Ibu Pengganti Untuk Zahra

Ibu Pengganti Untuk Zahra

01

Sore ini langit terlihat mendung, semendung hati Dion Anggara yang kini tengah berada disebuah ruang inap rumah sakit. Melihat wanita yang Ia cintai tengah terbaring lemah diranjang ditemani alat alat dokter yang menempel diseluruh tubuhnya.

Koma, itulah yang kini terjadi pada Naya Nasution istri Dion Anggara, sudah hampir 3 bulan sang istri yang menemaninya selama 5 tahun itu terbaring dan masih memejamkan matanya karena kecelakaan mobil.

"Kemungkinan sadar sangat tipis sekali, namun jika kamu memaksa tetap merawat Naya, aku tak akan melepaskan semua alat yang menempel ditubuh Naya," jelas Dokter Rino yang menanggani Naya 1 bulan yang lalu. Dan kini sudah 3 bulan lamanya namun Naya tak kunjung sadar.

Keajaiban, hanya itulah yang selalu Dion harapkan agar sang istri bisa segera sadar karena mereka memiliki Zahra yang baru berusia 2tahun yang masih sangat membutuhkan Naya.

Setelah puas memandangi wajah istrinya, Dion memutuskan untuk pulang karena pasti Zahra sudah menantinya dirumah.

Sesampainya dirumah yang cukup besar dan mewah, segera Reno asisten serta sopir Dion membukakan pintu untuk Dion.

"Pulanglah, dan jangan lupa besok jemput aku pukul 5 pagi."perintah Dion.

"Baiklah Pak." balas Reno yang masih seumuran dengan Dion.

Dion segera memasuki rumahnya dengan sedikit berlari karena sudah tak sabar ingin menemui putri kecilnya.

"Zahra..." panggil Dion setelah memasuki rumah.

"Eh Tuan sudah pulang." sapa Bik Inah asisten rumah tangga dirumahnya.

"Zahra mana Bi?" tanya Dion.

"Diatas Tuan sama Non Laras." jawab Bik Inah.

Dion hanya mengangguk, Laras adalah adik Naya yang memang memutuskan untuk tinggal dirumahnya sejak 3 bulan yang lalu tepat saat Naya kecelakaan. Bukan tanpa sebab Laras tinggal disana, semua karena Zahra. Ya Zahra yang yang memang dekat sekali dengan Laras membuat Laras tak tega Zahra diasuh oleh babysitter dan memutuskan untuk menjadi babysitter Zahra selama Naya masih koma.

Dion memasuki kamar Zahra yang berada tepat disamping kamarnya.

Saat Dion membuka pintu, Ia melihat Zahra tengah asik bercanda ria dengan Laras sambil memainkan boneka teddy bear.

"Boneta Lutu (boneka lucu).'' celetuk Zahra yang geli dengan boneka pemberian Laras.

"Zahra suka yaa, besok tante beliin yang banyak buat Zahra." kata Laras penuh kelembutan.

"Yaya tukaaa (Zahra suka).."

"Tante juga suka, ohh iya udah jam 5 sore sekarang turun kebawah yukk kita bikin susu buat yaya." kata Laras menirukan suara Zahra.

Zahra hanya mengangguk dan merentangkan tangan agar Laras menggendongnya, segera Laras menggendong tubuh kecil mungil milik Zahra.

"Papa.." panggil Zahra senang melihat Dion berdiri didepan pintu kamarnya. Laras sedikit terkejut melihat keberadaan Dion didepan pintu, sejak kapan? batin nya.

"Ehh anak cantik Papa, sini gendong Papa." kata Dion hendak mengambil Zahra dari gendongan Laras.

"Mas, apa nggak sebaiknya kamu mandi dulu?" tanya Laras sedikit takut, Ia tak enak dengan kakak iparnya itu tapi mau bagaimana lagi, Ia tak ingin Zahra sampai sakit karena virus yang mungkin menempel dibaju Dion karena Dion melakukan aktifitas diluar seharian.

"Oh iya, ya sudah mas mandi dulu aja," jawab Dion "Zahra sayang, Papa mandi dulu ya, nanti kalau sudah Papa gendong." kata Dion pada Zahra.

Zahra hanya mengangguk, Laras segera mengajak Zahra turun kebawah untuk membuat susu. Sebenarnya masih belum waktunya Zahra disapih karena umurnya belum genap 2tahun tapi karena Naya koma terpaksa Zahra disapih lebih cepat.

"Eh ada Non cantik Yaya." sapa Bik Inah yang tengah didapur.

"Yaya au Cucu (Zahra mau susu)." kata Zahra dengan suara cemprengnya.

"Oke Tuan Putri biar Bik Inah bikinin,"

Laras mengajak Zahra duduk dimeja makan sembari menunggu Bik Inah yang membuatkan susu untuk Zahra.

"Non Laras juga mau Bibi bikinin minum?" tanya Bik Inah yang sudah memberikan dot susu pada Zahra.

"Enggak usah Bi, biar nanti Laras bikin sendiri kalau pengen." balas Laras yang memang tak ingin merepotkan Bik Inah.

"Ya ampun, Non Laras udah hampir 3bulan tinggal disini tapi masih aja sungkan sama Bibi." kata Bik Inah yang merasa tak pernah direpotkan oleh kehadiran Laras.

"Nggak apa apa Bi, lagian Laras udah biasa apa apa sendiri." balas Laras dengan senyuman. Laras memang bisa dibilang sebatang kara, semenjak Papanya Herman Nasution meninggal dan juga Bundanya, Ia hanya memiliki kakak Naya saja.

Zahra terlihat sudah menghabiskan isi botol yang tadinya berisi penuh susu sekarang sudah kosong.

"Yaya au Papa." kata Zahra sambil memberikan botol yang sudah kosong.

"Iya bentar lagi Papa turun, kan Papa lagi mandi sayang." kata Laras.

"Au Papa, au Papa." celoteh Zahra yang sepertinya sudah sangat merindukan Papahnya.

Tak berapa lama Dion datang menghampiri Zahra dan Laras yang masih dimeja makan.

"Papa..." teriak Zahra.

"Uhh princess Papah sayang." kata Dion yang kini sudah membawa Zahra dalam gendongannya.

"Kamu istirahat saja, biar Zahra nanti tidur sama Mas," kata Dion pada Laras.

"Ya udah Mas, aku masuk kamar dulu, nanti kalau butuh apa apa, aku dikamar." jelas Laras yang hanya diangguki Dion.

Memang setiap Dion pulang adalah waktu istirahat untuk Laras setelah seharian bersama Zahra. Laras juga mengerti mungkin Dion sangat merindukan Zahra jadi Ia juga memberikan waktu untuk Papa dan putrinya itu.

Laras segera merebahkan tubuhnya diranjang, seharian hanya bermain dengan Zahra tapi badan nya terasa sangat remuk, atau mungkin ini efek dari tamu bulanan yang datang membuat tubuhnya pegal pegal, padahal Ia sudah minum jamu tapi nyatanya masih terasa pegal.

Tak terasa Laras sampai memejamkan mata, Ia ketiduran. Hingga tengah malam Laras terbangun dan merasakan tenggorokan nya sangat kering, Akhirnya Laras memutuskan bangun untuk minum.

Laras berjalan menuruni tangga yang sudah sepi, Ya ini sudah tengah malam mungkin semua orang sudah tidur dikamar masing masing.

Sesampainya didapur, segera Laras membuka kulkas dan mengambil air dingin,

"Apa kau lapar?" Laras terkejut mendengar suara Dion dibelakangnya, seketika Laras membalikan badan nya.

"Eh, tidak aku hanya ingin minum." jawab Laras sedikit gugup.

"Aku pikir kau mencari makanan, kau belum makan malam tadi." kata Dion.

Laras menggelengkan kepala "Aku ketiduran mas."

"Makanlah jika lapar," kata Dion lagi.

"Tidak, besok pagi saja, aku hanya ingin minum.'' kata Laras.

"Ya sudah, aku akan kembali kekamar, selamat malam." kata Dion tersenyum pada Laras lalu beranjak pergi dari sana.

Laras terlihat menetralisir degup jantungnya kala Dion sudah tak terlihat lagi.

Selalu seperti ini, Ia selalu saja gugup kala ada didekat Dion.

Astaga Laras, sadarlah! dia kakak iparmu, batin Laras memukul kepalanya sendiri.

TBC.

Terpopuler

Comments

Suartati Hasibuan

Suartati Hasibuan

mampir aahhhh

2024-03-24

0

Yuli Astuti

Yuli Astuti

mulai membaca ☺️

2023-08-25

0

Nining Juningsih Madhani

Nining Juningsih Madhani

.p

2022-08-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!