tenang menghadapi nya.
"Dia di luar negeri Bos, ada pengusaha yang mempercayai nya, dan ia merintis bisnis sendiri hingga sukses sampai sekarang."
"Waktu yang cukup singkat ya, rupanya dia sungguh sungguh berusaha keras sejak hari itu," batin Ansell, mengingat kembali masa masa terakhir pertemuan mereka.
"Lalu sekarang dia tinggal di mana?" tanya Ansell lagi, masih penasaran dengan kabar Alex sekarang.
"Aku belum tau Bos, hanya informasi itu saja yang bisa aku dapatkan, yang jelas perusahaan itu sedang mengincar investor untuk mengembangkan perusahaannya." jelas Raka.
"Akh, sial, dia benar benar kembali dan memenuhi janji, bagaimana dengan Alika, apa yang akan si Alex lakukan pada Alika jika dia sudah kembali? memusingkan saja." batin Ansell, kini dia menyandarkan kepalanya, berusaha mencari cara agar kedepannya semua akan baik-baik saja.
"Apa David sudah tau tentang ini?" tanya Ansell, Dia akan mengawali langkah dengan mempercayakan kepada David untuk mengurus pekerjaan kantor nya.
"Belum Bos, setelah aku meyakinkan informasi nya aku langsung kesini." jawab Raka.
"Sebelum Zahra melahirkan sepertinya aku tidak bisa full masuk kantor karena harus menemani nya, kabari David kita bertemu lagi nanti malam untuk merundingkan semuanya!"
titah Ansell, merasa informasi dari Raka sudah cukup untuk mempersiapkan kedatangan Alex.
"Alex menyebalkan, kenapa harus kembali di waktu yang tidak tepat hah."
batin Ansell mengumpat kesal. Ansell pun beranjak berdiri untuk kembali menemani Zahra lagi. Ansell ingin perhatian nya lebih mengutamakan Zahra, namun di sisi lain dia harus juga harus fokus mempersiapkan keadaan perusahaannya.
"Bos, tidak ada bayaran untuk semua informasi ku?" canda Raka, merasa terabaikan, setelah mendengar segala informasi dari nya, Bos nya malah pergi meninggalkan nya.
"Tidak ada, lagi pula informasi nya tidak menyenangkan." sahut Ansell dengan membentuk senyuman kecil, tidak membayangkan kebohongannya menjadi kenyataan karena Raka benar sudah melakukan tugasnya dan kini malah meminta bayarannya.
"Pelita loe Bos, gue laporin Kak Zahra ya kalau loe membohongi nya," ledek Raka, sambil mempercepat langkahnya sengaja mendahului Ansell.
"Wah, sialan mau kemana loe hah?" Ansell dengan cepat menarik baju Raka, bergegas merangkulnya agar dia tidak kemana mana.
**
Di sebuah rumah makan, Alika terlihat sibuk menyiapkan segala peralatan untuk membuat kue. Seperti yang Ali sarankan, Alika akan memulai semuanya dari nol, mengawalinya dengan perlahan dan berangsur-angsur.
Menambah rumah makan kecil itu dengan toko kecilnya.
Di sudut ruangan, Ali tersenyum kecil melihat pergerakan istrinya yang penuh semangat, tidak pernah membayangkan kalau seorang Alika yang biasa hidup dalam kemewahan, bersedia menikah dengan nya, yang hidup berkecukupan.
Ali kini menghampiri Alika, berjalan perlahan menghilangkan jejak kedatangannya.
"Adek," Ali mengerjai Alika, mencolek pundak sebelah kiri dan ia bergegas pindah ke sebelah kanan, sampai Alika tidak menemukan Ali di sampingnya.
"Kak Ali....!" Alika hanya bisa merajuk, bisa bisanya suaminya mengerjainya.
Ali tersenyum, perlahan melingkarkan tangannya memeluk Alika dari belakang.
"Semangat sekali, ada yang bisa ku bantu Nona?" canda Ali, sambil menyandarkan kepalanya di bahu Alika.
Alika tersenyum, suaminya itu selalu pandai sekali menghibur nya. Serasa segala lelahnya hilang saat Ali selalu di samping nya.
"Tidak ada Kak, dari kemarin Kak Ali kan sudah banyak membantu. Ini tinggal pekerjaan ringan nya. Terima kasih untuk sebelumnya," jelas Alika, mengingat segala perjuangan Ali yang telah membeli semua peralatan dan kebutuhan untuk membuka toko kue sendiri tanpa bantuan nya.
"Iya sama-sama itu tugas ku sayang, tapi apa tidak lelah dari tadi terus bekerja? istirahat dulu Dek," bujuk Ali, dan perlahan mendaratkan ciuman di tengkuk istrinya.
"Kak Ali, geli." Alika merengek, sudah tidak heran jika dalam situasi serius suaminya itu selalu melakukan tingkah sesuka nya. Karena bagi Ali hal paling menyenangkan jika melihat Alika merengek ia makin ingin terus mengerjai nya.
"Makanya istirahat dulu!" Ali tersenyum, lagi lagi mendaratkan bibirnya di tempat kesukaannya.
"Iya iya Bos ku, sebentar lagi beres kok, makanya jangan terus menggangu!" omel Alika, dan kini Ali pun melepaskan pelukannya.
"Jangan terlalu capek, kesehatan Adek lebih penting ya." nasehat Ali sambil mengelus kepala Alika.
"Iya Kak, setelah semua alat dan bahannya sudah di bereskan, aku akan membuat beberapa kue untuk permulaan," Izin Alika minta saran pada suaminya.
"Iya, setelah istirahat Adek bisa memulainya."
Respon Ali dengan senyuman nya.
"Semoga Allah mempermudah semuanya Dek," lanjut Ali dalam doa nya.
"Iya Aamiin Kak."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Ghendis
lanjut thor.semangat 45👌💪💪💪
2020-12-25
1
Sri Puji Lestari
lanjut thor
2020-12-22
0
R.F
semangat up.bom like telah mendarat jangan lupa feedback ya
2020-12-22
0