BAB 2

Jadilah seperti air putih, walaupun sederhana, tapi sangat berarti.

***

Waktu menunjukkan masih pagi, Ansell kini terlihat sudah rapih dengan setelan jas nya, setelah mendengarkan nasehat Zahra, Ansell akan belajar untuk lebih tenang dalam menjalankan aktivitas nya.

Ansell sadar akan kebiasaan nya yang selalu berlebihan menanggapi sesuatu, dan benar sekali, sikap berlebihan nya itu malah selalu mengundang kesulitan untuk nya, bahkan tidak jarang karena rasa berlebihan nya membawa rasa gelisah yang membuat hatinya tidak pernah merasa tenang.

"Dek, aku harus berangkat ke kantor sekarang, ada rapat pagi ini, Aku tidak boleh terlambat, maaf pagi pagi harus meninggalkan Adek."

Ansell bergegas merapihkan pakaiannya, mengambil dokumen yang sudah ia siapkan sejak tadi malam.

"Iya tidak apa-apa Bib, Sini, biar Adek bantu!"

Walau dengan perut besar nya, tidak membuat Zahra malas menyiapkan segala keperluan suaminya.

"Terimakasih Sayang," Dengan tersenyum senang Ansell mengelus kepala Zahra, dan mengambil semua barang yang di ulurkan istrinya.

Ansell dan Zahra kini sampai di lantai bawah, mereka sudah di sambut pelayan yang seperti biasa menyiapkan susu untuk Zahra.

"Non, Tuan, ini susunya," Sang pelayan seperti biasa menyiapkan dua gelas air susu pada tempat nya.

"Iya, terima kasih Bi?"

Ada dua raut wajah yang berbeda saat pelayan itu menyiapkan susu.

Zahra tersenyum ramah dengan penuh terima kasih. Sedangkan Ansell hanya tersenyum pasi, berharap kebiasaan itu akan segera berakhir.

"Bukannya mual muntah nya sudah sembuh, kenapa ngidam dalam hal ini belum sembuh juga?" batin Ansell berucap dengan penuh sesal.

"Dek, apa minum susu nya harus di temani lagi?" tanya Ansell dengan tersenyum yang di paksakan. Pasalnya sudah menjadi rutinitas nya harus ikut minum susu bersama dengan Zahra.

Permintaan aneh Zahra yang bahkan Ansell sendiri tidak sanggup menolaknya.

Zahra langsung tersenyum lebar, mengangguk-anggukkan kepala bak anak kecil yang sedang bahagia karena kemauannya terkabulkan.

"Akh, Dek Utun mengerjai Abie ya? Sampai kapan Abie harus ikut menemani Ummie minum susu Ibu hamil, sungguh mengidam yang aneh!" batin Ansell berbicara sendiri, mengeluh karena ngidam istrinya di luar kebiasaan Ibu hamil pada umumnya.

Kalau saja bukan Zahra yang meminta rasanya Ansell tidak akan pernah mau. Masa seorang lelaki harus minum susu Ibu hamil, begitu dalam pikirannya.

Namun apalah daya, Ansell tidak berani menolak permintaan Zahra, dan mengharuskan nya meminum susu Ibu hamil setiap pagi.

"Sepertinya aku harus menyuruh Ibu membeli susu biasa, repot kalau harus nunggu satu bulan lagi sampai Aisyah melahirkan, karena ternyata ngidam yang ini tidak kunjung sembuh juga," batin Ansell terus berucap, sambil perlahan meneguk susu nya.

"Dek, aku berangkat dulu, kalau ada apa-apa langsung telepon ya," Ansell kini berpamitan pada Zahra, dengan cepat Zahra meraih tangan Ansell dan mengecup punggung tangan nya.

"Iya Bib, hati-hati di jalan, tidak akan pulang terlalu malam kan?" tanya Zahra dengan raut wajah menggemaskan.

Membuat Ansell tersenyum manis, serasa menemukan dua sisi yang berbeda dari istrinya itu. Terkadang menggemaskan seperti seorang anak kecil yang membutuhkan begitu banyak kasih sayang, dan terkadang penuh keseriusan, yang membuat nya sampai merasa tidak pantas menjadi sosok Imam untuk nya.

"Iya sayang, aku tidak akan pulang malam, dan lagi, Alika katanya akan ke sini, jadi Adek tidak akan kesepian di rumah," Ansell kini merangkul Zahra, dan berakhir mendaratkan bibirnya mencium kening Zahra.

"Dek Utun, baik-baik dengan Ummi di rumah ya, jangan nyusahin Ummi," lanjut Ansell perlahan berbungkuk mengecup perut Zahra.

"Iya Abie," sahut Zahra dengan tersenyum lebar.

"Assalamualaikum Sayang,"

"Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh."

Ansell pun perlahan memasuki mobilnya, dan bergegas pergi ke kantor.

***

Keadaan di kantor Rendra Group.

Rapat kini sudah selesai, semua para karyawan kembali pada tempat masing-masing.

Namun berbeda dengan David, dan Keysa dua orang itu masih terlihat sibuk membereskan beberapa dokumen hasil rapat pagi itu.

"Sini Yang, biar aku saja, dari tadi pagi kau sudah di sibukkan dengan kelakuan karyawan yang malas kan," tutur David, sambil mengambil tumpukan kertas di tangan istrinya.

"Terimakasih," Keysa tersenyum lebar, perlahan menggerakkan tangannya mengelus pipi David, yang makin hari makin perhatian pada nya.

"Jangan merayu ku di sini ya, pertahanan ku bisa jebol Yang," David makin mendekatkan tubuhnya ke arah Keysa, senang dan kesal karena istrinya selalu pandai memancing hasrat nya.

"Hei, siap yang merayu aku hanya berterima kasih," jawab Keysa dengan tersenyum kecil, perlahan menundukkan badan nya, mencari aman dari tingkah nakal suaminya.

"Hei, apa kalian tidak melihat ada aku di sini, kalau mau bermesraan di luar sana! mengganggu saja," decak Ansell, yang awalnya ingin mengistirahatkan tubuh setelah rapat, dia malah di suguhkan dengan pemandangan mesra sahabatnya.

"Iri bilang Sell," sahut David dengan begitu santai, dari pada mendengarkan ocehan Ansell, dia malah tertawa puas, akhirnya ada masa membalas teman nya itu dan memanasi nya.

"Akh, sialan loe, keluar sana," umpat Ansell, melihat kemesraan David dan Keysa, ia malah merindukan Zahra yang tidak bisa ikut ke kantor karena keadaan nya sekarang yang sedang hamil tua.

"Tugas kita belum selesai Sell, iya kan Yang," David malah sengaja merangkul Keysa, menggiring istrinya itu mengambil beberapa dokumen di depan Ansell bermaksud memanasi nya.

"Aisss, anak ini menyebalkan sekali," batin

Ansell mengendus kesal, sambil memijat pelipisnya melihat tingkah menyebalkan David.

"Si Raka masih belum datang?" Ansell berusaha mengalihkan suasana, karena percuma saja menghentikan tingkah David, kalau makin di larang, teman satu nya itu akan makin gila memanasi nya.

"Katanya tadi masih di perjalanan, bentar lagi mungkin sampai." Sahut David, sambil melepaskan rangkulannya, dan menyuruh Keysa merapihkan semua dokumen nya untuk di simpan di ruangan nya.

"Aku duluan ya," pamit Keysa, dan bergegas meninggalkan ruangan itu. Sudah tau kebiasaan tiga laki-laki itu, jika mereka akan bersama pasti tidak boleh ada yang menggangu kebersamaan mereka.

Selang beberapa lama setelah kepergian Keysa, terdengar langkah kaki dari luar melangkah mendekat ke sana.

"Assalamualaikum..."

Salam seseorang dari luar yang tidak lain Raka yang baru sampai di sana.

"Waalaikumsalam," Jawab serentak David dan Ansell.

"Kenapa telat sekali? rapat nya sudah selesai," gerutu Ansell, menyambut kedatangan sahabat sekaligus suami dari adik ipar nya dengan wajah kesal.

"Maaf Kakak ipar, tau kan kelakuan wanita ngidam kayak gimana, dari tadi pagi Jenika terus minta di temani, mana bisa aku meninggalkan nya." jawab Raka menjelaskan sambil ikut duduk bergabung dengan Ansell dan David di sana.

"Dasar loe, Bini ngidam di jadikan alasan," tukas Ansell, rasanya moodnya jadi kurang baik setelah menjalankan rapat pagi ini dengan hasil yang kurang memuaskan.

"Bukan alasan Bos, usia kandungan Jenika menginjak ke empat bulan, kata Dokter mual muntah memang sering di rasakan di masa masa itu, makanya aku tidak bisa meninggalkan nya," jelas Raka, sambil perlahan menyandarkan kepalanya di bahu kursi yang di duduki nya.

"Masih mending hanya minta di temani, nah aku harus ikut...." gumam Ansell, perkataan nya menggantung, ingin mengeluh namun sudah membayangkan kalau keluhan nya pasti akan di ledek habis habisan.

David hanya bisa menyimak percakapan Ansell dan Raka; dua laki-laki yang sama sama sedang menghadapi istrinya yang sedang mengandung, dan akan menjadi seorang Ayah. Berbeda dengan nya, walau pernikahan dia dan Raka di laksanakan di waktu yang hampir sama, rupanya Keysa masih belum juga mengandung sampai sekarang.

"Sudah lah, masih mending istri loe ngidam nya hanya minta di temani saja, nah si Ansell, Nona Zahra ngidam nya pingin di temani minum susu Ibu hamil," sahut David, bicara dengan begitu santai sambil menepuk bahu Raka, dan sukses perkataan nya itu sukses membuat Ansell melebarkan matanya.

"Kenapa tidak bisa menjaga mulut hah, nyesel gue cerita ma loe," batin Ansell, begitulah yang ia utarakan lewat sorot matanya.

Berbeda dengan Raka dia terus tertawa saat tau apa yang di alami Bos nya.

"Haha.... Beneran Bos, wah pantas saja badan Bos makin hari makin berisi, rupanya penuh dengan nutrisi ya," ledek Raka, tidak henti hentinya tertawa, serasa menemukan harta karun punya ledekan untuk meledek Bos nya.

"Akh, silaan kalian, senang banget ya menertawakan gue." Umpat Ansell mengendus kesal. Tidak bisa mengelak karena itu memang kenyataannya.

"Ansell Junior di lawan, belum juga lahir, kelakuan nya udah kayak Bapak nya," David ikut tertawa sudah membayangkan akan seperti apa anak sahabat nya itu. Sekarang saja sudah banyak tingkah apa lagi nanti, begitu pikir nya.

"Betul banget Vid, ternyata yang membalas kelakuan si Bos yang suka ngerjain orang di balas ma anak nya sendiri," timpal Raka, ikut meramaikan suasana, sampai tidak henti hentinya David dan Raka terus tertawa.

Ansell hanya bisa menggelengkan kepala tidak mau meladeni ledekan dua sahabatnya.

"Sialan kalian, jangan terus tertawa, segera bereskan tuh perusahaan baru itu, jangan sampai perusahaan kita kalah sama mereka." tutur Ansell dengan begitu tegas, mengalihkan candaan mereka dan berakhir dengan keseriusan.

"Tentang Bos, biar ku telusuri dulu perusahaan baru itu, setelah itu baru kita beraksi," jawab Raka dengan tegas, walaupun dia bekerja di IF Food tapi Ansell hanya bisa percaya pada nya dalam masalah ini, apalagi jika perusahaan lain itu saingan Rendra Group, Raka akan bersemangat menyelesaikan tugas nya.

"Jika di jadikan lawan akan merugikan, ambil hati mereka dan jadikan kawan," tegas Ansell memberi saran.

"Iya Sell, setelah Raka menyelidiki nya, sisanya biar aku bereskan," timpal David, kini tiga laki laki itu kembali serius dengan pekerjaannya.

***

Di sisi lain, Gus Ali terlihat memarkir kan kendaraan motor nya di depan sebuah toko kue, perlahan turun sambil melihat kiri kanan mencari keberadaan istrinya.

"Bukannya hari terakhir belajar masuk nya sebentar, kenapa belum keluar ya?" gumam

Gus Ali, kini bersandar di motor nya menunggu Alika keluar.

Tidak membutuhkan waktu lama, Alika kini terlihat keluar dari sana. Sebuah toko kue besar yang pemiliknya merupakan teman lamanya.

Sudah dua Minggu Alika belajar membuat kue di sana, mencari pengalaman baru berharap ada ilmu yang bisa Alika manfaatkan untuk membantu meringankan beban suaminya.

"Kak Ali," dengan tersenyum lebar Alika memanggil suaminya, berjalan dengan begitu antusias menghampiri Gus Ali sambil menenteng dua dus kue di tangannya.

"Assalamualaikum Imam ku," salam Alika sambil berbukuk meraih tangan Gus Ali dan mengecup punggung tangan nya.

"Waalaikumsalam Sayang," Ali mengecup kening Alika sambil mengelus kepala nya.

Tersenyum senang melihat Alika yang

akhir-akhir ini makin manja pada nya.

"Apa sudah lama menunggu di sini?" tanya Alika masih dengan tersenyum manis menatap suaminya.

"Baru saja, bagaimana hasil belajar selama ini, apa istri cantik ku ini sudah pandai membuat kue?" tanya Ali, berusaha mensupport keinginan istrinya, walau sebenarnya belum tau apa maksud di balik keinginan Alika untuk belajar membuat kue dan meminta izin untuk belajar pada teman nya.

"Sudah dong, ini aku buatkan kue sepesial untuk Imam ku." jawab Alika begitu antusias mengangkat tentengannya.

"Dan satu lagi buat Kak Zahra," sambung Alika masih dengan begitu antusias.

"Apa rasanya di jamin enak Dek?" goda Ali dengan tersenyum jahil meledek Alika.

"Insyaallah enak Kak, kan membuat nya dengan cinta," jawab Alika membalikkan godaan Ali dengan tersenyum lebar.

"Huh, gak bisa menang kalau menggoda Adek, makin kesini makin pintar ngegombal,"

gemas Ali, berakhir mencolek ujung hidung Alika, membuat sang empunya tersenyum senang dengan perlakuan suaminya.

"Ayo berangkat, tapi maaf ya Dek aku pakai motor, tadi dari pesantren langsung ke sini." ajak Ali sambil mengambil dus kue dari tangan Alika.

Merasa tidak enak, karena Ali baru kali ini menjemput Alika dengan motor nya.

"Tidak apa-apa kok, kalau pakai motor 'kan lebih romantis." sahut Alika, berusaha membiasakan diri dengan kehidupan sekarang yang tanpa kemewahan.

Terpopuler

Comments

An-nur

An-nur

mba thor itu yang sawabikul himam kok nggak dilanjut,padahal bagus ceritanya

2021-04-30

0

R.F

R.F

like lg

2020-12-21

0

Mbak Noer

Mbak Noer

Gus Ali n Alika..
makin mesra n bersyemangat tuk membangun RT yg lebih baik .. 🥰

itu trio...
klo da kumpul...
resek dah.. kompak abiiiiissss... 🥰🤣🤣🤣🤣

2020-12-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!