05

Rasa hangat masih terasa di kening gadis itu. Entah mengapa hatinya merasa begitu bahagia sekaligus lega lelaki di sampingnya tidak jadi pergi. Tapi, yang menjadi permasalahan sekarang adalah status sosial mereka yang jelas berbeda.

Mobil hitam yang mereka tumpangi sudah berada didepan rumah sakit tempat papa Shareen di rawat. Gadis itu masih duduk diam tak bersuara. Ragu untuk mengatakan apa yang masih ada dibenaknya. Tapi kemudian ia berpikir akan lebih baik untuk membicarakan itu sekarang juga.

“Apa kamu tidak akan menyesal menikah dengan gadis seperti ku?” tanya Shareen tiba-tiba.

“Apa yang kamu maksud dengan ‘gadis sepertiku’?”

“Kamu tahu, aku bukanlah gadis yang berasal dari keluarga kaya raya, aku tidak secantik perempuan-perempuan di luar sana, aku tidakkk.." Shareen menghentikan ucapannya saat bibir Sanders menyentuh bibirnya.

“Kamu harus tahu dua hal yang paling ku benci. Pertama, aku membenci orang yang meniru orang lain atau orang yang menganggap dirinya tidak sepadan dengan orang lain. Jadi, aku suka padamu karena itu dirimu. Kedua, aku membenci orang yang menganggap orang lain lebih rendah dari dirinya. Jika kamu ingin membuat aku membencimu, lakukanlah dua hal itu," bisik Sanders sembari tangannya membelai kepala gadis itu lembut. 

“Aku hanya ingin kamu tetap seperti sekarang. Apa adanya. Ah ya dan satu hal lagi, dua hari lagi kamu harus pindah rumah, ini perintah ku. Jadi jangan membantah. Aku sudah menyiapkan rumah untuk mu dan keluarga mu. Rumah itu akan segera di urus oleh sekretarisku untuk menjadi milik papamu," lanjutnya.

“Baiklah..Terima kasih.. Aku tidak akan menolak perintah calon suami ku.”

“Sama-sama.. Istirahatlah.. Maaf malam ini aku tidak bisa menemanimu di rumah sakit. Ada banyak hal yang harus ku kerjakan..kabari aku jika Papamu sudah membaik, karena aku perlu berbicara dengannya..”

Shareen mengangguk mengerti dengan maksud ucapan Sanders, dan pria itu berlalu pergi. Perasaan bahagia menyelimuti sekujur tubuhnya. Kakinya melangkah masuk dengan senyum yang sedikit terpapar di bibirnya.

***

“Tuan, apa anda sudah merasa yakin untuk menikahi nona Shareen?” tanya James yang sebenarnya merasa cemas dengan keputusan yang di ambil oleh Tuan mudanya.

“Ya aku yakin dengan keputusanku..”

“Lalu bagaimana dengan nyonya besar? Beliau mungkin akan sedikit kecewa..”

“Biarlah, toh aku sudah terbiasa mendengarnya mengomel terus menerus... Nanti aku akan pergi menemui Papa terlebih dahulu untuk membicarakan masalah ini..”

“Apa saya perlu untuk membuat janji dengan beliau?”

“Tidak perlu, biar aku yang langsung mendatanginya..”

 ***

Pagi itu Sanders sudah berada didepan sebuah rumah mewah dengan pekarangan yang terpapar sangat luas. Beberapa pria bertubuh kekar yang berjaga di sepanjang pintu memberi salam saat Sanders melewati mereka.

 Pintu bercat coklat yang terbuat dari kayu jati sudah di buka oleh dua pelayan yang juga ikut memberi salam pada anak majikannya yang baru saja datang.

“Haha..hahaha... Akhirnya kamu datang mengunjungiku juga setelah sekian lama," sebuah suara datang dari pria yang memakai kursi roda. Seluruh rambut di kepalanya nampak sudah memutih. Pria tua itu mengenakan jaket rajutan berwarna abu dan syal berwarna senada.

“Yaa.. Hari ini aku sedang tidak sibuk, jadi bisa mengunjungimu Pa. Bagaimana kabarmu?” tanya Sanders berbasa-basi.

“Kemarilah.. duduk di sini..” Papanya menunjuk pada kursi yang ada didepannya. Dan Sanders mematuhinya.

“Ada apa sampai pagi-pagi begini kamu sudah datang kesini? Dan dimana James? Tumben sekali dia tidak bersama mu..”

“Aku kesini untuk membicarakan sesuatu denganmu..”

“Sudah kuduga, karena jika tidak ada yang ingin kamu bicarakan, kamu mungkin tidak akan datang kemari apalagi sepagi ini..”

“Aku ingin menikah dengan seseorang, dan aku harap Papa dapat memberi restu..”

“Apa dengan gadis ini?” Papanya menaruh selembar foto di atas meja. Di foto itu tampak seorang gadis berambut panjang sedang tersenyum sangat manis.

“Yaa..”

“Pantas kamu ingin sekali menetap di negara ini.. Apa kamu sudah yakin dengan keputusanmu?"

“Yaa.. Aku merasa sangat yakin dengan keputusan ku..”

“Kamu harus siap jika suatu saat nanti gadis itu tahu apa yang terjadi di masa lalu dan menyalahkanmu..”

“Aku sedang berusaha menebus semua kesalahan itu. Aku tidak bisa tidur setiap malamnya karena kejadian itu terus berputar di kepalaku. Aku sudah siap jika sewaktu-waktu dia membenciku dan ingin aku pergi. Sekarang aku hanya ingin Papa merestui pernikahan ku.”

“Tentu saja kau harus menebusnya. Itu adalah kewajibanmu. Kamu sudah membuatnya kehilangan.”

“Aku mengerti.. Tapi apa Papa merestui aku dan Shareen?”

“Tentu, selama itu bisa membuat mu mencair dan tidak dingin lagi terhadap Papa mu yang sudah tua ini..”

“Lalu bagaimana dengan Mama?”, tanya Sanders lagi. Ia sangat khawatir dengan perilaku mamanya yang suka bersikap seenaknya.

“Mamamu biar papa yang urus, menikahlah dengan gadis itu dan bahagiakan dia. Papa tahu persis gadis itu tumbuh dengan sangat baik, meski ingatannya mungkin belum pulih. Dan Papa harap bisa segera bertemu dengannya.”

“Aku akan membawanya kemari, sesegera mungkin. Tapi Pa, tolong beritahu mama untuk bersikap sedikit manis pada Shareen...”

“Ya baiklah aku akan bicara pada Mama mu.. Mama mu sudah akan pulang esok.. kalau bisa bawa gadis itu kesini minggu depan.. saat suasana hatinya masih baik karena baru pulang liburan. Kamu tahu bukan seperti apa mama mu..?”

“Ya..aku tahu.. Aku akan membawanya kemari minggu depan..”

 ***

Rumah di jalan Rivers Hill yang dikatakan Sanders tampak terlalu besar baginya. Pintu gerbang yang cukup megah itu saja sudah bisa menunjukkan bahwa rumah itu bukanlah rumah sederhana. Pria itu tampak terlalu berlebihan dengan memberikannya sebuah rumah sebesar itu.

Kedua adiknya yang berdiri disampingnya tampak takjub dengan rumah megah yang berada didepannya. Setelah memasuki pintu utama, rumah itu ternyata lebih besar dari dugaannya. Ada lorong kecil di samping rumah itu yang sepertinya menuju ke arah taman.

Beberapa wanita berjejer di ruangan dengan meja lonjong besar ditengahnya. Shareen tampak kebingungan dengan sikap para wanita itu yang tersenyum melihatnya.

“Ahh akhirnya kamu datang juga.. Kamu sudah membuatku menunggu terlalu lama..” Sanders tampak menuruni tangga yang berada di sudut ruang itu.

Pria itu mengenakan kaos berwarna hitam yang membuatnya terlihat semakin putih.

“Maaf.. ada banyak barang yang harus kubereskan...Oh iaa.. kenalkan ini adikku... Ini Shireen.. Ini Shuraan..” Shareen mengenalkan kedua adiknya yang sudah tahu mengenai kedekatan kakaknya ini dengan pria muda yang kaya raya.

“Haloo... Oh iaa.. Diatas ada dua kamar.. Kalian berdua bisa memillih ingin menempati kamar yang mana.. dan mereka..” Sanders menunjuk pada para wanita yang masih berdiri.

“Mereka pelayan di rumahku, tapi mulai sekarang mereka akan tinggal disini.. jadi jika kalian berdua membutuhkan bantuan, carilah mereka," ucapnya sembari mengelus kepala Shuraan dan Shireen.

“Aku perlu bicara sebentar dengan mu," lanjutnya lagi sembari menatap gadis itu dan tersenyum.

Semua orang disitu seperti mengerti akan maksud Tuannya dan langsung beranjak pergi, begitu juga dengan kedua adik Shareen yang sudah mulai berisik memilih kamar tidur barunya.

“Apa yang ingin kamu bicarakan setelah memberiku rumah sebesar ini?”

“Minggu depan apa kamu sibuk?”

“Sedikit.. Memang kenapa? Apa ada hal yang ingin kamu lakukan?”

“Ia... Bisakah kamu luangkan waktumu sebentar saja.. tidak sampai seharian penuh.. aku hanya perlu beberapa jam untuk pergi bersama mu bertemu orang tua ku..”

“Orang tuamu?” Shareen tampak terkejut.

“Yaa.. Aku ingin mengajak mu bertemu dengan mereka..”

“Baiklah, aku bisa hari jumat nanti. Aku akan meminta ijin sebentar pada bos ku untuk pergi dengan mu..”

“Shareen.. Apa setelah menikah kamu akan masih terus bekerja? Kamu tidak ingin hanya fokus pada kuliahmu saja?”

“Tentu aku akan tetap fokus pada kuliah ku, meski nanti aku punya suami yang kaya raya tapi aku pikir aku masih ingin terus menjalani hidupku yang seperti sekarang.. Aku takut jika suami ku nanti akan bosan jika aku terus menerus meminta uang padanya..”

“Aku mengerti.. tapi apa yang aku miliki sekarang , setelah kita menikah akan menjadi milikmu juga..”

“Aku tahu.. Aku hanya tidak ingin terlalu membebanimu," jawab gadis itu sembari menatap pria dihadapannya dan tersenyum manis.

“Kamu sama sekali bukan beban untuk ku..kau harus tahu itu," ucap Sanders. Kedua lengan pria itu memeluk Shareen lembut.

Gadis itu menenggelamkan kepalanya pada dada bidang pria itu. Sebagian pikirannya masih memikirkan kondisi Papanya yang sudah mulai membaik. Papanya mungkin akan terkejut jika tahu putrinya akan menikah.

Terpopuler

Comments

Widya Febrina

Widya Febrina

apa kematian mama Sharen ada kaitanny dgn Sanders???

2022-11-01

1

🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳Simple Hayati

🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳Simple Hayati

boom like 5 episod dulu dari aku, nanti aku lanjut bacanya

ditunggu feedbacknya 😍

2021-01-17

1

Rosni Lim

Rosni Lim

Semangat

2021-01-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!