'Ahlaan Zawjati

'Ahlaan Zawjati

BAB 1

Di sebuah dapur, tercium aroma masakan khas yang akhir akhir ini hampir tidak tercium lagi aroma nya.

Suara canda tawa yang terdengar dari sana, ikut menghangatkan suasana pagi kala itu.

Para pelayan yang biasanya terlihat sibuk menata makanan di dapur megah itu, kini berpindah tempat, membersihkan seisi rumah di bagian depan bergabung saling membantu dengan yang lainnya.

Sekilas memang tidak ada yang berbeda, semua pelayan bekerja seperti rutinitas pada biasanya.

Tidak lama terdengar suara langkah kaki menuruni anak tangga, semua pelayan langsung berbungkuk, antara malu dan segan menghadapi sang Tuan mereka.

"Tuan sudah turun, apa kita akan kena marah lagi?" Bisik salah satu pelayan pada teman yang lain nya, sadar kalau mereka tidak bekerja pada tempat nya.

"Entahlah, tapi ini bukan keinginan kita, Nona sendiri yang meminta, bukankah kata Nona, tidak akan apa-apa," sambungan pelayan lain. Menenangkan suasana karena sang Tuan makin mendekat ke arah mereka.

"Kenapa kalian berada di sini?" Tegurnya pada sang pelayan yang sudah ia tempatkan di bagian belakang.

Sudah tau kesalahan nya, para pelayan itu hanya bisa tertunduk malu, serba salah dengan apa yang mereka lakukan, tidak berani mencegah keinginan sang Nonanya dan tidak berani pula melanggar perintah Tuan nya.

"Aissss,"

Pria itu mengendus kesal, aroma pasakan yang sudah tercium harum memasuki rongga hidung nya, memberikan jawaban kenapa para pelayan nya berada di sana.

"Ma-maaf Tuan,"

"Dasar tidak bisa di andalkan, aku mempekerjakan kalian agar istri ku bisa istirahat, kenapa kalian membiarkan nya memasak? bagaimana kalau istri ku sampai kelelahan? bagaimana kalau terjadi apa apa pada istri dan calon anak ku hah?"

Walau rasanya ingin marah besar, tapi dia tau, kalau semua itu bukan keinginan pelayan nya, melainkan keinginan sang istri yang selalu saja ingin memberikan yang terbaik untuk dirinya.

"Maaf Tuan, tapi..."

"Akh, sudah lah, bereskan saja seisi rumah ini, jangan sampai istri ku juga yang harus membereskan nya," Decak laki-laki itu dan langsung melangkah menuju ke arah dapur.

"Huh, untung saja kita tidak di pecat, Tuan terlalu mengkhawatirkan Nona sampai segitunya, padahal hanya memasak saja tidak akan apa-apa, malah ibu hamil lebih baik banyak olahraga agar persalinan nya lebih mudah," keluh pelayan sambil menghela nafasnya.

"Wis, jangan mengumpat, tidak baik, ayo kita lanjutkan lagi pekerjaan kita, jangan sampai Tuan memarahi kita lagi,"

*

Keadaan di dapur, dua wanita yang dari tadi terus bersenda gurau kini sudah hampir selesai dengan segala kesibukan nya.

"Bu, ini sudah hampir selesai, biarkan Zahra yang membereskan nya, maaf gara-gara Zahra ingin memasak Ibu jadi ikut repot,"

Zahra kini mulai mengambil beberapa wadah untuk menyajikan pasakan nya di atas meja makan, menyuruh Ibu lekas duduk karena dari tadi sudah membantu nya.

"Tidak apa-apa Nak, biar Ibu bantu, jarang jarang 'kan kita bisa memasak bareng seperti ini, mumpung Ansell belum turun, Bos muda itu kan tidak pernah membiarkan kita ada di dapur," canda Ibu dengan senyuman dan perlahan membantu Zahra menyiapkan makanan.

Zahra hanya tertawa kecil, memang ada benarnya ucapan Ibu, rasanya Zahra sendiri sudah lama sekali tidak pernah lagi menyiapkan sarapan untuk suaminya. Karena suaminya selalu saja mencegah nya melakukan apa pun beralaskan khawatir akan kondisi nya yang sedang hamil tua.

Ya, mereka itu rupanya Zahra dan Ibu, dua wanita yang memiliki kepribadian yang sama, dan mendapatkan kasih sayang yang sama dari seorang lelaki yang selalu mengkhawatirkan mereka dengan berlebihan yang tidak lain adalah Ansell Ariana Rendra.

Sosok lelaki yang dulu terkenal playboy itu kini sudah berubah dan akan menjadi seorang Ayah.

Di arah pintu masuk dapur, rupanya ada yang memperhatikan candaan dua wanita itu.

Yang tadinya marah-marah pada pelayan takut istrinya kenapa-napa, kini dia malah tersenyum kecil memandangi dua wanita yang tengah membicarakan nya.

"Dalam hal ini mereka kompak sekali ya," batin nya, sambil perlahan mendekati mereka.

"Maaf, Bos Muda sudah di sini Bu," Ansell tiba-tiba bersuara, tersenyum kecil memergoki orang yang membicarakan nya, sambil berjalan mendekat ke arah Zahra.

Rasanya ingin sekali ia mencubit istri kecilnya itu yang selalu melanggar perintah nya dan bersikeras ingin melakukan sesuatu untuk melayaninya.

"Habib...!"

Zahra langsung tersenyum kikuk, tempo hari ia meminta izin untuk memasak menyiapkan sarapan untuk nya, namun Ansell tidak mengizinkan, karena melihat keadaan Zahra yang terlihat sangat lemas.

Namun hari ini ia benar-benar sehat dan memutuskan untuk memasak tanpa bantuan pelayan, dan tanpa sepengetahuan Ansell.

Dan tingkah nya itu sukses membuat suami khawatir.

"Sejak kapan kau di sini Sell?" tanya Ibu, sambil menahan senyum nya.

"Sejak dua orang ini membicarakan ku,"

sahut Ansell, bergegas merangkul Zahra dan mengecup kening nya.

"Bukan kah sudah ku bilang Adek harus banyak istirahat, kenapa malah sibuk di dapur, apa gunanya aku mempekerjakan pelayan kalau malah kalian yang harus repot-repot di sini," gerutu nya, dan perlahan membungkuk mengelus perut Zahra dan mengecup calon anak nya.

"Maaf Habib, tapi aku tidak apa-apa kok, kan bosan kalau setiap hari hanya berdiam diri saja," mohon Zahra dengan senyum rayuan nya.

"Huh... mana bisa aku terus melarang nya kalau selalu bilang baik-baik saja, menggemaskan sekali." batin Ansell mulai luluh melihat senyuman istrinya.

"Hei gadis cantik, makin hari makin pandai merayu ya," Dengan singkat Ansell mengecup bibir Zahra, merasa gemas mendengar rayuan istrinya.

"Habib! malu, ada Ibu," Zahra menepuk tangan Ansell, dan menundukkan kepala saat sadar Ibu dari tadi terus memperhatikan tingkah anak nya.

"Dasar anak ini," Merasa canggung jika terus di sana, Ibu pun memutuskan untuk pergi keluar, membiarkan dua insan itu untuk berduaan.

"Habib, tuh kan Ibu jadi pergi," Zahra tiba-tiba memasang wajah cemberut membuat Ansell tersenyum kecil, merasa menemukan pemandangan baru dari istrinya.

"Ini hukum untuk Adek, kalau sampai melakukan sesuatu yang membuat Adek kelelahan, bukan hanya di depan Ibu, Aku akan mencium Adek di depan semua pelayan rumah ini," bisik Ansell, dengan tersenyum senang mengerjai Zahra, yang sudah tertunduk malu karena ulah nya.

Begitulah kekhawatiran Ansell, dari saat awal kehamilan Zahra yang selalu mual dan muntah apalagi saat mencium aroma pasakan, bahkan sekalipun itu pasakannya sendiri, Ansell begitu khawatir sampai tidak pernah membiarkan Zahra untuk masuk dapur dan menyiapkan makanan untuk nya, Ansell memilih mempekerjakan koki khusus agar Zahra tidak merasa bersalah karena tidak bisa membuatkan makanan untuk nya.

Di tambah lagi melihat usia kandungan Zahra yang menginjak bulan ke sembilan, Ansell tidak tega melihat Zahra harus bergerak sana sini dengan perut besar nya, hanya dengan melihat nya saja Ansell sudah bisa merasakan lelahnya menjadi seorang wanita hamil, apalagi Zahra yang menjalani nya. Hingga dalam pikiran nya tertanam kekhawatiran lebih untuk istri kesayangan nya.

"Jangan terlalu khawatir Abi, Ummi dan Dek Utun baik-baik saja kok," hibur Zahra, memperagakan suara anak kecil sambil mengelus kepala Ansell yang kini sedang mencium perut besar nya.

"Kau selalu saja bisa menenangkan ku, tapi aku takut kau kenapa napa Aisyah," batin Ansell mengeluh resah.

"Ini yang terakhir ya, jangan terus membuat ku khawatir, aku tidak tega melihat Adek mual muntah saat mencium aroma pasakan, Aku tidak ingin Adek sampai kelelahan." Kembali merangkul Zahra tanpa mengalihkan tangan satunya lagi mengelus perutnya.

Zahra bisa merasakan kehangatan pelukan Ansell, merasakan kekhawatiran dari seorang lelaki yang akan menjadi Ayah dari anak yang kini bersemayam di perut besar nya.

"Terimakasih ya Allah, terimakasih telah menjadikan suamiku jalan pelantar atas segala kasih sayang Mu," batin

Zahra begitu terharu, sebelumnya tidak pernah ia merasakan kasih sayang sebesar ini dari anggota keluarga nya, bahkan Ayahnya sendiri pun, tidak pernah mengkhawatirkan nya seperti ini.

"Tidak apa-apa Bib, hanya menyiapkan sarapan tidak membuat ku lelah, dan sekarang mual muntah tidak terasa lagi kok," Zahra berusaha menenangkan Ansell, menghilangkan rasa khawatir yang di rasakan suaminya.

"Tapi tetap saja, Adek harus banyak istirahat, kaki Adek sudah bengkak sayang," Ansell kini menggiring Zahra duduk di kursi, langsung berjongkok memastikan keadaan Zahra.

"Habib, tidak apa-apa, kenapa malah duduk di bawah," Zahra terkejut melihat Ansell yang segitunya mengkhawatirkan dirinya nya.

"Jangan banyak bergerak, kaki Adek biar ku pijat, pasti sangat lelah kan dari tadi terus berdiri menyiapkan sarapan sebanyak itu," Walaupun terus menggerutu, tangan Ansell dengan lembut mulai memijat kaki Zahra.

"Terimakasih Habib,"

Zahra terus memperhatikan pergerakan Ansell, merasa tidak enak dengan sikapnya. Di tambah lagi dengan posisi sekarang Ansell yang sedang duduk di bawahnya, membuat Zahra kasihan karena selama ini Ansell terlalu berlebihan mengkhawatirkan nya.

"Habib," panggil Zahra dengan suara lembutnya.

"Hemmm," Ansell menjawab singkat, karena masih fokus dengan pijatan nya.

"Maaf, Adek tau, Habib seperti ini karena mengkhawatirkan kesehatan Adek dan Dedek Utun, tapi alangkah baiknya tidak harus berlebihan Bib," Zahra perlahan meraih tangan Ansell, menghentikan tangan Ansell yang sedang memijatnya. Membuat Ansell mendongkangkan wajah melihat wajah Zahra.

Zahra tersenyum kecil, perlahan menggeser kursi di sebelah nya, meminta Ansell menghentikan pijatan nya dan menyuruhnya duduk di kursi itu.

"Kenapa?" Walau masih bingung, Ansell kini beranjak berdiri dan duduk di sebelah Zahra.

"Terimakasih atas segala kasih sayang Habib, tapi tidak harus berlebihan Bib, Adek baik-baik saja, jadi jangan terlalu khawatir seperti itu,"

"Maaf, Apa aku salah jika mengkhawatirkan Adek?" Ansell kini menggerakkan tangannya, mengelus perut Zahra, seolah sedang meminta maaf pada calon anaknya, karena ia tidak bisa jadi Ayah yang baik untuk nya.

"Tidak salah jika mengkhawatirkan keadaan seorang istri, itu memang salah satu dari tanggung jawab seorang suami, tapi yang menjadi salah adalah berlebihan nya Bib." Walau ragu, Zahra berusaha menjelaskan, tidak ingin suaminya melangkah lebih jauh dalam kesalahan.

Ansell seketika tertegun, mendengar perkataan Zahra, membuat nya sadar ada kesalahan yang telah Ia perbuat.

"Maaf," Hanya itu yang keluar dari bibir Ansell, tertunduk malu karena sampai sekarang masih belum bisa menjadi Imam yang baik untuk istrinya.

"Terimakasih banyak telah mengkhawatirkan kita, Dek Utun pun pasti bangga punya Abie yang selalu menyayangi nya. Tapi alangkah baiknya jangan terlalu berlebihan, karena apapun yang berlebihan umumnya tidak mendatangkan hal positif Bib, malah itu bisa merugikan." Zahra perlahan menyandarkan kepalanya di bahu Ansell, berusaha menjelaskan tanpa menyakiti perasaan suaminya, atas apa yang ia katakan.

Zahra berusaha menjelaskan, bahwa

rasa khawatir dan sayang pada seseorang yang di cintai dan di sayangi memang baik, terutama dalam sebuah rumah tangga itu adalah kunci untuk terbentuknya keluarga sakinah.

Namun hal baik itu bisa menjadi buruk, jika kita melakukan nya dengan berlebihan (Ishraf).

Dimana, Ishraf dalam ajaran Islam adalah berlebih lebihan dalam melakukan sesuatu tindakan sehingga berada di luar batas kewajaran, dan Ishraf itu tidak di sukai Allah.

Sebagai seorang muslim kita di tuntut untuk tidak melakukan sesuatu yang berlebihan, sikap berlebih lebihan sendiri tidak di sukai Allah, sebagimana di sebutkan dalam Al-Qur'an;

"Innallaha laa yuhibul musyrifin"

Yang artinya Allah tidak menyukai yang berlebihan.

Allah melarang orang berlebihan dalam hal ibadah maupun aktivitas kehidupan sehari-hari. Apapun yang berlebihan umumnya tidak mendatangkan hal positif, malah bisa merugikan, dan akan menghadirkan konsekuensi yang akan kembali pada dirinya yaitu berupa kesulitan.

"Terimakasih, terimakasih banyak karena selalu mengingatkan ku, terimakasih Sayang,"

Dengan penuh kasih sayang Ansell merangkul Zahra, mengelus kepala yang bersandar di bahu nya, dan perlahan mengecup nya.

"Sama-sama Habib, terimakasih juga karena Habib pun selalu mengingatkan ku, terimakasih untuk semuanya."

Terpopuler

Comments

Ainin Mu

Ainin Mu

jgn keburu lahir q msh pngin momen Zahra hamil thor

2021-11-03

0

Ummu Sakha Khalifatul Ulum

Ummu Sakha Khalifatul Ulum

Lanjut

2021-04-30

0

An-nur

An-nur

Alhamdulilaaah nemu lanjutanya ansel sama zahra,langsung aku favorit

2021-04-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!