Pagi itu suasana dikampus sudah ramai. Shareen tampak berdiri mengobrol dengan beberapa orang temannya. Lorong di kampus itu terlihat sangat terang karena cahaya matahari langsung menyorot masuk kedalam.
Beberapa pohon besar dengan daun yang sangat rimbun berjajar di sepanjang jalan parkir kampus. Banyak mobil mewah yang terpakir di situ. Kampus itu merupakan kampus terbaik dikota itu. Untuk masuk kesana Shareen memerlukan usaha yang luar biasa. Gadis itu belajar mati-matian untuk mendapatkan beasiswa dan akhirnya sekarang dia bisa berdiri disana.
Dari kejauhan ada seorang laki-laki tinggi berkulit putih yang sedang melambaikan tangannya. Matanya tertuju pada gadis berbaju merah yang sedang asyik membicarakan sesuatu dengan teman-temannya.
“Shareen...”
“Haaai halooo...”
“Kamu hari ini sibuk ga?"
“Iaaa... hari ini sedikit sibuk.. toko roti sedang ramai-ramainya... memangnya ada ap Xav?”
“Tadinya aku mau ajak kamu pergi nonton, tapi kalau kamu sibuk yah mungkin bisa lain kali," jawab Xavie dengan tersenyum.
Shareen tahu betul jika laki-laki yang barusan mengajaknya nonton adalah orang yang menyukainya. Dan ia juga menyukai laki-laki itu.
Sudah berulang kali Xavie mengungkapkan perasaannya namun gadis itu terus menolak karena ia merasa tidak pantas dengan pemuda yang memiliki status sosial tinggi seperti Xavie.
Dirinya tidaklah sebanding dengan perempuan-perempuan cantik diluar sana yang mengejar-ngejar Xavie hanya untuk mendapatkan perhatian dari pria itu. Dia hanya ingin fokus dengan kuliahnya. Dia ingin beasiswa yang ia dapatkan tidak sia-sia.
Baginya segala sesuatu yang ada di dunia yang ia tinggali sekarang, semua sudah ada yang mengatur. Dan karena ia yakin, ia bisa memperbaiki hidupnya dengan mencapai pendidikan yang lebih tinggi.
Hanya itu mimpi yang ia impikan setiap hari. Bisa melihat ayahnya tersenyum, bisa melihat kedua adiknya tumbuh dengan baik dan saat ia bertemu dengan ibunya di alam yang lain suatu saat nanti. Ia ingin mengatakan bahwa ‘Ibu, aku merindukanmu. Sangat merindukanmu.' Dan pergi dengan tenang.
Shareen masih berdiri dan termenung sendiri sementara teman-temannya yang lain tampak sedang serius membicarakan hal lain. Ponsel yang ada di genggaman gadis itu tiba-tiba saja bergetar. Nomor tidak dikenal tertulis dilayar ponselnya.
Ia merasa sedikit ragu untuk mengangkatnya tapi ia putuskan untuk menerima panggilan telepon itu.
“Haloo.. Ini dengan nona Shareen?” seru suara di ujung telepon sana. Tampak jelas jika suara itu mengenali dirinya.
“Ya.. halo... ini dengan saya sendiri.”
“Baguslah... Apa sekarang nona bisa datang ke rumah sakit? Tuan muda saya sudah sadar dan ingin bertemu dengan anda.”
“Ngomong-ngomong saya lupa memperkenalkan diri. Saya sekretaris pribadi Tuan muda Sanders Kal. James," lanjutnya.
“Ohh ia bisaaaa... Saya akan segera kesana.." Shareen langsung pergi melesat secepat yang ia bisa.
Beruntung rumah sakit tempat pria itu dirawat tidak jauh dari tempatnya kuliah dan bekerja. Dua puluh menit cukup untuk berjalan kaki dari kampusnya ke rumah sakit.
***
Gadis itu mengetuk pintu yang memang sudah terbuka. Di ruang kamar rawat yang cukup luas itu berdiri beberapa laki-laki yang sedang mengobrol menggunakan setelan jas berwarna putih. Dan seorang yang tak asing lagi, sekretarisnya.
“Hoi... masuk....” Sanders menyadari kehadiran Shareen dan tersenyum miring. Senyum yang mempesona dan bisa langsung meluluhkan hati para wanita.
Shareen melangkah masuk perlahan. Otaknya terasa kosong. Entah apa yang harus ia lakukan. Apa yang harus ia bicarakan? Sangat canggung sekali.
“Kalian bisa pergi sekarang. Aku ingin mengobrol sebentar dengannya," pinta Sanders seraya menunjukan jarinya pada Shareen.
“A-apaaa kau baik-baik saja?” Sangat sulit sekali untuknya mengucapkan kalimat pendek seperti itu pada orang yang tidak dikenalnya.
“Apa menurutmu aku baik-baik saja setelah tertembak dengan dua peluru? Aku masih bersyukur ternyata aku masih bisa bernafas hari ini..”
“Ma-maaf.”
“Kenapa kamu meminta maaf? Ini bukan salah mu...Ini salah ke enam orang itu...”
“Tapi kau berusaha menyelamatkan ku dan akhirnya berujung disini..maaf.. dan terima kasih....”
“Apa hanya itu yang ingin kau ucapkan? Apa kau tahu seberapa berharganya setiap nafas yang ku hirup setiap detiknya? Itu bisa menghasilkan uang.. dan karena kejadian itu aku sepertinya sudah rugi banyak sekali.”
“Maaf...”
“Apa tidak ada kata selain ‘maaf’ di kamus mu itu? Apa kau tidak ada berniat mengganti rugi setiap waktu yang ku lewati karena harus berbaring di rumah sakit?”
“A–aku akan mengganti kerugian mu... tapi aku perlu waktu.. karena aku tidak punya cukup banyak uang.”
"Yaa.. aku tahu itu... kau perlu bekerja keras bukan untuk membiayai kuliahmu... bukan hanya itu.. kau juga membantu ayahmu merawat kedua adikmu.. benar bukan?”
“Darimana kau tahu semua itu?” Gadis itu nampak bingung dengan apa yang dibicarakan pria asing dihadapannya.
“Aku hampir tahu semua latar belakang mu... Begini saja.... aku punya penawaran agar kamu bisa melunasi ‘hutangmu’ itu...”
“Penawaran seperti apa?”
“Aku menawarkan diriku menjadi suami mu.... saat kita menikah nanti, semua biaya pengeluaran kebutuhan keluargamu akan menjadi tanggungan ku, termasuk biaya kuliahmu.”
“Maaf.. sepertinya aku tidak bisa.. aku sudah mempunyai seseorang yang aku sukai.. dan.. dan lagi kita baru saja kenal beberapa hari yang lalu.”
“Ahhh..berarti kamu lebih memilih melunasi ‘hutangmu’ itu? Tapi aku bukan orang yang senang dengan orang yang membayar dengan menyicil.”
“Tolong beri aku waktu... satu tahun... aku yakin bisa mengumpulkan semua kerugianmu.”
“Satu bulan... dan tidak menawar lagi.”
“Waktunya terlalu sedikit.. Bagaimana bisa aku mengembalikan uang mu jika waktunya hanya satu bulan.”
“Apa kamu yakin bisa mengganti kerugian ku sebesar lima ratus juta.. itu sudah ku diskon karena jika kamu harus membayar keseluruhan, maka kamu akan membayarnya dengan seluruh sisa hidupmu.”
“I-itu terlalu banyak... tapi akan aku usahakan... Satu bulan semoga bisa..” Shareen menundukan kepalanya. Ia tak tahu harus bagaimana menghadapi lelaki keras kepala di depannya itu. Kalau bukan karena ia sudah menyelamatkannya, dia pasti sudah menendangnya sedari tadi.
“Baiklah... kau boleh pergi.. aku ingin istirahat...”
Shareen tidak menjawab apa pun. Kepalanya terasa penuh sesak. Sepertinya ia harus mencari pekerjaan lain untuk menambah penghasilannya. Sangat tidak mungkin jika dia menabung dengan penghasilannya yang sekarang yang masih sangat minim.
***
Seorang gadis berjalan dari satu toko ke toko lainnya di sebuah jalan yang cukup ramai pengunjung. Kulit wajahnya terlihat memerah karena terbakar. Hari itu ia baru saja mendapatkan satu pekerjaan. Dan masih sangat tidak mungkin untuk mengumpulkan uang sebanyak itu dalam waktu satu bulan.
Tiba-tiba seorang wanita keluar dari toko dan menanyakan apakah gadis itu sedang mencari pekerjaan karena ia sangat membutuhkan pegawai.
Spontan Shareen mengangguk sembari tersenyum. Hari ini ia sudah mendapat dua pekerjaan tambahan. Mulai sekarang dirinya harus pandai-pandai membagi waktu antara kuliahnya dan pekerjaannya serta keluarganya.
Jam di tangannya sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Ia mungkin akan di omeli ayahnya karena pulang terlalu larut. Tapi apa daya, banyak hal yang ia kerjakan sore tadi.
Jika ayahnya tahu apa yang ia lakukan sekarang mungkin akan merasa sedih karena putrinya memiliki hutang sebanyak itu. Padahal dirinya tidak pernah meminta pria itu untuk menghadang peluru tapi sekarang dirinyalah yang disalahkan.
Mungkin ini memang sudah seharusnya terjadi. Siapapun tidak akan pernah bisa menghindari takdirnya.
Langkah kaki gadis itu terhenti di sebuah rumah kecil. Saat membuka pintu, suara gaduh kedua adiknya yang masih duduk dibangku SMA dan SMP terdengar riuh.
“Kamu habis dari mana saja baru pulang jam segini? Ini sudah malam," tanya ayahnya sambil menyapu lantai rumahnya yang berdebu.
“Tadi aku banyak tugas Pa.. Apalagi ini sudah mau dekat ujian," ucap Shareen berbohong. Ini untuk pertama kalinya dia berbohong pada Papanya.
“Ohhh.. ya sudah... lain kali jangan diulangi yaaa... sekarang kamu mandi, makan terus istirahat yaaa..biar nanti Papa saja yang mencuci piring..”
Gadis itu hanya menanggapI dengan anggukan. Sekujur tubuhnya terasa sakit karena mencari pekerjaan kesana kemari. Sudah tidak ada nafsu makan sama sekali. Yang dirasanya hanya ingin segera merebahkan diri di kasur tercintanya. Tenaganya sudah terpakai seharian, jadi ia perlu untuk memulihkannya lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
zsarul_
hai thorr aku mampir nihh 🤗
semangatt
yuk baca lagi cerita aku yang judulnya CONVERGE!!
ada part baru lohh 😍
mari saling support thorr ❤️
thanks
2021-01-31
1
🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳Simple Hayati
masih nyimak
2021-01-17
1
R_armylove ❤❤❤❤
semangat nulisnya ya
2021-01-05
1