TUKANG PIJAT

TUKANG PIJAT

EPISODE 1 PERKENALAN

Perkenalkan namaku Lisa (25), aku sudah berkeluarga, nama suamiku Riyan (26).

Kami sudah menikah hampir satu tahun, karena kesibukan kami berdua, kami belum berencana untuk memiliki anak.

Suamiku bekerja di jasa transportasi online, sedangkan aku sendiri bekerja di perusahaan ekspor udang di daerahku.

Aku dan suamiku tinggal di sebuah kontrakan kecil di dekat tempatku bekerja.

Aktifitas kami cukup padat dan melelahkan, apalagi aku yang di haruskan berdiri dari pagi sampai sore untuk mengupas kepala udang.

Maka dari itu aku dan suamiku setiap minggu pergi ke tukang pijat untuk mengembalikan kebugaran tubuh kami.

Sampai pada akhirnya, tetangga kami menginformasikan bahwa ada tukang pijat yang pijatannya enak di daerah kami.

Aku coba browsing di internet ternyata benar tukang pijat itu ramai dan ahli dalam memijat, kenapa kami baru menyadarinya kalau ada tukang pijat terkenal di daerah kami, kebetulan tukang pijat itu menyertakan nomor Handphone di media sosialnya, aku pun menyimpannya.

Saat aku tiduran di kamar bersama suamiku, aku mengatakannya...

"Mas, katanya ada tukang pijat yang pijatannya enak, bisa di panggil ke rumah lagi Mas," ujar ku.

"Bisa nggak di panggil ke rumah malam minggu ini, Dik ?" tanya suamiku.

"Coba aku tanyakan dulu ya mas, aku sudah simpan nomor HP nya," ujar ku sembari mengambil HP ku di atas meja.

"Iya, coba di telepon Dik," pinta suamiku untuk menelepon tukang pijat tersebut.

Kemudian aku menelepon tukang pijat.

Aku : Halo, selamat sore.

Tukang pijat : Iya selamat sore.

Aku : Apa benar ini jasa tukang pijat?

Tukang pijat : Iya benar, ada yang bisa saya bantu Bu ?

Aku : Bisa tidak Pak, malam minggu ini datang ke rumah?

Tukang pijat : Oh iya bisa, Bu.

Aku pun memberikan alamatku kepada tukang pijat tersebut.

"Bisa katanya, Mas," ucapku sedikit senang.

"Ya syukurlah, kita tidak perlu capek-capek lagi datang ke tukang pijat Dik," ucap suamiku.

"Iya Mas." ucapku.

Sampai waktu yang di tentukan, Malam minggu, tukang pijat itu menepati janjinya datang ke rumah, sekitar pukul 20.00 Malam, terdengar suara motor di depan rumahku.

"Ini sudah datang Dik," ujar suamiku yang mendengar suara motor di depan rumah.

Kemudian suamiku membukakan pintu.

"Silahkan masuk, Pak," ujar suamiku mempersilahkan masuk.

"Iya, permisi Pak," kata bapak tukang pijat itu sembari masuk ke dalam rumahku.

Kemudian Suamiku dan bapak tukang pijat duduk di ruang tamu.

"Saya Bapak Gunawan, panggil saja Pak Gun," ujar bapak tukang pijat memperkenalkan diri.

Nama tukang pijat itu adalah Pak Gunawan (40). orangnya bersih, ganteng dan gagah.

"Oh iya, saya Riyan dan ini istri saya Lisa Pak," ujar suamiku seraya melihat ke arahku.

Kemudian pak Gun dan suamiku mengobrol, sampai beberapa saat pak Gun dan suamiku mengobrol sambil bercanda.

Pak Gun bercerita bahwa dia adalah seorang duda anak tiga, kebetulan semua anaknya ikut mantan istrinya, katanya.

Sehingga baru saja kenal, suamiku sudah akrab dengan pak Gun, aku duduk di dekat suamiku, kemudian suamiku menyuruhku merapikan kamar depan.

"Dik, rapikan kamar depan ya," pinta suamiku menyuruhku untuk merapikan kamar depan.

"Iya, Mas," ucapku sembari berlalu pergi ke kamar depan.

Setelah merapikan kamar depan yang akan dipakai tempat untuk memijat, aku kembali ke ruang tamu.

"Sudah Mas," ujar ku kepada suamiku.

"Mari Pak," ajak suamiku kepada pak Gun untuk memulai memijat.

Mulailah suamiku di pijat, sedangkan aku tiduran di depan Tv.

Sampai tidak terasa aku sampai ketiduran, entah berapa lama aku tertidur, setelah pak Gun pulang, suamiku membangunkan aku.

"Dik....Dik....Dik...." Suamiku membangunkan aku.

"Sudah selesai, Mas?" tanyaku kepada suamiku dengan mata masih mengantuk.

"Iya, Dik," jawab suamiku.

"Bagaimana Mas, enak nggak pijatannya?" tanyaku kepada suamiku.

"Enak sekali Dik, lebih enak dari langganan kita, sekarang aku mau langganan sama dia saja Dik," ujar suamiku.

"Iya, sudah mas," ucapku.

"Kamu coba saja minggu depan Dik," ujar suamiku menawarkan aku.

"Aku mau mas, tapi aku malu," ucapku lirih.

"Kenapa harus malu," ujar suamiku melihat ke arahku.

"Iya, soalnya yang pijat laki-laki mas," ucapku sembari menatap suamiku.

"Nggak masalah, dari pada badanmu sakit semua Dik," kata suamiku.

Hatiku berdebar tidak karuan, membayangkan bermacam-macam, dan juga takut karena aku tidak pernah di pijat oleh seorang laki-laki, biasanya aku selalu di pijat oleh tukang pijat perempuan.

Hari demi hari aku beraktifitas seperti biasa, pekerjaanku memang menguras banyak tenaga, aku harus berdiri dari jam 07.00 pagi sampai jam 17.00 Sore.

Untuk itulah kenapa aku dan suamiku rutin setiap akhir pekan pergi ke tukang pijat.

Sampai tiba saatnya malam Minggu tiba...

Jam menunjukkan pukul 19.00 Malam, tidak lama kemudian pak Gun datang.

Tok....Tok....Tok.

Suamiku membuka pintu....

"Pak Gun, silahkan masuk Pak," ujar suamiku mempersilahkan pak Gun masuk.

"Iya, permisi Pak," kata pak Gun dengan sopan sembari masuk ke dalam rumahku.

Setelah itu kami duduk di ruang tamu.

"Pak istri saya juga mau di pijat, bisa ya, Pak?" tanya suamiku sembari menatap pak Gun.

"Oh iya bisa, Pak," jawab Pak Gun dengan tegas.

"Nanti setelah saya ya, Pak," ujar suamiku.

"Iya Pak," ucap pak Gun.

"Mari Pak," ajak suamiku kepada pak Gun untuk memulai memijatnya.

Kemudian suamiku mulai di pijat di dalam kamar.

Kurang lebih pukul 20.00 Malam, suamiku selesai di pijat, setelah suamiku selesai, sekarang giliran ku yang akan dipijat.

Kemudian aku pakai kain sarung dan masuk ke dalam kamar, sedangkan suamiku tiduran di depan Tv.

Aku mulai tengkurap di atas tempat tidur sedangkan pak Gun duduk di sampingku.

Hatiku berdebar ketika pak Gun mulai menyikap kain sarung yang menutupi tubuhku.

"Maaf Bu, kainnya di buka ya," ujar pak Gun dengan sopan.

"Iya Pak," ucapku yang sudah tengkurap di atas tempat tidur.

Kemudian pak Gun memulai memijat ku.

"Leher sama pundak yang sakit Pak," ujar ku kepada pak Gun.

"Iya, saya kasih minyak dulu ya Bu," kata pak Gun sembari mengambil minyak urut dari sakunya.

"Iya, Pak." ucapku.

Kemudian pak Gun mengolesi tubuhku dengan minyak urut dan mulai memijat ku.

"Aduh, pelan-pelan Pak," jeritku ketika pak Gun menekan bagian pundak ku yang sakit.

"Kalau pelan-pelan bukan di pijat Bu, tapi di raba," canda pak Gun kepadaku.

Setelah 15 menit pak Gun memijat pundak dan leherku, kemudian pak Gun menyuruhku untuk telentang.

"Telentang ya, Bu," pinta pak Gun kepadaku supaya aku telentang.

"Sebentar ya Pak, saya mau ke kamar mandi dulu," kataku kepada pak Gun.

"Oh iya, silahkan Bu," ucap pak Gun mempersilahkan aku untuk ke kamar mandi.

Kemudian aku beranjak dari tempat tidur lalu pergi ke kamar mandi.

Ketika aku ke kamar mandi, aku lihat suamiku tertidur pulas di depan Tv, mungkin karena dia lelah seharian bekerja dan habis di pijat.

Setelah dari kamar mandi, aku kembali ke kamar, pak Gun masih duduk di pinggiran ranjang menungguku dari kamar mandi.

Kemudian aku naik ke atas tempat tidur, kini aku telentang di hadapan Pak Gun.

Pak Gun menyikap sedikit kain sarungku dan mulai memijat ku, berbeda dengan tadi, kali ini pijatannya sungguh lembut dan nyaman, mataku sampai terpejam menikmatinya, aku begitu rileks di buatnya.

Pijatan pak Gun kini pindah ke kaki ku, kemudian meratakan minyak ke pahaku, aku benar-benar menikmati pijatannya.

Tangannya benar-benar lincah dan merilekskan otot-otot ku yang tegang setelah seminggu penuh sibuk dengan aktifitas keseharian ku.

Sekarang giliran perutku, katanya dengan pijatan ini lemak-lemak di perut akan berkurang, aku mengiyakan saja apa yang pak Gun katakan.

"Bu, saya pijat perutnya ya, biar lemak-lemak di perut ibu hilang," kata pak Gun sembari mengolesi minyak di perutku.

"Iya, Pak." ucapku.

Kemudian pak Gun memberikan minyak yang banyak sekali di area perutku, aku mengeluh saat pak Gun mulai memijat di area perutku, setelah memijat perutku, pak Gun kemudian memberikan minyak di area pahaku.

Aku yang masih terpejam menikmati pijatannya tidak sadar kalau pak Gun sudah memijat terlampau jauh.

Aku membiarkannya, karena aku bingung antara menikmati pijatannya atau fokus menahan kehormatan ku.

Akhirnya aku tidak bisa menahan gelombang serangan dari pak Gun, pertahanan ku runtuh juga, aku pasrah apa yang di lakukan pak Gun kepadaku, karena aku sangat menikmatinya.

Tidak terasa hampir satu jam lebih aku di pijat, setelah itu pak Gun menghentikannya.

"Sudah ya, Bu?" ucap Pak Gun.

Aku hanya diam, terkulai lemas di atas ranjang, setelah itu pak Gun keluar dari kamarku dan duduk di ruang tamu.

Aku pun beranjak dari tempat tidur, kemudian aku membangunkan suamiku.

"Mas....Mas...." Aku mencoba membangunkan suamiku.

"Biar Bu, tidak usah di bangunkan, saya langsung pulang saja," ujar pak Gun berpamitan kepadaku.

"Oh iya Pak," ucapku sembari aku mengantarkan pak Gun sampai di depan pintu rumah.

Inilah pengalaman pertamaku di pijat oleh seorang laki-laki yang ganteng dan gagah.

Terpopuler

Comments

maharastra

maharastra

wuiiihhhh...edyannn😎😎😎😎😬🤭

2022-10-14

1

maharastra

maharastra

wuihhh.ngeri.ngeri dan ngeri

2022-10-14

0

Nyari Anto

Nyari Anto

ok

2022-01-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!