Malam minggu saat pak Gun memijat ku, aku mengajak pak Gun untuk bertemu, saat itu suamiku lagi menonton Televisi.
"Pak, besok saya libur bisa ketemu Pak?" tanyaku sembari berbisik kepada pak Gun agar tidak terdengar oleh suamiku.
"Bisa Bu, mau ketemu dimana?" tanya pak Gun juga dengan suara yang pelan seraya menghentikan pijatannya sejenak.
"Di rumah bapak saja ya," pintaku kepada Gun.
"Oh iya Bu, jam berapa?" tanya pak Gun lagi.
"Bapak tunggu saja, besok jangan kemana-mana ya Pak," pintaku kepada pak Gun.
"Ok siap Bu," ujar pak Gun kemudian melanjutkan memijat ku dengan penuh semangat.
Keesokan harinya....
Sekitar pukul 08.00 Pagi, aku berpamitan kepada suamiku.
"Mas, aku mau ke pasar ya," kataku kepada suamiku yang lagi bermain HP nya di ruang tamu.
"Iya ayo Dik," ujar suamiku.
"Aku sendiri saja mas, soalnya aku lama, banyak yang mau di beli," ucapku agar suamiku tidak mengantarku.
"Mau beli apa Dik?" tanya suamiku penasaran.
"Banyak mas, bahan-bahan dapur habis semua," jawabku.
"Oh ya sudah, hati-hati Dik," kata suamiku kemudian kembali memainkan HP nya.
"Iya mas, aku berangkat ya mas," pamit ku kepada suamiku.
"Iya," ucap suamiku singkat.
Kemudian aku berjalan ke perempatan di dekat rumahku untuk menunggu angkutan.
Sekitar satu jam perjalanan dari rumahku ke rumah pak Gun.
Setelah sampai di rumah pak Gun.
Aku mengetuk pintunya.
Tok....Tok....Tok.
Beberapa saat kemudian pak Gun membuka pintunya.
"Bu Lisa, silahkan masuk Bu," ujar pak Gun mempersilahkan aku masuk.
"Sepi ya Pak," ucapku melihat keadaan rumah pak Gun yang begitu sepi.
"Iya Bu, maklum saya sendirian disini, silahkan duduk Bu," ujar pak Gun mempersilahkan aku duduk.
"Iya Pak," jawabku sembari aku duduk di kursi ruang tamunya.
"Mau minum apa Bu?" tanya pak Gun yang berdiri di depanku.
"Tidak usah repot-repot Pak." ucapku.
"Tidak repot kok Bu, saya buatkan Teh saja ya," ujar pak Gun.
"Iya boleh Pak," ucapku sembari menganggukkan kepalaku.
Kemudian pak Gun berjalan menuju ke dapurnya untuk membuatkan Teh untukku.
Beberapa saat kemudian pak Gun datang membawa segelas Teh untukku.
Setelah itu pak Gun duduk di dekatku, melihat pak Gun membuatkan Teh untukku, aku jadi simpatik terhadap pak Gun.
"Maaf ya Pak, kenapa Bapak tidak cari istri lagi?" tanyaku sembari melihat wajah pak Gun.
"Masih belum ada yang cocok Bu," jawab pak Gun kemudian menundukkan wajahnya.
"Oh gitu ya Pak," ucapku.
"Jujur Bu, saya suka sama ibu dan ingin memperistri Ibu Lisa, tapi Ibu sudah punya suami," kata pak Gun sembari mendongakkan wajahnya dan melihat ke arahku dengan tatapan yang tajam.
Aku diam sejenak, aku terkejut tiba-tiba pak Gun berkata seperti itu.
"Bapak serius?" tanyaku memandang wajah pak Gun.
"Serius Bu," ujar pak Gun.
"Saya mau jadi istri Bapak, tapi saya butuh waktu untuk menceraikan suami saya Pak," kataku kepada Pak Gun.
"Apa bener Bu?" tanya pak Gun sedikit terkejut dengan perkataan ku.
"Iya," ucap tegas seraya menganggukkan kepalaku.
"Serius Ibu akan menceraikan suami Ibu dan menikah sama saya?" tanya pak Gun lagi.
"Kalau saya tidak serius saya tidak mau melakukannya sama Bapak, sebenarnya----." Sejenak aku menghentikan perkataan ku.
Aku lihat pak Gun memandangku penuh tanda tanya.
"Sebenarnya kenapa Bu?" tanya pak Gun penasaran.
"Sebenarnya saya suka sama Bapak," ujar ku kepada pak Gun seraya aku menunduk tersipu malu.
"Jadi Ibu Lisa suka sama saya?" tanya pak Gun sedikit tersenyum.
"Iya Pak," jawabku singkat sambil aku menganggukkan kepalaku.
Kemudian pak Gun berpindah tempat duduk ke sampingku.
"Kalau berdua begini, tidak enak kalau bahasanya terlalu formil Bu," ujar pak Gun.
"Lalu maunya Bapak bagaimana ?" tanyaku.
"Seperti anak muda yang lagi pacaran bagaimana Bu," ujar pak Gun.
"Saya tidak mengerti Pak," ucapku.
"Panggilnya Mas atau sayang saja," pinta pak Gun.
"Ya sudah saya panggil mas saja," ujar ku sembari menatap wajah pak Gun.
"Iya sayang," ucap pak Gun sembari tersenyum kepadaku.
Mulai saat itu aku memanggil pak Gun dengan mas Gun.
"Kamu serius kan Mas, sayang sama aku?" tanyaku meyakinkan mas Gun.
"Serius sayang," ucap mas Gun dengan tegas.
Kemudian dia memegang tanganku dan mencium keningku.
"Apa kamu masih ragu dengan ketulusan cintaku sayang?" tanya mas Gun menatapku.
"Aku takut Mas," ucapku lirih.
"Takut kenapa sayang," ujar mas Gun sembari mengerutkan dahinya.
"Takut kamu mempermainkan aku," ucapku memandang wajah mas Gun.
"Aku berani bersumpah, aku tidak akan mempermainkan kamu sayang, aku tidak akan melakukan itu dengan kamu kalau aku tidak benar-benar sayang sama kamu," ujar mas Gun dengan tegas dan yakin.
Aku melihat sorot matanya yang berbinar menandakan ketulusan cintanya kepadaku.
"Iya aku percaya, tapi kenapa kamu tega melakukan itu kepadaku Mas?" tanyaku penasaran.
"Karena aku sayang sama kamu," ucap mas Gun dengan yakin.
"Lalu kenapa kamu juga mau?" kata mas Gun sambil tersenyum kepadaku.
"Nggak tau ya Mas, aku juga bingung kenapa aku mau," ucapku sembari tersipu malu.
"Ya sudah jangan di bahas lagi, di minum Teh nya Sayang," ujar mas Gun menyuruhku untuk meminum Teh nya.
"Iya Mas," ucapku sembari aku meminum Teh buatannya.
"Kapan kamu akan ceraikan suamimu sayang?" tanya mas Gun.
"Sabar ya mas, aku butuh waktu," ucapku memandang wajah mas Gun.
"Berapa lama?" tanya mas Gun lagi.
"Secepatnya Mas," ucapku singkat.
Setelah lama mengobrol dengan mas Gun di ruang tamunya, aku pun mulai merasa ngantuk.
"Mas aku ngantuk," ujar ku kepada mas Gun.
"Ayo tidur di kamar sayang," kata mas Gun menyuruhku tidur di kamarnya.
Aku pun di bawa ke dalam kamarnya, entah berapa lama aku tertidur, setelah aku bangun, aku terkejut karena bajuku sudah acak-acakan.
Aku pun segera bergegas bangun dari tempat tidur dan keluar dari kamarnya, aku lihat mas Gun sudah duduk di ruang tamunya.
"Kenapa aku tidak di bangunkan Mas?" tanyaku sembari melihat mas Gun yang duduk di ruang tamu.
"Aku nggak tega bangunkan kamu sayang," ujarnya seraya melihat ke arahku.
"Aduh, ini sudah jam berapa Mas?" tanyaku sedikit kesal.
"Jam 3 Sayang," ucap mas Gun.
"Astaga Mas," ucap ku.
Kemudian aku mengambil Tas ku, aku lihat HP ku dan ternyata suamiku meneleponku beberapa kali.
"Ayo Mas antar aku pulang," pintaku dengan sedikit gelisah.
"Kenapa buru-buru sayang," ucapnya.
"Sudah sore Mas, nggak enak sama suamiku," ujar ku.
"Iya ayo sayang," ucapnya sembari bangun dari tempat duduknya.
Kemudian aku di antar mas Gun pulang naik motornya.
Di perjalanan pulang aku mengobrol dengan mas Gun.
"Mas, nanti sampai perempatan saja ya," pintaku kepada mas Gun.
"Kenapa, kamu takut sama suamimu, katanya mau kamu ceraikan?" ujar mas Gun sembari menoleh ke arahku.
"Iya tapi aku butuh waktu mas, aku mau bercerai baik-baik Mas," ujar ku seraya memeluk mas Gun dengan erat.
"Aku tunggu sayang," ucap mas Gun.
Hatiku berdebar tidak karuan, karena aku sangat lama ijin ke pasar, pasti suamiku bertanya-tanya, apalagi dia meneleponku beberapa kali, parahnya lagi aku tidak membawa barang belanjaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
ewa dewata
bgt2 aja, g menarik. ganti ajalah
2021-09-02
0