Laras berjalan keluar pintu gerbang rumahnya sedikit terburu buru, karena semalam Ia begadang untuk streaming drama korea, Laras jadi bangun kesiangan karena semenjak sang Bunda meninggal tak ada yang membangunkan nya kecuali alarm ponselnya dan sekarang Laras hampir terlambat masuk sekolah.
Laras bahkan tak memperdulikan teriakan Naya kakaknya yang sudah menyiapkan sarapan untuknya.
Laras berlari tanpa melihat depan hingga ia menabrak seseorang yang hendak memasuki pagar rumahnya, Laras terjatuh ditanah karena memang cukup keras.
"Hey, bisakah kau berjalan menggunakan matamu?" tanya Laras kesal pada pria yang juga ikut jatuh.
Laras menatap pria yang jatuh didepannya itu dan cukup terkejut melihat betapa tampan nya pria itu. Kulit putih, hidungnya yang mancung, alisnya yang tebal, astaga Laras benar benar menganggumi pria itu, hingga Laras sadar jika Ia harus kembali berlari.
"Apa kau ti-, hey pelan pelan." teriak pria itu melihat Laras kembali berlari bahkan lebih kencang.
"Siapa dia? mengapa Pria tampan itu datang ke rumah? ah sudahlah biar nanti kutanyakan papa saja." batin Laras kembali fokus pada jalan nya.
Sepulang sekolah Laras buru buru pulang, Ia sudah tak sabar untuk menanyakan pria tampan itu pada Papahnya.
Namun sayang, setibanya dirumah Laras tak menemukan siapapun. "Kemana Papa dan Kak Naya?" batin Laras mencari kesetiap penjuru ruangan rumahnya namun tak menemukan Papa dan Kakaknya.
Karena lelah, akhirnya Laras menjatuhkan tubuhnya diatas sofa panjang yang ada diruang tamu. Kantuk mulai menyerang hingga Laras tertidur disofa.
"Laras... bangun." samar samar Laras mendengar suara Papa membangunkan nya.
Laras terbangun dan melihat Papa sedang berdiri didepan nya, tak cuma Papa saja dibelakang Papa ada Naya dan pria tampan yang Ia tabrak tadi pagi.
"Kok kamu tidur disini?" tanya Papa.
"Aku ketiduran Pa." jawab Laras tersenyum malu.
"Ya udah sana, ganti baju trus cuci muka, kakak kamu udah beliin makan siang." kata Papa melihat Laras masih mengenakan seragam sekolahnya.
"Siap Pa, eh itu siapa?" tanya Laras.
"Tanya aja sama kakak kamu." balas Papa tersenyum.
"Kenalin ini Dion pacar Kakak," kata Naya yang entah mengapa membuat Laras sedikit kecewa.
"Hay Laras, kamu yang lari lari tadi pagi kan?" tanya Dion dengan nada menggoda.
"Eh hay Kak Dion." balas Laras dengan raut senyum yang dipaksakan.
"Ya udah Laras ganti baju dulu kak." kata Laras pada kedua orang yang berdiri didepannya itu.
Laras memasuki kamarnya dengan perasaan sedikit kecewa, bagaimana tidak kecewa melihat pria tampan yang ia tabrak tadi pagi nyatanya kekasih kakaknya sendiri.
Astaga sepertinya Laras harus berhati hati sekarang agar Ia tak jatuh hati pada kekasoh kakaknya itu.
Sadar Laras Sadar... batin Laras sambil menepuk nepuk pipinya.
Setelah perkenalan itu, Dion kekasih Naya memang sering kerumah membuat Laras sering menatap pria tampan itu. Melihat kenyataan bahwa Dion adalah kekasih Kakaknya sendiri tidak membuat Laras sadar akan posisinya Ia malah merasa jatuh cinta dengan Dion kekasih kakaknya. jangan salahkan Laras, salahkan Dion yang selalu memberikan perhatian kecil pada Laras yang membuat Laras baper, padahal mungkin maksud Dion perhatian dengan Laras karena Ia adalah calon adik iparnya.
Hingga akhirnya awal Laras masuk kuliah Papa meninggal dunia membuat Laras dan Naya cukup shock karena pelindung mereka selama ini telah tiada.
Setelah beberapa bulan Papa meninggal, Dion dan Naya memutuskan untuk menikah, dan sejak itu Naya tinggal bersama Dion sedangkan Laras sejak awal sudah diajak tinggal bersama Laras dan Dion namun Ia menolak dengan alasan tak ingin meninggalkan rumah peninggalan orangtuanya.
Dion dan Naya mengerti keputusan Laras, meski begitu Naya dan Dion tetap mengirim uang setiap bulan untuk Laras karena Laras belum bekerja dan masih kuliah jadi semua biaya hidup Laras ditanggung oleh Dion.
Padahal yang membuat Laras enggan tinggal dengan Naya adalah karena Ia tak ingin semakin jatuh cinta dengan Dion, karena itu Ia memutuskan untuk tinggal sendiri namun nyatanya takdir berkata lain.
Setelah hampir 5 tahun berlalu dan Laras pun telah menjadi sarjana dan bekerja nyatanya Laras harus tinggal dirumah Naya dan Dion karena kecelakaan yang dialami Naya hingga Ia harus berkorban merawat putri kecil Naya dan terpaksa tinggal satu atap dengan Dion.
Kilasan masa lalu itu tiba tiba datang membuat Laras menghela nafas panjang dan Ia masih berdiri didepan kulkas sambil memegangi gelas yang baru saja Ia gunakan minum.
Jika seperti ini terus Laras tak akan bisa berjanji untuk tidak jatuh cinta pada Dion apalagi sikap Dion yang terlalu baik dan perhatian padanya padahal maksud Dion hanya menyanyanggi Laras sebagai adik tidak lebih. Laras memang baperan.
Setelah meletakan gelas dimeja, Laras segera kembali kekamarnya, kamar Zahra berada ditengah tengah kamar Dion dan Laras hingga Laras bisa memasuki kapan saja, seperti saat ini Laras yang memasuki kamar Zahra dan melihat princess kecil itu terlelap.
Laras membenarkan selimut Zahra lalu mencium pipi gembul Zahra gemas. meskipun bukan putri kandungnya namun Laras sangat menyayanggi Zahra lebih dari apapun.
Setelah puas menciumi pipi gembul Zahra, Laras berbaring disamping Zahra. Bukan hal baru bagi Laras, terkadang memang Laras lebih sering tidur dikamar Zahra dari pada dikamarnya sendiri.
Hal itu juga yang kadang membuat Dion canggung, apalagi kadang Dion memasuki kamar Zahra yang tidak dikunci namun jika melihat Laras disana, Buru buru Dion keluar dan untung saja saat Dion masuk Laras pasti tengah tidur jika tidak pastilah terjadi kecanggungan diantara mereka.
Pagi hari seperti biasa, Laras bangun segera mandi dan memandikan Zahra, setelah cantik keduanya turun kebawah untuk menemani Dion sarapan.
"Selamat pagi princess Papa yang udah cantik dan wangi." Zahra datang dan langsung meminta Dion memangkunya membuat Dion gemas lalu menghujani ciuman saat Dion berada dipangkuan nya.
"Papa, kelja?" tanya Zahra sedangkan Laras terlihat duduk disamping Dion dan Zahra.
"Iya sayang, Papa kerja." jawab Dion yang langsung saja membuat Zahra cemberut. "Ohh ya, nanti Zahra mau dibeliin oleh oleh apa sama Papa?" tanya Dion melihat raut cemberut Zahra sepertinya Dion harus sedikit merayunya.
"Papa dak uca kelja (Papa nggak usah kerja)." kata Zahra.
"Eh Zahra sayang, nggak boleh gitu dong kan udah ada tante Laras yang nemenin Zahra." kata Laras yang melihat keponakanya itu merajuk pada Papanya.
"Iya kan udah ada tante Laras, nanti kalau Papa nggak kerja nggak bisa beliin Zahra boneka." kata Dion namun masih saja membuat Zahra cemberut.
"Gimana kalau abis ini kita jalan jalan ketaman? Zahra seneng kan main ditaman kan banyak temennya." ajak Laras yang membuat Zahra seketika tersenyum senang.
"Yaya au, Yaya au." teriak Zahra girang membuat Dion sedikit lega.
Dion menciumi putrinya yang kini sudah sumringah.
"Pa, mama apan puyang (pa, mama kapan pulang)?" tanya Zahra.
TBC.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Enung Samsiah
trnyata laras cinta pndngn pertama, jngan jngn dion juga diam diam cinta lgi,,
2023-07-25
0
Ida Sriwidodo
Wah.. ternyata Laras mencintai dalam diam.. 🤔🤔😌😌
2021-12-13
5
💜💜 Mrs. Azalia Kim 💜💜
thanks kakakkk 😘
2021-10-15
1