Sreet!
Tubuh Shasha diambil alih dari belakang. Membawa Shasha yang tengah menangis di dalam pelukannya. Mengusapnya dengan lembut dan mengatakan semua baik-baik saja.
Evan menyunggingkan senyum sinisnya. "Oh lu punya simpanan juga? Oke fine, kita putus!" Tandas Evan langsung mendorong Shasha. Ia pergi begitu saja dengan Anin yang masih ketakutan.
Rayyan yang sedang memeluk Shasha menjadi geram. Sepertinya lelaki tadi harus diberi pelajaran oleh dirinya. "Dhira, Cyra, kalian jaga Kak Shasha dulu." Rayyan melepaskan pelukannya dengan Shasha dan langsung mengejar lelaki yang tadi. Nadhira dan Cyra langsung membawa Shasha untuk duduk di dekat tempat itu.
Rayyan berlari lalu disusul oleh Karel yang juga ikut berlari. Rayyan langsung mencekal tangan Evan dan langsung meninjunya setelah jarak antara keduanya telah terkikis.
Bugh!
"Lo salah kalau berurusan dengan keluarga gue." Satu bogeman mentah dari Rayyan terkena pipi kanan Evan. Nada bicaranya datar, namun menyimpan banyak kekesalan dalam dirinya.
Bugh!
Satu bogeman kembali mendarat di pipi bagian kanan. Kali ini bukan dari Rayyan, melainkan Karel yang melakukan hal tersebut. Anin yang melihatnya berteriak histeris. Banyak pengunjung yang melihat namun tak ada satupun yang berniat untuk memisahkan. Mereka hanya menonton adegan tersebut.
"Dan lo salah kalau mau mempermainkan hati perempuan." Ucap Karel setelah meninju pipi Evan. Beda orang, beda pula sifatnya. Jika Rayyan dapat menahan emosinya, lain halnya dengan Karel. Tampak sekali wajah Karel yang memerah padam.
Ingin sekali Karel meninju pria itu namun tangan Rayyan sudah lebih dulu menahannya. "Orang-orang udah banyak yang nonton. Ayah dan Uncle pasti bakal ngeliat hal ini" bisik Rayyan mengingatkan Karel. Segera Karel menggeleng, ia lupa bukan hanya dirinya yang akan disorot saja, tapi seluruh keluarganya juga.
Rayyan berbalik berjalan meninggalkan Karel lebih dahulu. "Lo dalam pantauan gue!" Ancam Karel sebelum berlalu. Tubuhnya memutar mengikuti langkah Rayyan yang telah lebih dahulu berlalu.
Sampai di tempat mereka tadi, keduanya bingung karena tak ada satupun keluarganya disana. Rayyan mengambil ponselnya dan mulai menghubungi Kakak dan kedua Adiknya. Tak ada satupun panggilan darinya diangkat.
"Mungkin di parkiran. Kita cek kesana. Gue coba hubungi Kak Rena atau Kak Aland." Usul Karel mulai berjalan ke parkiran lalu diikuti oleh Rayyan di belakangnya.
"Ya, aku kesana" baru saja panggilannya terhubung, Rena langsung memberitau lokasi mereka ada dimana. Setelah mengetahui hal itu Karel langsung mematikan sambungan teleponnya.
"Iya di parkiran. Cepet, Kakak lo ngamuk kayaknya!" Ucap Karel berlari. Ia ingat tadi saat baru sampai Karel memberikan kunci mobil milik Daffa kepada Shasha. Bisa-bisa Shasha meninggalkan mereka berdua di tempat wahana bermain itu.
Mata Rayyan membulat sempurnya. Sekarang ia harus berlari secepat mungkin supaya tidak di tinggal ataupun terjadi hal yang lebih parah dari itu.
Langkah Karel dan Rayyan terhenti di parkiran tempat Karel memarkirkan mobilnya. Beruntung mobil itu masih terparkir di tempatnya semula namun sudah dalam keadaan menyala. Mereka berdua mendekat lalu membuka pintu mobil. Aland sudah duduk di kemudi dan memegang setirnya.
Rayyan masuk dan menatap sang Kakak yang tertidur dengan bekas jejak air mata yang masih membekas di kedua pipinya. Dalam pangkuannya ia memegang banyak sekali camilan disana. Karel menyusul masuk dan langsung menutup pintu tengah bagian kiri.
Rayyan menoleh ke belakang menatap Adik-adiknya yang sibuk dengan ponsel mereka. "Kalian gak papa kan duduk di belakang?" Tanya Rayyan memastikan. Biasanya kedua Adiknya sangat enggan duduk di bagian paling belakang mobil karena guncangan disana sangat terasa jika jalannya rusak ataupun ada polisi tidur.
Baik Nadhira maupun Cyra menggeleng menandakan keduanya tidak apa-apa jika duduk di bagian paling belakang. "Cyra gak mau deket sama Kak Caca dulu. Takut ngamuk kayak tadi" celetuk Cyra yang langsung dibenarkan oleh Nadhira. Semua yang mendengar langsung terkekeh kecil.
Rayyan beralih menatap sang Kakak kembali. Ia menyandarkan kepala Shasha di bahu bagian kanannya. Lalu memindahkan kantung plastik berisikan camilan yang Shasha beli ke sampingnya. "Ngapain pacaran sih." Gerutu Rayyan kesal dengan keputusan Shasha.
Padahal kedua orang tuanya telah melarang seluruh anaknya untuk berbuat kemaksiatan. Berpacaran juga termasuk dengan perbuatan zina. Berpegangan tangan dengan yang bukan merupakan mahram nya juga merupakan perbuatan zina dan itu selalu dilakukan dalam berpacaran. Maka Daffa dan Kania telah melarang anak-anaknya untuk berpacaran karena hal itu hanya membuat mereka menambah dosanya.
__________
Mobil milik Daffa yang dikendarai oleh Aland berhenti di sebuah mini market. Aland memarkirkan di depan sana karena Nadhira dan Cyra ingin membeli minuman. Sebentar lagi mereka akan sampai di kediaman sang Kakek dan Nenek.
Shasha memeluk langan Rayyan. Ia tak beranjak sedikitpun dari tempat yang ia duduki saat ini. Terlalu takut untuk nanti masuk ke dalam rumah sang Kakek dan Nenek. Sudah pasti kedua orang tuanya akan bertanya banyak tentang dirinya. Apalagi wajahnya yang sembab membuatnya terlihat sangat kacau.
"Udahlah, gak papa. Kita gak bakal bilang apa-apa ke Ayah Bunda." Ucap Rayyan memberi pengertian. Ia menatap seluruh orang yang berada di dalam mobil itu mengangguk setuju.
Rena menghela nafas. Ia membuka pintu mobilnya lebih dahulu lalu memutari ke sisi pintu yang lainnya. Meminta Karel untuk beralih duduk di depan. Tanpa banyak bertanya Karel menurut dan pindah ke depannya. Jari telunjuk Rena bergerak, mengisyaratkan Rayyan untuk bergeser ke tempat Karel yang telah kosong. Rayyan juga Shasha menurut dan langsung bergeser.
Rena langsung masuk kembali ke dalam mobil lalu menutup pintu mobilnya. "Shasha, liat Kakak!" Pinta Rena kepada Shasha yang masih memeluk lengan Rayyan. Ia menggeleng berkali-kali tanda menolak permintaan sang Kakak Sepupu.
Tanpa meminta kembali Rena langsung menarik pelan kepala Shasha agar menatap ke arahnya. "Jangan nangis! Dia gak cocok sama kamu!" Ucap Rena kesal dengan tingkah Shasha.
"Bukan begitu, Kak. Aku cuma takut Ayah, Bunda marah." Elak Shasha. Ia justru bersyukur karena dapat melihat kedok asli dari sang kekasih.
"Bagus. Sekarang hapus make up kamu!" Suruh Rena kembali. Gerakan tangan Shasha sangat pelan membuat Rena greget sendiri melihatnya.
"Udahlah, Kakak aja yang apusin!" Ucap Rena merebutnya dari Shasha.
Dengan telaten Rena menghapus make up tipis Shasha lalu kembali memberikannya make up supaya tidak terlihat bahwa dirinya baru saja menangis. "Tinggal tiban pake make up aja, Shasha!" Ucap Rena yang masih fokus pada orang yang ia beri make up. Sedangkan Shasha hanya diam menurut. Benar juga apa yang dikatakan oleh Kakak sepupunya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Nurhayatins Aqil
lupa mngkn thor alur crtx
2022-12-09
0
Rapa Rasha
Lo kak itu kenapa kok gk paham q lanjut deh
2022-12-09
0
Nia Ramdania
kok tiba " beda cerita ya, bukannya tdi lgi bahas mo balapan liar ya
2022-03-13
0