"Assalamualaikum." Satu persatu langkah kaki mereka memasuki mansion sang keluarganya.
"Waalaikumsalam" balas seluruh penghuni rumah saat itu. Mereka berjalan menuju sumber suara yang berasal dari ruang tamu.
Langkah mereka terhenti untuk menyalami keluarga yang menyambut kepulangan mereka. Setelah itu beristirahat di sofa sejenak karena perjalanan mereka yang cukup jauh.
"Shasha ke kamar duluan ya. Capek banget" izin Shasha kepada seluruh keluarganya. Padahal itu bukanlah yang sebenarnya. Ia hanya beralasan supaya tak ditanya-tanya oleh keluarganya, apalagi oleh sang Ibu. Ia tak siap untuk memberikan kebohongan kepada seluruh keluarganya.
Kania menatap anak pertamanya yang dari tadi terlihat menutup wajahnya dan menunduk. "Kakak kenapa?" Tanya Kania khawatir.
"Nggak papa kok Bun. Shasha duluan ya." Tanpa menatap Kania yang bertanya kepadanya Shasha langsung berlari begitu saja menuju kamarnya yang ada di rumah sang Kakek dan Nenek.
Menghindar lebih baik daripada harus berbohong kepada orang-orang. Sebenarnya tak ada yang baik dari keduanya. Pertama ia menyembunyikan sebuah kebohongan dari keluarganya dan pilihan yang kedua ia dapat menambah kebohongan yang sudah terjadi. Shasha memilih menghindar daripada jujur dan diceramahi oleh kedua orang tuanya. Telinganya sudah terlalu panas dari tadi karena Rayyan serta adiknya yang lain terus menasihatinya.
__________
Tiga jam sudah Shasha mengurung dirinya dalam kamar. Sudah berkali-kali adiknya menyuruh Shasha untuk keluar kamar namun ada saja alasan yang Shasha berikan. Sampai-sampai seluruh adiknya dibuat geleng kepala karena tingkahnya.
"Kak keluar atuh! Ayo makan malem abis itu kita pulang!" Sudah ketiga kalinya ia memperingati Shasha untuk keluar dari kamarnya. Jawabannya selalu saja sama, ia lelah dan ingin beristirahat lebih lama.
Ucapan sang Adik sepertinya hanyalah angin lalu untuk Shasha. Ia memberi jawaban yang tak pasti membuat adik-adiknya hingga sepupunya pun ikut turun tangan.
"Kak Shasha kalo gak mau turun Dhira kasih tau ke Bunda sama Ayah!" Ucap Nadhira sekali lagi. Ia mengancam akan memberitau Daffa serta Kania rahasia yang mereka simpan.
"Jangan dong!" Buru-buru Shasha keluar dari dalam kamarnya. Keadaannya seperti orang baru bangun tidur.
"Sumpah dek, Kakak capek. Kakak ngantuk, mau bobo dulu" ucap Shasha dengan rengekan kecil darinya. Matanya sangat berat sekali untuk melihat, mungkin karena sebelumnya ia menangis terlalu lama yang membuat matanya sedikit memerah dan sembab.
Nadhira menggeleng tak mengizinkan. Ia menatap Shasha yang memelas kepadanya. "Kakak udah ke lewat sholat berapa kali? Lagian ini udah malem tapi Kakak belum makan. Ayah sama Bunda udah nunggu Kakak dari tadi!" Balas Nadhira menceramahi sang Kakak yang dari tadi banyak beralasan.
"Kakak lagi mens." Ucapan Shasha mampu membuat Nadhira tak berkutik. Mulutnya seolah terkunci mendengar ucapan Shasha barusan.
"Y-ya udah Kakak makan!" Lanjut Nadhira kekeh.
"Bawa ke kamar Kakak aja makannya ya? Kakak lemes"
"Kamu kenapa Kak?" Baik Nadhira maupun Shasha terdiam ketika Kania datang menghampiri mereka berdua.
Kania mendekat ke arah kedua anaknya lalu menatap si sulung yang tak mau turun untuk makan bersama di lantai bawah. Tak sengaja ia mendengar pembicaraan keduanya dari anak tangga yang mengatakan Shasha sedang lemas.
Tangan Kania terangkat lalu menempelkan punggung tangannya di kening Shasha. "Kamu gak demam Kak. Ayo makan sama-sama" ajak Kania. Kali ini Shasha tak bisa mengelak, mau tak mau Shasha harus menuruti sang Ibu kali ini. Anggukan pelan Shasha berikan sebagai jawabannya.
__________
Shasha berjalan seorang diri di koridor kampusnya. Suasana saat itu masih sangat ramai karena kelas belum ada yang dimulai pagi hari ini. Sebenarnya Shasha sangat malas datang ke kampus hari ini karena sudah dapat dipastikan kalau ia bertemu dengan Evan. Mau bagaimana lagi, Evan dan dirinya berada dalam satu universitas yang sama. Namun karena Alma-sahabatnya itu tak kunjung datang menghampirinya maka Shasha memutuskan untuk mencari Alma di tempat ini.
Benar saja, di depan sana Shasha dapat melihat banyak wanita berpakaian serba hitam berjalan dengan tegap. Sudah pasti di balik mereka ada Alma, Shasha yakin itu. Karena Alma selalu membawa bodyguardnya kemanapun ia pergi.
Shasha berhenti sejenak untuk mengambil kotak bekal yang Ibunya titipkan untuk Alma di dalam tas kuliahnya. Senyumnya mengembang ketika mengingat bahwa hari ini Shasha juga ikut membantu Kania saat memasak tadi. Langsung saja Shasha berjalan dengan memegang kotak bekal menuju Alma.
"Sha tunggu!" Shasha menajamkan pendengarannya ketika mendengar ada yang memanggilnya. Saat suara itu semakin mendekat Shasha tau siapa pemilik suara tersebut.
Tanpa menunggu orang itu datang menghampirinya Shasha langsung berlari menghindarinya. Evan orang itu, Shasha yakin ia akan memberikannya seribu alasan untuk meyakinkannya agar kembali bersamanya. Sudah sering Shasha diberi harapan palsu oleh Evan, dan kali ini ia tak mau kembali termakan omongan manis darinya.
"Alma!!" Panggil Shasha untuk memberhentikan Alma. Bukan hanya Alma yang berhenti nantinya, seluruh bodyguardnya juga akan berhenti nantinya karena nona mereka berhenti. Saat itu juga Shasha akan merasa aman dari Evan karena pria itu takut berurusan dengan para bodyguard, sekalipun itu seorang wanita. Jangan remehkan mereka, walaupun seorang wanita tenaga mereka setara dengan para bodyguard pria di keluarga Alma.
"Alma!!" Karena orang yang Shasha panggil tak kunjung berhenti, ia memanggil nama itu kembali. Berhasil! Alma serta bodyguardnya berhenti berjalan.
"Sha, tunggu sebentar!" Panggil Evan sekali lagi. Saat menoleh ke belakang Evan ikut berlari mendekatinya. Tentu Shasha tak ingin mendengarnya, dengan cepat Shasha berlari mendekati Alma dan merubah kembali mimik wajahnya menjadi seperti biasa.
"Huh… Huh… Huh… Kenapa Alma gak nyamper ke rumah Shasha?" Tanya Shasha. Nafasnya berderu karena berlari di sepanjang koridor kampus.
"Maaf ya, Abi Al sama Arkan jemput Alma tadi jadi gak ke rumah Shasha dulu"
"Ya udah deh… Nih, tadi Bunda nitipin ini buat Alma" Shasha menyerahkan satu buah kotak bekal yang tadi ia pegang. Alma menunduk menatap kotak bekal yang diberikan untuk dirinya. Detik berikutnya ia tersenyum lalu menerima kotak bekal tersebut.
"Terima kasih, Shasha Sherly Arian." Balas Alma memeluk Shasha dengan erat. Shasha tersenyum dan mengangguk, lalu membalas pelukan dari Alma. Ia menatap orang yang tengah berdiri di belakang para bodyguard Alma, disana Evan sedang berdiri dengan tatapan sendu ke arahnya.
___________
Eheheh... maap ya baru up lagi. Aku slesain novel yg disebelah dlu😅
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Rapa Rasha
Alma anak siapa kak lanjut
2022-12-09
0
Nasi Kaput
aku hadir. mamlir balik.
2022-01-22
0
Sukhana Lestari
semangat terus Thor ❤️❤️❤️❤️
2021-10-25
0