(BAB REVISI)
Rayyan memandang gelisah ke arah gerbang masuk rumah keluarga besar sang ibu, sudah 15 menit Nadhira keluar dari rumah menggunakan motornya tapi tak juga kunjung kembali. Ia takut saat kakak dan kedua orang tuanya datang akan menanyakan keberadaan Nadhira.
Sang Nenek menatap Rayyan yang terlihat mondar mandir di depan pintu masuk, dari gerak gerak lelaki itu, sudah dapat dipastikan bahwa ia sedang cemas.
"Rayyan…" panggilnya pelan pada sang cucu. Si pemilik nama langsung menoleh.
"Ya?" Balas Rayyan mencoba setenang mungkin agar neneknya tak curiga padanya.
"Kamu ngapain disini? Dhira mana?"
Deg!
Pertanyaan yang ingin Rayyan hindari pun terlontar dari mulut neneknya. Apa yang harus ia katakan? Rayyan bergeming di tempat. Ia masih memikirkan alasan yang tepat untuk menjelaskan pada neneknya.
"Rayyan?" Panggil Alfira-neneknya.
"Ah? Eh Dhira? Dia tadi aku suruh buat beli barang sebentar. Mungkin setengah jam lagi Grandma, soalnya lumayan jauh,"
"Aarggh!! Alasan apa ini?!! Gak masuk akal! Pasti Grandma bakal tanya kenapa bukan gue aja yang jalan!"
Rayyan mengumpat dalam hati, merutuki kebodohannya karena adiknya itu.
"Kenapa gak kamu aja? Emang beli apaan?"
Rayyan mengangkat bahunya dengan menggelengkan kepalanya, tanda tak tahu. Ia tak ingin membuat banyak kebohongan untuk melindungi dirinya maupun Nadhira. Semoga saja neneknya tak banyak bertanya.
"Ya udah nanti kamu tanyain langsung ke Dhira. Sekarang masuk aja dulu. Ga bosen tunggu dia di luar?" Rayyan mengangguk mengiyakan ucapan neneknya. Ia melangkah masuk ke dalam mansion keluarga besar ibunya dengan mengumpati Nadhira yang bisa membuatnya kena masalah besar.
__________
Sedangkan di tempat lain Shasa yang tengah menyetir menghela napas kasar. Ia sengaja masuk ke dalam tol untuk menghindari kemacetan, namun siapa sangka saat masuk ke dalam tol ia tetap terjebak ke dalam kemacetan karena kecelakaan beruntun yang terjadi di tol yang mereka lalui.
Cyra yang juga merasa bosan pun menopang dagunya menggunakan tangan yang ia taruh di atas sisi pintu.
"Kak, kita keluar tol aja. Lewat situ bisa kan? Setau Cyra jalan itu udah selesai masa perbaikannya." Usul Cyra ketika melihat jalan keluar dari tol di sebelah kiri mereka.
Shasa ikut menoleh ketika Cyra menunjukkan jalan padanya. Benar apa yang dikatakan oleh Cyra, mereka bisa saja keluar dari arah kiri mereka tapi saat ini posisi mereka sedang di sisi jalan tol paling kanan dan sebentar lagi akan melewati persimpangan itu, sulit baginya untuk berpindah jalur disaat kanan dan kirinya dipenuhi kendaraan yang terjebak dalam kemacetan seperti dirinya.
"Iya sih… Tapi kak Caca juga susah kalo mau kesana." Keluh Shasa membuat Cyra mengangguk setuju.
Tring!
Sebuah pesan masuk ketika Shasa sedang berbicara dengan adik bungsunya. Wanita itu menoleh dan meraih ponselnya, mengecek notifikasi apa yang ia dapatkan.
Gadis cantik dengan rambut yang dikuncir asal itu tersenyum sinis. Ia membuka notifikasi tersebut dan memperbesar layar ponselnya.
"Dhira… Dhira…" gumamnya pelan dengan terkekeh pelan.
Cyra memperhatikan kakaknya. "Kenapa kak?"
"Nope." Balas Shasa acuh dengan menaikkan kedua bahunya.
Gadis itu memutar kepalanya. Di kursi belakang hanya Karel-lah yang masih terjaga sedangkan Rena dan calon suaminya itu sudah tertidur lelap di dalam mobil.
"Rel! Karel!"
Lelaki yang umurnya lebih muda satu tahun darinya itu tak bergeming di tempat. Sepertinya ia tak mendengar suara Shasa yang memanggilnya karena sedang menggunakan headphone.
"Bang Karel!" Teriak Cyra dengan melemparkan permen yang ada di dalam mobil ke arah lelaki itu. Dan itu berhasil membuat Karel melepaskan headphonenya.
"Hmm? Kenapa?" Cyra memberi isyarat pada lelaki itu kalau yang memanggil bukanlah dirinya melainkan Shasa.
"Napa Sa?"
"Tolong gue bisa?" Tanya Shasa to the point.
Karel mengerutkan alisnya. Dengan sedikit ragu ia bertanya. "Apa?" Balasnya.
Shasa melihat ponselnya sebentar, memastikan bahwa ponselnya masih menyala. "Gantiin gue nyetir." Pinta gadis itu dengan mata yang kembali fokus pada jalanan di depan nya.
"Kenapa Kak?"
"Capek?"
Cyra dan Karel bertanya secara bersamaan kepada Shasa, sedangkan yang ditanya hanya tersenyum simpul.
"Enggak, ada urusan mendadak yang harus gue kerjain. Bisa?" Karel mengangguk mengiyakan. Tak keberatan, toh ia hapal jalan menuju rumah grandma dan grandpa mereka.
"Thanks." Ucap Shasa pada sepupunya. Kemudian ia beralih menatap Cyra sebentar. "Cyra, tolong hubungi sekretaris Ayah buat bawain motor Kakak. Anter motornya di pintu keluar tol selanjutnya." Pinta Shasa serius.
Karena nada bicara Kakaknya yang sangat serius, Cyra tak bertanya apapun, ia tau pasti ada yang tak beres. Sudah biasa bagi Cyra ketika melihat Kakaknya yang selalu lemah lembut tiba tiba berubah menjadi sangat serius, bahkan suasana nya mendadak sangat dingin karena perubahan Shasa.
"Oke."
__________
Nadhira melepaskan helm fullface dan juga melepaskan sarung tangan yang ia kenakan. Mengibas-ibaskan rambutnya yang yadi ia gulung ke atas.
Ia tersenyum melihat sekumpulan teman temannya yang sudah menunggu kedatangannya. Ia berjalan dengan memeluk helm di sisinya.
"Dah lama?" Tanya Nadhira dengan ber-tos ria pada teman temannya.
"Enggak, santai aja!"
"Mana nih yang ngajak tanding? Kok ga muncul? Takut ya?" Teriak Nadhira keras. Ia tertawa kencang, meremehkan lawannya karena belum juga datang. Padahal mereka duluan yang mulai dan mengajak genk nya untuk Tanding dengan mereka, tapi mereka pula yang belum datang.
Brum… Brum…
Suara Nadhira memelan. Ia melihat sekumpulan anak genk motor yang mengajak mereka untuk tanding sudah datang.
Pria yang berada di depan Nadhira membuka kaca dari helm yang ia gunakan. "Sayangnya gue bukan pengecut yang cuma bisa bacot! Biar gue buktinya kalau sekolah lo ga pantes di jadiin panutan!" Ucap lelaki itu yang masih berada di atas motor ninja yang dikenakan olehnya.
Nadhira tertawa sinis, ia cukup mengapresiasikan keberanian lelaki itu karena telah berani menantangnya.
"Oke, gue ga takut." Balas Nadhira dengan enteng.
"Sikat bos!"
"Kalahin mereka Ra!"
"Maju lo!"
Suara teriakan teman teman Nadhira terdengar kencang, menyemangati Nadhira yang merupakan ketua genk mereka, gadis tomboy yang memang suka membuat ulah dan menindas orang sesukanya.
Gadis berumur 16 tahun itu tersenyum singkat sebelum memutar tubuhnya dan berjalan ke arah motor yang ia gunakan. Ia telah siap untuk mengikuti balap motor ilegal yang itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Rapa Rasha
hebat anak nya Daffa dan Nia jos pokoknya😁🤗 lanjut
2022-12-09
0
chika callysta
pasti rayyan yg narik shasa
2021-04-22
0
Dinda Natalisa
Hai author aku mampir nih kasih like jangan lupa mampir di novel ku "menyimpan perasaan" mari saling mendukung.
2021-03-08
0