04

“Kamu mau pergi kemana pagi-pagi begini?” tanya Sanders yang kaget melihat jam ditangannya baru menunjukkan pukul lima pagi.

“Aku mau pergi bekerja. Ayahku pasti membutuhkan lebih banyak uang. Dan aku harap kamu tidak ikut campur urusan ku lagi. Terima kasih untuk bantuannya kemarin malam.”

“Tunggu." Sanders bangkit berdiri dan langsung menarik pergelangan tangan gadis yang matanya masih sembab itu.

“Ini masih terlalu gelap. Dan lagi tubuhmu itu perlu istirahat lebih lama. Istirahatlah beberapa hari kedepan sambil menemani Papamu. Kemarin sudah kubilang aku yang bertanggung jawab penuh masalah biaya rumah sakit Papamu. Jadi, ku mohon istirahatlah sebentar.”

“Kenapa? Kenapa aku harus selalu berhutang sesuatu padamu?”

“Aku tidak pernah menganggap ini sebagai hutang. Dan aku tidak pernah meminta kamu mengembalikan semua biaya..”

“Iyaaa.. kau memang tidak mengucapkannya, tapi kau punya maksud dibalik itu semua bukan?”

“Apa maksudmu masalah pernikahan? Kalau benar tentang itu, aku tidak akan pernah menikahi seseorang yang memang tidak ingin menikah dengan ku. Aku bukan tipe orang yang suka memaksa kehendak sendiri.”

“Uang lima ratus juta itu... bukankah aku tidak pernah memintamu menghadang peluru untukku... Aku bahkan belum pernah mendengar nama Sanders Kal yang sekarang tiba-tiba muncul menjadi pahlawan di hidupku.”

“Kamu memang tidak pernah memintanya.. tapi aku pikir keselamatan mu itu penting.. dan kamu salah besar jika mengatakan kalau kamu baru mengenal Sanders Kal baru-baru ini. Jelas-jelas kamu sudah mengenal ku jauh sebelum peristiwa penembakan itu.”

“Apa maksudmu..?”

“Aku tidak bisa menceritakannya.. lebih baik kamu mengingatnya sendiri...ahh... dan jika kamu memang tidak ingin aku ikut campur urusanmu lagi.. baiklah.. hidupmu adalah urusan mu.. aku tidak akan ikut campur lagi.. sesuai permintaan mu.. tapi tolong, untuk masalah biaya rumah sakit, biar aku yang bertanggung jawab.. untuk yang terakhir... sebelum aku pergi ke luar negeri.. jadi tolong jangan menolaknya.”

“Kamu..Kamu akan pergi keluar negeri?”

“Yaa.. Sepertinya besok aku sudah berangkat..”

“Apa kamu akan menetap disana?”

“Sepertinya begitu...”

Shareen tidak bisa berkata apa-apa. Ada sedikit rasa kecewa di hatinya. Kenapa pria itu menyerah dengan semudah itu? Apa benar jika pria itu benar-benar menyukai dirinya? Dia harus bagaimana jika pria dihadapannya itu benar-benar pergi? Sepertinya dirinya sudah mulai merasa tergantung pada pria yang bernama Sanders Kal itu.

“Kalau begitu terima kasih untuk semuanya..Semoga kita tidak bertemu lagi," ucap Shareen tidak sesuai dengan kata hatinya.

Hatinya dengan jelas ingin agar pria itu tetap disampingnya, tapi egonya yang tinggi mengalahkannya.

“Yaa.. Mari kita tidak bertemu lagi," jawab Sanders sembari pergi meninggalkan Shareen yang masih berdiri mematung. Air mata lagi-lagi terjatuh di pipi gadis itu.

 ***

Dua hari berlalu sejak pria itu mengatakan akan pergi dan selama itu pula Shareen terus memikirkan ucapan pria itu. Sejak kapan aku mengenalnya? Aku tidak pernah tahu apa pun tentang dirinya. Siapa dia?

Bunyi 'bip..bippp..' terus menggema di ruang tempat ayahnya di rawat. Selang infus masih tertanam di tangan kanan pria paruh baya itu. Kursi di sudut ruangan telah diduduki seorang gadis manis yang terus menerus menundukkan kepala.

Kedua tangannya terlipat di dada dan dengan tiba-tiba gadis itu langsung berdiri dan berlari.

“Haloo paman, ini Shareen. Apa paman sedang bersama Sanders?” tanya gadis itu beruntun dan dengan nafas terengah-engah karena berlari. Tangan kanannya sibuk menggenggam ponsel yang masih ia tempelkan di telinganya.

“Ohh Nona Shareen.. Ia..Saya sedang bersama Tuan muda.. Apa ada yang bisa saya bantu..?” tanya James ramah.

“Paman, apa saya boleh tahu Sanders sekarang ada dimana? Saya perlu bertemu dengannya sebentar..”

“Tuan muda saya sekarang sedang rapat, tapi sebentar lagi akan ada jamuan makan siang di restaurant Beverly. Mungkin anda bisa langsung kesana," tutur James lagi.

“Baiklah paman. Terima kasih." Shareen mengakhiri pembicaraan.

Kepalanya menengok ke sebelah kiri mencari mobil taksi yang bisa ia tumpangi untuk pergi ke restaurant itu. Restaurant Beverly letaknya cukup jauh dari tempatnya berdiri saat ini. Restaurant yang terkenal dengan harga fantastis untuk setiap menunya.

Mobil bercat kuning berhenti dihadapannya dan siap untuk mengantarnya ke arah yang dituju. Sebuah bangunan megah dan menjulang tinggi dengan setiap lampu yang terpasang disana menambah kesan mewahnya restaurant itu.

Gadis itu turun dengan hati yang masih ragu. Apa ia perlu untuk mengatakannya? Tapi jika tidak sekarang mungkin esok sudah terlambat.

Shareen hanya berdiri di samping pintu masuk restaurant menunggu seseorang yang sekarang sedang berjalan ke arahnya sambil mengobrol dengan orang di sebelah kanannya. Pria itu tertegun saat melihat Shareen berdiri di situ.

“Kenapa kamu bisa ada disini?” tanya pria itu langsung tanpa basa-basi.

“Aku perlu berbicara sebentar denganmu. Sebelum kamu pergi.”

“Tapi bukankah kita sudah sepakat untuk tidak saling bertemu. Lalu apa ini? Kau yang mendatangi ku.”

“Ada hal yang perlu aku sampaikan.”

“Aku tidak mau mendengar apa pun itu. Aku sedang sibuk sekarang dan harus segera mengurus urusan ku disini. Jadi seandainya itu penting, bicarakan saja dengan sekretaris ku," jawabnya ketus. Badannya langsung berbalik tanpa memperdulikan lagi Shareen yang masih berdiri di situ.

James tak tega dengan sikap dingin Tuan mudanya yang dipikirnya sedikit kelewatan. Pria itu bisa menebak pasti ada hal yang sangat penting sampai gadis didepannya mencari Tuan mudanya.

“Permisi nona Shareen.. Apa ada yang ingin anda sampaikan?” tanya James hati-hati. Ia takut salah bicara.

Shareen mau tidak mau menjelaskan maksud kedatangannya. Dari dalam restauran Sanders tampak sesekali memperhatikan gadis yang sekarang sedang mengobrol dengan sekretarisnya itu. Di dalam hatinya ia merasa penasaran tapi dibantahnya keras.

Tak perlu waktu lama sampai sekretarisnya membisikkan sesuatu yang membuat pria itu terlihat sedikit kaget dan tersenyum miring. Beberapa orang yang sedang menyantap makan siang bersama dengannya merasa sedikit heran dengan kelakuan direkturnya itu. Tapi tak satupun dari mereka yang berani bertanya.

Sanders menyudahi makan siangnya begitu saja dan berlalu pergi keluar restaurant. Shareen sudah akan melangkah pergi saat ada sebuah suara yang memanggilnya.

“Shareen, aku berubah pikiran. Ku pikir kita perlu bicara.” Sanders tersenyum sembari matanya menatap tajam wajah gadis didepannya.

“Ayoo ikut aku..” Sanders langsung menarik lengan gadis itu tanpa perlawanan.

Shareen mengikuti kemana pria itu membawanya. Pintu sebuah mobil berwarna hitam sudah dibuka kan Sanders dan gadis itu masuk kedalamnya. Duduk disamping pria itu membuat detak jantungnya semakin kencang.

“Nah.. ayo mari kita bicarakan tentang yang kau sampaikan tadi pada sekretaris ku.. jangan sampai mengecewakan ku.. karena aku sudah mengorbankan jam makan siang ku untuk bertemu dengan mu..”

“Wa-waktu itu kamu mengatakan ingin menjadi suami ku.. Apa tawaran itu masih berlaku sampai hari ini?” Shareen mengucapkannya dengan sangat pelan, hampir tak terdengar. Wajahnya memerah karena menahan rasa malu.

Pria disampingnya tak memberikan komentar apapun atas apa yang baru saja di ucapkannya. Dia tak tahu lagi harus berkata apa, karena yang baru saja dia ucapkan adalah hal yang selama ini menjadi ganjalannya.

Tetap tak ada respon dari pria itu yang masih menatap lurus ke depan. Bagaimana ini jika pria itu malah menolaknya? 

“Kenapa kamu baru menyampaikan itu hari ini? Bukankah kemarin-kemarin kamu sangat keras kepala tidak ingin menikah dengan ku?” tanya Sanders dengan mata yang akhirnya menatap gadis itu tajam. Membuat gadis itu merasa semakin malu dan menundukan kepalanya.

“Aku hanya berpikir tidak ada salahnya mencoba untuk menikah denganmu. Siapa tahu itu bisa membuat ku mengingat sesuatu yang tidak ku ingat.”

“Mencoba katamu?” Sanders menaikkan nada bicaranya.

“I-itu karena aku masih belum punya perasaan apa-apa padamu. Coba bayangkan bagaimana bisa orang menikah tanpa cinta? Dan lagi umurku masih dua puluh tahun. Masih banyak hal yang ingin kulakukan.”

“Jika kamu masih mempunyai pertimbangan seperti itu kenapa kamu malah mencariku dan datang kemari?”

“A-aku..aku takut sendiri..”

“Apa maksudmu?”

“Aku merasa takut untuk berdiri sendiri..Aku rasa kau mulai membuat ku bergantung padamu.. dan aku pikir aku akan merasa sendiri jika kau pergi..”

Mata coklat pria itu menatap gadis disampingnya yang sedang menunduk dengan tatapan tajam. Sebuah senyum sudah menyungging di bibirnya.

Tidak ada suara apa pun dan hening sampai sebuah panggilan masuk di ponsel Sanders dan pria itu mengangkatnya. Mereka berbicara tentang sesuatu yang tidak gadis itu mengerti. Sampai telinganya menangkap kalimat yang Sanders ucapkan.

“Paman, tolong batalkan penerbangan ku ke Shanghai. Aku tidak jadi pergi. Ada seseorang yang ingin aku tetap berada di dekatnya. Dan paman, tolong suruh orang untuk membersihkan rumah yang di Rivers Hill. Aku ingin rumah itu sudah bisa ditempati dalam dua hari kedepan.”

Shareen terus menatap Sanders yang sudah mengakhiri pembicaraannya. Tidak menyangka bahwa pria itu akan benar-benar membatalkan kepergiannya hanya demi dirinya.

“Kenapa kau menatapku seperti itu? Aku sudah membatalkan kepergian ku, dan ‘hutangmu’ padaku semakin menumpuk..” 

“Hutang?”

“Yaa... Kau membuat ku rugi lagi kali ini karena harus membatalkan tiket pesawat yang sudah ku pesan..”

“Baiklah.. aku akan membayarnya sampai lunas," jawab Shareen sembari tersenyum.

“Yaa tentu kau harus membayarnya.. dengan menjadi milik ku...” Kedua tangan pria itu menangkup wajah gadis didepannya dan mengecup kening gadis itu perlahan.

 

 

Terpopuler

Comments

Widya Febrina

Widya Febrina

kukira...Sharen...ingat siapa Sanders dgn dia dimasa lalu

2022-11-01

1

🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳Simple Hayati

🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳Simple Hayati

👍👍👍👍

2021-01-17

1

Lia halim

Lia halim

semoga misinya lancar y

2020-12-17

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!