EPISODE 5 MENCARI MASALAH

Pada hari itu aku yang pamit pada suamiku untuk pergi ke pasar, tapi nyatanya aku pergi ke rumah mas Gun dari pagi sampai sore hari.

Aku tidak mungkin naik angkot untuk pulang karena akan memakan waktu lebih lama, jadi aku minta mas Gun mengantarku sampai ke perempatan di dekat rumahku.

Di perjalanan pulang HP ku terus berdering, aku lihat ternyata telepon dari suamiku, aku tidak mengangkatnya karena aku masih berpikir mencari alasan, kenapa aku sampai lama pergi ke pasar.

Setelah kami sampai di perempatan....

"Sayang sampai disini saja ya," kata mas gun.

"Iya Mas," ujar ku sembari turun dari atas motor mas Gun.

"Ya sudah aku pulang Sayang," kata mas Gun berpamitan kepadaku.

"Iya Mas, hati-hati ya," ucapku.

Setelah mas Gun pulang, aku bergegas pergi ke toko yang ada di perempatan itu, aku membeli bahan-bahan dapur seadanya saja, karena aku berpamitan pada suamiku untuk pergi ke pasar, tidak mungkin aku pulang tidak membawa apa-apa, pasti suamiku akan bertanya-tanya.

Sesampainya di rumah, jam menunjukkan pukul 16.00 Sore. Aku masuk ke dalam rumah, pada waktu itu suamiku duduk di depan Tv.

Aku pun menghampiri suamiku....

"Kamu telepon tadi Mas?" tanyaku melihat ke arah suamiku yang sudah murung.

Suamiku tidak menjawab, dia diam saja tidak menjawab pertanyaan ku.

"Kamu marah Mas?" tanyaku lagi.

"Kamu sebenarnya dari mana Dik?" tanya suamiku melihat ke arahku yang berdiri di sampingnya.

"Dari pasar Mas," ucapku sedikit gugup.

"Dari pasar ? dari pagi sampai sore begini," ketus suamiku.

"Iya Mas, soalnya banyak yang aku beli," jawabku memperlihatkan barang belanjaan ku.

"Beli apa?" tanya suamiku sambil melihat belanjaan yang aku bawa.

"Ya ini Mas, beras, minyak goreng, sama bumbu-bumbu dapur," jawabku seraya memperlihatkan belanjaan ku.

"Di toko depan juga ada itu Dik," ucap suamiku sedikit kesal.

"Kalau di pasar lebih murah Mas," jawabku.

"Di telepon juga nggak di angkat," kata suamiku.

"HP ku di silent Mas, aku nggak dengar kalau kamu telepon," ucapku dengan tenang.

"Sudahlah Mas, aku nggak mau bertengkar, aku capek," ujar ku kemudian aku berlalu pergi dari hadapan suamiku untuk pergi ke dapur.

Di dapur aku chat mas Gunawan.

"Mas, jangan chat aku sebelum aku chat duluan ya, nggak usah di balas Mas"

Itulah isi chat ku kepada mas Gunawan.

Pada malam harinya....

Hujan di luar turun sangat deras, aku dan suamiku saat itu lagi menonton Tv.

"Dik ayo tidur," ajak suamiku sembari menatapku.

"Kamu duluan Mas, aku masih nonton tv, bagus ini filmnya," ujar ku kepada suamiku.

"Ayo Dik, dingin-dingin begini enaknya tidur," ajak suamiku sedikit memaksa.

"Iya sebentar lagi aku nyusul Mas," ucap ku singkat.

Tanpa sepatah katapun suamiku masuk ke dalam kamar, kurang lebih 10 menit di dalam kamar kemudian suamiku memanggilku...

"Dik ayo tidur," panggil suamiku dari dalam kamar.

"Iya Mas," sahutku sembari aku beranjak dari tempat dudukku untuk masuk ke dalam kamar.

"Dik kesini," pinta suamiku menyuruhku untuk mendekat.

"Apa Mas," ucapku mendekat ke arah suamiku.

"Dik, kesini," ujar suamiku sembari memeluk ku yang tidur di sampingnya.

"Capek aku Mas," ucapku singkat.

"Oh ya sudah kalau kamu capek," kata suamiku sembari dia memalingkan tubuhnya.

Kemudian kami pun tertidur....

Itulah awal konflik antara aku dan suamiku.

Setiap hari aku mencari masalah dengan suamiku, saat sarapan sebelum aku berangkat kerja aku mengobrol dengan suamiku.

"Mas, kamu tidak mau cari kerja lain?" tanyaku sembari menatap wajah suamiku.

"Cari kerja apa Dik?" tanya suamiku.

"Ya kerja yang lain Mas, yang bisa mencukupi kebutuhan kita," ujar ku.

"Loh, kenapa kamu suruh aku cari kerja lain Dik?" kata suamiku melihat ke arahku.

"Aku capek kerja Mas, aku pengin di rumah," ucapku.

"Ya sudah berhenti saja Dik," ujar suamiku dengan tegas.

"Tapi apa kamu bisa mencukupi aku dengan kerjaan kamu sekarang Mas?" tanyaku melihat ke arah suamiku yang saat itu lagi sarapan.

"Bisa, asal kamu bisa mengatur keuangannya Dik," ujar suamiku.

"Tapi aku pengin seperti Bu Tuti Mas, tetangga baru kita," ucapku.

Ibu Tuti (25) adalah tetanggaku, dia adalah istri dari Bapak Sugeng (26) yang menjadi pengawas di pabrik tempatku bekerja.

"Kenapa dengan Bu Tuti?" tanya suamiku.

"Dia bisa beli apa saja Mas, perhiasannya gonta-ganti, aku pengin seperti dia Mas," ujar ku.

"Jangan di lihat dari luarnya, penampilan mewah belum tentu bahagia Dik," ujar suamiku dengan tenang.

"Tapi aku bosan hidup seperti ini terus Mas, aku pengin ada perubahan, aku pengin seperti ibu-ibu yang lain Mas," ujar ku kepada suamiku.

"Kamu harusnya bersyukur Dik, jangan selalu lihat ke atas, apa yang kamu miliki sekarang belum tentu orang memilikinya," ujar suamiku seraya memandangku.

"Punya apa aku sekarang Mas? rumah ngontrak, kebutuhanku aku sendiri yang beli, lalu apa gunanya kamu sebagai suami Mas?" cetus ku dengan kesal.

Suamiku terdiam sejenak, tampaknya dia sangat terpukul dengan perkataan ku.

"Kalau kamu sudah tidak mau sama aku, terus terang saja Dik," ucap suamiku dengan tenang.

"Bukan tidak mau Mas, aku pengin ada perubahan, aku capek hidup seperti ini terus Mas," ujar ku kepada suamiku.

"Sudah Dik, sana berangkat ini sudah siang, aku nggak mau bertengkar Dek, aku pusing," ucap suamiku mencoba menghentikan perbincangan kami.

"Aku capek mau kerja Mas, aku pengin istirahat," ujar ku sembari aku beranjak dari tempat dudukku.

Lalu aku masuk ke dalam kamar, aku pun mengunci pintunya.

Di dalam kamar aku chat mas Gunawan.

Aku : Mas.

Mas Gun tidak membalas chat ku, aku telepon juga tidak di angkat.

10 menit kemudian mas Gun membalas chat ku.

Mas Gun : Apa sayang, maaf tadi aku lagi ada pasien.

Aku : Aku lagi sedih Mas.

Mas Gun : Sedih kenapa sayang?

Aku : Aku baru bertengkar sama suamiku.

Mas Gun : Bagaimana, apa kamu sudah minta cerai?

Aku : Belum Mas, sabar ya mas.

Mas Gun : Jangan lama-lama ya sayang.

Aku : Iya Mas.

Mas Gun : Ya sudah aku mau lanjut kerja dulu ya say.

Aku : Iya Mas.

Setelah Chat dengan mas Gun, aku pun tidur, sampai tidak terasa waktu menunjukkan pukul 15.00 Sore.

Kemudian terdengar ketukan pintu kamarku.

Tok....Tok....Tok.

"Dik....Dik...." Suamiku memanggilku.

Mendengar suara suamiku, kemudian aku membuka pintu kamarku.

"Ada apa Mas?" tanyaku melihat suamiku berdiri di depan pintu kamar.

"Aku lagi ada orderan, aku mau berangkat," pamit suamiku kepadaku.

"Oh iya Mas," ucap ku singkat.

Setelah suamiku berangkat, aku sadari, aku telah membuat suamiku kecewa, aku tidak tahu kenapa aku sampai seperti ini.

Ingin rasanya aku meminta maaf kepada suamiku, dalam pernikahan dibutuhkan rasa saling mengerti dan mengalah, agar tidak menimbulkan keributan besar.

Tapi bayang-bayang mas Gun selalu menghantuiku, aku benar-benar sudah terjerat cinta tukang pijat.

Terpopuler

Comments

maharastra

maharastra

kena pelet tukang pijat tampan...

2022-10-15

0

Rahman Gany

Rahman Gany

setan suda merasukix

2021-12-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!