04

Dion memasuki kamarnya dengan sedikit emosi, bagaimana tidak emosi medengar pertanyaan Laras yang tak masuk akal itu.

"Apa kau gila? kau pikir aku ini pria macam apa yang menikah lagi disaat istriku sedang berjuang antara hidup dan mati!" bentak Dion yang tak menyangka Adik iparnya akan menanyakan itu semua.

Dion membanting sendoknya tak peduli dengan Laras yang ketakutan dan hampir menangis karena Ia membentaknya cukup kasar.

Dion masih tak menyangka bagaimana bisa Laras berpikir sejauh itu disaat Ia benar benar terpuruk dengan keadaan istrinya.

Dion mengambil bingkai foto pernikahan nya dan Naya yang berada dimeja kamarnya.

Ia menatap foto itu, melihat dirinya dan Naya menghadap kamera dan tersenyum.

"Apa kau juga akan menanyakan seperti itu sayang? apa kau juga akan meragukan kesetiaanku padamu?" tanya Dion tanpa Ia sadari air matanya menetes tak kuasa menahan rindu yang sangat hebat.

"Aku rindu sayang, cepatlah sadar aku benar benar sangat merindukanmu." kata Dion sambil memeluk bingkai foto pernikahan mereka.

Sementara itu Laras merasa sangat bersalah pada Dion karena menanyakan sesuatu yang membuat Dion sangat marah, tentu saja Dion marah lagipula siapa yang tidak akan marah jika ada yang bertanya seperti itu. dan lagi pikiran Dion yang sedang kalut mungkin membuatnya semarah tadi.

"Apa Aku harus meminta maaf?" batin Laras. "sepertinya iya aku harus meminta maaf." gumam Laras.

Laras berjalan menuju kamar Dion, sesampainya didepan kamar Laras cukup ragu harus masuk atau tidak, akhirnya Ia memutuskan untuk berbalik kekamarnya saja, Laras masih tak mempunyai nyali untuk meminta maaf melihat bagaimana marahnya Dion tadi, baru pertama kali Dion semarah itu padanya.

Mungkin Laras akan meminta maaf besok saja.

...

Paginya seperti biasa setelah memandikan Zahra, Laras mengajak Zahra turun dan melihat Dion sudah duduk dimeja makan.

Jantung Laras berdegup kencang memikirkan dirinya harus bersikap seperti apa pada Dion.

"Papaa.." teriak Zahra girang melihat Dion yang tengah mengolesi roti dengan selai.

"Uhh princess Papa udah cantik ya." Dion segera merengkuh Zahra dan menciumi gemas.

"Hari ini aku sedikit senggang, jadi biarkan Zahra ikut denganku." kata Dion dengan nada suara dingin. "Kau istirahat saja." kata Dion lagi.

"Baiklah mas, aku mungkin akan ketempat mbak Naya." kata Laras sedikit menunduk.

Dion hanya mengangguk lalu mendengarkan celotehan Zahra, sementara itu Laras terlihat sedih melihat kakak iparnya masih marah hingga tak ingin Zahra bersamanya.

Setelah melepas kepergian Zahra dan Dion yang sudah meninggalkan pekarangan rumah , Laras terlihat kembali kedalam untuk mengambil tas karena Ia akan pergi kerumah sakit.

"Lho, Non Zahra ikut Tuan?" tanya Bik Inah saat Laras memasuki rumah seorang diri.

"Iya Bik, ya udah aku juga mau pergi kok." jawab Laras.

"Mau kemana Non?" tanya Bik Inah.

"Kerumah sakit Mbok, ketempat mbak Naya." balas Laras.

"Ya sudah Non, hati hati." kata Bik Inah yang hanya diangguki oleh Laras.

Bik Inah menatap Laras menaiki tangga, Bik Inah bisa melihat raut sedih yang terpancar diwajah Laras, melihat Semalam Dion membanting sendoknya yang Bik Inah sendiri juga melihat kemarahan Tuan Dion yang jarang Ia lihat itu.

Sebenarnya apa kesalahan Non Laras hingga Tuan Dion bisa semarah itu batin Bik Inah menggelengkan kepalanya dan segera pergi dari sana.

Setelah diantar oleh ojek online yang Ia pesan, Laras sudah tiba didepan rumah sakit Prima Husada tempat dimana sang kakak dirawat.

Laras memasuki ruangan 36B dimana disana Ia melihat Naya yang terbaring memejamkan mata dengan banyak alat yang ada ditubuhnya.

"Mbak... ini aku Laras." kata Laras yang sudah duduk dikursi pinggir ranjang.

"Mbak, sadar dong mbak, jangan tinggalin aku." sedih Laras melihat sekarang dirinya hanya sebatang kara tak memiliki siapapun.

"Eh ada Non Laras." kata Rina yang baru saja memasuki ruangan rawat Naya.

Rina adalah asisten rumah tangga yang ditugaskan menjaga Naya selama koma dirumah sakit.

"Mbak Rina habis darimana?" tanya Laras.

"Ini Non abis dari beli sarapan." jawab Rina sedikit tak enak.

"Bosen ya mbak jaga disini sendirian?" tanya Laras lagi.

"Enggak kok mbak, kan ada tv sama hp." cengir Rina.

Keduanya pun berbincang cukup lama hingga tak terasa sudah siang.

"Mbak mau makan siang disini? biar saya belikan." tawar Rina.

"Enggak usah, saya juga mau balik mau ketemu sama temen juga." balas Laras.

"Ya sudah mbak." kata Rina.

Laras pun keluar dari ruangan Naya karena Ia sudah ada janji dengan seseorang.

Diluar rumah sakit Laras celinggukan mencari mobil penjemput yang ingin Ia temui hingga matanya tertuju pada Suv hitam yang terparkir didepan rumah sakit.

Segera Laras mendekati mobil itu dan memasuki mobil.

"Sorry ya lama." kata Laras.

"Aku juga baru sampai." jawab seorang pria yang bernama Rama.

Rama adalah teman dekat Laras semasa kuliah, sudah lama Rama menyukai Laras namun Rama tak kunjung mendapatkan jawaban dari Laras. meski begitu Rama tidak memaksa Laras, dia akan tetap setia menanti jawaban Laras.

"Mau kemana sih?" tanya Laras yang semalam dihubungi oleh Rama mengajak bertemu. Awalnya Laras ingin mengajak Zahra namun karena Zahra dengan Dion akhirnya Ia sendirian.

"Ada deh, katanya kamu ngajak keponakanmu?" tanya Rama.

"Oh, Zahra sama Papa nya,"

"Oh iya namanya Zahra." ingat Rama karena memang Ia baru sekali bertemu dengan Zahra itupun hanya sekilas saat Rama mengantar oleh oleh kerumah Dion.

"Kamu betah kan tinggal disana?" tanya Rama.

"Ya gimana lagi, betah nggak betah aku harus tetep disana kan demi Zahra." jelas Laras

Rama cukup mengerti dengan posisi Laras, apalagi Laras memang sangat menyayanggi keponakan nya itu. mungkin itu salah satu alasan Rama bisa menyukai Laras karena Laras tipe orang yang penyayang.

"Oh ya, Mama sering nanyain kamu katanya kamu jarang kerumah." kata Rama.

"Iya, aku juga kangen sama masakan Tante Rita, besok lah kapan kapan aku ajak Zahra kesana." kata Laras yang hanya diangguki oleh Rama.

Bukankah semua terasa sempurna untuk Rama? Laras sudah sangat dekat dengan sang Mama. Hanya tinggal menunggu Laras memberikan hatinya untuk Rama dan semuanya selesai. Rama akan segera melamar Laras dan mereka akan menikah. sungguh bayangan yang membahagiakan.

Mereka telah sampai disebuah restoran.

"Ya ampun, kamu cuma mau ngajak aku makan siang?" tanya Laras.

Rama mengangguk dan terkekeh "Memang ku berharapnya apa?" goda Rama membuat Laras salah tingkah.

"Enggak ada sih."

"Ya udah yukk." Rama terlihat mengenggam tangan Laras membawanya masuk ke restoran.

Kini Rama dan Laras sudah duduk disalah satu meja restoran.

"Kamu mau makan apa?" tanya Rama.

"Ngikut kamu aja deh."

"Oke."

Setelah memesan makanan keduanya pun mengobrol, hingga sebuah suara mengejutkan Laras.

"Ante Ayas (tante Laras)." Laras seketika menoleh kearah suara dan melihat gadis kecil yang tersenyum kearahnya bersama Seorang pria yang tengah mengandeng tangan mungilnya.

TBC.

Terpopuler

Comments

roza prasinta

roza prasinta

dion, biasa aja keles klu laras nanya kayak gt

2022-08-15

1

💜💜 Mrs. Azalia Kim 💜💜

💜💜 Mrs. Azalia Kim 💜💜

semangat 💪😘

2021-10-15

0

Endro Sri Retno

Endro Sri Retno

lanjut thoor 😘😘😘

2020-12-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!