Selena menghilang. Para guru mengerahkan semua orang untuk mencarinya, termasuk staff hotel. Mindy begitu panik hingga ia menangis terisak tak terkendali. Sedangkan Christian memimpin beberapa orang teman sekelas mereka untuk mencarinya di hutan tempat mereka berkumpul untuk menyalakan kembang api tadi malam.
Mindy dan Christian mengira kalau Selena sudah kembali ke kamarnya setelah acara api unggun selesai, namun pagi ini ia tidak terlihat di manapun saat Mindy menjemputnya untuk sarapan. Padahal hari ini adalah hari terakhir mereka berada di resort.
Kepala Sekolah sudah mengabari kedua orangtua Selena. Jika Selena belum ditemukan sore ini, maka keluarganya akan datang bersama tim SAR dan polisi untuk mencarinya bersama-sama.
Meskipun tak suka, Reagan tidak bisa memungkiri kalau dirinya cemas juga dengan keselamatan Selena. Cewek itu, meskipun menakutkan saat sedang merencanakan sesuatu, dia tidak pernah melakukan perbuatan yang spontan. Semua yang Selena lakukan selalu atas pertimbangan dan rencana yang matang. Menghilang seperti ini bukanlah gayanya. Reagan berusaha untuk menebak rencana cewek itu, tapi imajinasinya belum sebanding dengan isi kepala Selena.
Ia memilih pantai sebagai lokasi pertama pencarian. Semua orang yang semula mencari di pantai sudah menyerah karena tidak juga menemukan Selena. Tapi Reagan tetap ingin mencoba. Ia ingat kalau Selena suka keindahan. Bukan hanya pemandangan, Selena juga memilih teman yang paling cantik seperti Mindy, atau tampan seperti Christian. Mereka bertiga bagai tiga serangkai yang paling indah untuk dilihat seantero SMA Harapan Pertiwi. Reagan mengira Selena mungkin saja tertidur di pantai mengingat pemandangan pantai dekat resort juga sangat bagus.
Beberapa jam mencari, Reagan hampir menyerah. Ia memutuskan kembali ke resort karena hari makin sore. Mungkin keluarga Selena sudah mengirim helikopter SAR kemari. Langkahnya terhenti saat ia melihat sesuatu terombang-ambing di laut kejauhan. Ia berlari ke bibir pantai dan menyadari kalau sosok yang terombang ambing itu adalah tubuh manusia.
Selena!
Pakaian yang dikenakannya adalah pakaian terakhir yang dilihat Reagan tadi malam.
Adrenalin Reagan terpacu karena panik sekaligus was-was. Tubuh Selena yang terombang-ambing di laut nampak tak bergerak.
Apa dia sudah mati?, pikir Reagan gusar.
Meskipun awalnya ragu-ragu, Reagan mulai masuk ke laut. Ia tidak bisa berenang, namun jika ia menunggu pertolongan datang, Reagan takut jika tubuh Selena hanyut atau dimakan hiu. Dengan tekad kuat Reagan mulai berlari, tanpa memedulikan ombak besar yang menerpanya. Begitu kakinya sudah mulai kehilangan pijakan, Reagan panik. Ia menggapai-gapai udara. Reagan merasa hari ini sial sekali. Sekarang bukan hanya Selena yang dinyatakan hilang, tapi dia juga. Sekolah akan kehilangan dua murid terpintar seprovinsi.
Reagan tersedak air laut yang rupanya sudah memenuhi tenggorokannya. Saluran pernafasannya dipenuhi air garam yang menyakitkan. Saat Reagan mulai kehilangan kesadaran, ia merasa tubuhnya ditarik ke atas. Seseorang atau sesuatu yang hangat menyelimutinya. Kesadarannya muncul dan hilang. Ketika ia membuka mata dan memuntahkan air laut dari mulutnya, ia sudah berada di pantai.
Selena duduk di sampingnya. Cewek itu cuma diam dan memperhatikannya mengumpulkan kesadaran. Anehnya dia nampak baik-baik saja. Tidak kelihatan seperti orang habis tenggelam. Reagan masa bodoh dengan itu semua. Yang penting mereka berdua selamat.
"Semua orang mencarimu," Ujar Reagan. "Kita harus kembali. Orangtuamu mengirim tim SAR ke sini." Reagan berdiri dan membersihkan pasir yang menempel di tubuhnya. "Kenapa, sih?" Bentak Reagan saat melihat Selena nampak seperti orang linglung.
"Ayo pergi!" Tanpa menunggu jawaban, Reagan setengah menyeret Selena. Cewek itu berjalan limbung seakan baru pertama kali menggunakan kakinya. Untungnya Reagan dapat membantu menopang tubuh Selena dan menuntunnya kembali ke resort.
***
"Selena!!"
Solar tidak sempat bereaksi saat seseorang memeluknya sambil menangis tersedu-sedu.
Semua orang berkumpul mengelilinginya. Wajah mereka menunjukkan ekspresi lega. Solar mempelajarinya dari ingatan yang ia ambil dari pemilik asli tubuh ini. Namanya adalah Selena. Semua orang yang mengelilinginya adalah orang-orang yang dikenal olehnya. Selama perjalanan menuju kesini, Solar melatih mulut dan pita suaranya agar ia dapat berkomunikasi juga seperti mereka.
"Dari mana saja, Selena? Kami semua mencarimu." Giliran orang lain yang lebih tua yang memeluknya bergantian. Mereka adalah guru sekolah Selena. Solar belum menemukan keberanian untuk membuka mulut. Ia takut kalau usaha pertamanya dalam berkomunikasi berakhir buruk dan membongkar penyamarannya.
"Dia habis tenggelam." Orang yang tadi diselamatkannya tiba-tiba sudah berdiri di sebelah. Namanya Reagan. Bayangan tentang Reagan lumayan sering muncul di kepala Selena. Solar jadi lebih cepat merasa akrab dengannya. Awalnya Solar sama sekali tak berniat menyelamatkan Reagan.
Ia sedang bersantai di permukaan air ketika ia mendengar teriakan yang memanggil-manggil nama pemilik tubuh ini. Solar tidak mengerti kenapa Reagan masuk ke air padahal jelas-jelas dia tak bisa berenang. Reagan sudah tenggelam saat Solar baru memutuskan untuk menyelamatkannya saja.
"Kalian baik-baik saja?" Orang yang dikenal Solar sebagai Kepala Sekolah menuntun mereka berdua menuju lift. "Cepat ganti baju! Ada dokter yang akan memeriksa kalian."
Tiga jam kemudian, semua orang sudah berhenti berusaha untuk mengajaknya bicara. Dokter yang datang memeriksa Solar di kamarnya berhasil ia manipulasi pikirannya. Solar tidak akan membiarkan seorangpun memeriksa tubuhnya. Meskipun dalam wujud penyamaran, tubuh manusia Solar tidak memiliki organ yang sama. Dokter akan langsung menyadari ketidakberesan dalam tubuhnya. Akhirnya ia membuat dokter untuk mengatakan kalau mungkin Selena sedang dalam kondisi syok, meskipun secara keseluruhan Selena baik-baik saja. Yang tidak baik-baik saja adalah Reagan. Kondisinya menurun drastis karena habis tenggelam. Air laut yang dingin membuatnya demam tinggi. Rencana rombongan untuk pulang hari itu diundur sampai kondisi Reagan membaik.
Diam-diam Solar pergi ke kamar Reagan. Ia ingin melihat kondisinya. Semenjak menjadi manusia, Solar sangat rentan terhadap perasaan-perasaan asing yang memenuhi pikirannya. Dia menjadi cepat gelisah karena belum terbiasa. Baginya, bentuk manusia ini adalah bentuk yang paling membuatnya lemah selama ia hidup beberapa millenia. Jika ada serangan tiba-tiba, mungkin Solar tak akan mampu berbuat banyak.
Kondisi Reagan yang tidak sehat membuatnya cemas. Ia ingin menyembuhkannya. Dengan begitu, Solar jadi punya kesempatan untuk pergi dari sini dan melihat dari peradaban mana koloni ini berasal.
Reagan sedang tidur lelap dengan cairan infus di pergelangan tangannya. Solar menyentuh kantong infus itu agar ia dapat menaruh sedikit energinya di sana. Reagan pasti akan baik-baik saja setelah dia bangun nanti.
***
Mereka sedang dalam perjalanan pulang dengan bus. Solar duduk bersebelahan dengan Mindy yang sedang tertidur di bahunya. Ia mencuri pandang ke arah Reagan yang duduk di kursi sebelah. Reagan juga sedang tidur. Wajahnya sudah tidak pucat seperti kemarin. Demam Reagan juga sudah hilang. Semua orang senang dengan kondisi Reagan yang jauh lebih baik.
"Sel?"
Kepala Christian muncul dari atas kursi depan. Ia menawarkan sebungkus makanan kecil padanya. Solar tidak berani mencoba makanan di planet ini. Dia khawatir makanan-makanan itu akan membuatnya sakit. Satu-satunya sumber energi bagi spesies sejenisnya adalah air laut beserta organismenya. Jika peradaban tempat rombongan ini berasal memiliki laut juga seperti resort yang mereka datangi, maka Solar bisa bertahan hidup lebih lama. Solar menggeleng untuk menolak halus tawaran Christian.
"Tidak lapar? Kamu belum sarapan tadi." Kedua alis Christian menyatu saat menatapnya. Lagi-lagi Solar menggeleng. Meskipun merasa aneh, Christian tidak menuntut jawaban lebih jauh. Ia kembali duduk di kursinya dengan tenang.
Solar memperhatikan sekeliling. Ia kagum melihat koloni ini. Ia tidak menyangka akan ada spesies cerdas di luar koloninya. Planet ini begitu hidup. Solar yakin bahwa dia akan menemui lebih banyak lagi spesies yang berbeda selama asesmennya. Ia merasa sangat bersemangat untuk memulai petualangan.
***
Jasad Selena hanyut di kedalaman laut, namun tidak sampai ke dasar. Tubuhnya dibawa ke perairan yang sangat jauh dari tempatnya berasal. Makhluk yang membawanya tidak memperhitungkan kuatnya arus bawah laut yang mengangkat tubuh Selena hingga terombang-ambing dalam gelapnya lautan. Ikan-ikan kecil menghindarinya. Hiu dan cumi-cumi menggigiti kulitnya, tapi tidak banyak dari mereka yang bertahan untuk menghabiskan makan malam.
Giliran udang krill kecil yang hinggap bergantian, mereka juga tertarik untuk ikut perayaan. Lagi-lagi, mereka tidak berlama-lama untuk memuaskan lapar. Tubuh Selena ditinggalkan tak lama kemudian.
Alhasil, dengan tubuh yang tak utuh, jasad Selena mengembara mengikuti arus laut dalam.
***
Mindy dan Solar menjadi orang terakhir yang turun dari bus. Solar tidak yakin bagaimana cara membangunkan Mindy dari tidurnya, sampai Christian menghampiri mereka. Christian menarik rambut Mindy dengan kasar hingga dia terbangun dan berteriak jengkel. Begitu turun, seorang wanita yang mirip seperti Selena sudah menunggunya. Solar mengenalinya sebagai Mama Selena. Papa Selena berdiri tak jauh dari istrinya, sedang berbincang serius dengan Kepala Sekolah. Solar yakin mereka sedang membicarakan insiden hilangnya Selena kemarin. Tak berapa lama setelah Solar turun dari bus dan menghampiri orangtuanya, Kepala Sekolah berpamitan.
"Kami khawatir sekali." Wanita itu memeluk tubuh Solar dengan erat. Tiba-tiba Solar diliputi rasa bersalah mengingat tubuh Selena yang asli sudah ia tinggalkan di samudera. Perasaan ini sangat asing baginya. Mengambil bentuk spesies ini merupakan tantangan paling besar seumur hidup Solar.
"Kamu baik-baik saja, nak?" Telapak tangan hangat menyentuh pipinya yang dingin. Wajah teduh Papa Selena nampak cemas. Solar mengangguk. Ia digiring oleh mereka menuju kendaraan yang terparkir tak jauh dari bus. Kedua orangtua Selena seringkali kedapatan sedang saling melirik.
Solar dan keluarga Selena melewati Reagan yang sedang mengambil sepeda. Ia tidak dijemput oleh keluarganya.
Apakah itu normal?, tanya Solar dalam hati.
Reagan mengayuh sepeda dengan santai meninggalkan sekolah tanpa menoleh sedikitpun. Entah ia tidak melihat Solar atau sengaja mengabaikannya.
"Selena!" Sedan hitam berhenti di dekat kendaraan keluarga Selena. Wajah Mindy muncul dari balik kaca. "Sampai ketemu besok! Telepon aku, ya!" Mindy melemparkan ciuman jauh pada Solar yang terbengong.
Solar merasakan bahunya ditepuk dari belakang. "Aku nebeng mobil kalian, ya?" Christian memasang wajah memelas.
"Cepat masuk, kalau begitu!" Sahut Mama Selena. Christian yang mendengar itu langsung tersenyum senang dan bergegas masuk ke kursi belakang. Solar mengikutinya.
"Nah, ceritakan apa yang terjadi!" Sambil menyetir, Papa Selena bertanya pada anaknya. Solar menoleh menatap Christian. Ditatap begitu, Christian mengambil alih untuk bercerita kronologi kejadian saat Selena menghilang, ditemukan tenggelam, dan diselamatkan oleh Reagan. Solar tidak mengelak sama sekali saat Christian menambahkan detail-detail kecil yang tak perlu pada keluarganya. Bukan Solar yang tenggelam, melainkan Reagan. Selama ini Reagan tidak pernah mengklarifikasi kejadian yang sebenarnya, jadi Solar pikir tidak ada pengaruhnya juga bagi orang lain.
Dari memori yang Solar ambil dari Selena, ia mengetahui kalau kedua orangtua Selena diam-diam sedang mengurus perceraian. Mereka akan berpisah, namun belum menemukan waktu yang tepat untuk memberitahu Selena. Selena mencari tahu apa yang terjadi pada keluarganya tanpa kesulitan. Ia membiarkan orangtuanya merahasiakan hal itu sampai mereka siap. Rupanya tidak banyak hal yang dapat mengejutkan Selena. Ia selalu tahu lebih dulu apa yang ia ingin tahu.
"Untunglah Selena baik-baik saja. Kami sempat sangat khawatir dan hampir mengirimkan helikopter tim SAR untuk mencarinya." Ujar Mama Selena setelah Christian selesai bercerita.
"Kami semua mencarinya kemana-mana. Dia memang berbakat untuk membuat orang lain cemas." Sahut Christian.
Kedua orangtua Selena tersenyum. Solar dapat melihatnya dari pantulan kaca spion.
"Oh, iya. Bagaimana kabar Mama dan Papa-mu, Christian? Om dengar mereka sedang berada di Brazil. Sampai kapan mereka akan keliling dunia?"
Topik ini membuat Solar tertarik. Ia menegakkan tubuhnya untuk mendengar lebih jauh.
"Tahun depan mereka akan kembali." Jawab Christian kurang antusias. Christian tidak terlalu suka membicarakan keluarganya.
"Enak ya, Pah? Mereka memilih pensiun muda dan berkeliling dunia." Sambung Mama Selena.
"Mereka tidak punya banyak hal untuk dipikirkan. Kakak pertama Christian mengambil alih perusahaan, sedangkan kakak keduanya sibuk meneliti laut. Untungnya Christian sudah terbiasa mandiri. Apalagi yang mereka inginkan selain ketenangan?"
"Betul juga. Seandainya Selena cepat besar, dan menjadi dokter gigi, aku juga akan pensiun muda. Biar klinik gigi diambil alih olehnya."
"Kita belum bisa memastikan apakah bakat Selena di bidang itu atau orthopedi." Solar dapat melihat buku jari Papa Selena memutih di atas kemudi.
Kedua orangtua Selena berasal dari keluarga berpendidikan tinggi. Opa Selena dari pihak ayahnya adalah pemilik firma hukum terbesar di Indonesia. Semua kliennya adalah konglomerat atau pejabat negara. Oma juga bergelut di bidang yang sama. Di usianya yang ke tujuh puluh, Oma membantu merumuskan Rancangan Undang-Undang Perlindungan Hak Asasi Manusia yang disahkan tahun lalu.
Kakek dari pihak ibunya adalah pemilik yayasan yang mendirikan sekolah anak-anak berkebutuhan khusus, sedangnya neneknya seorang dokter gigi. Kesuksesan mereka menurun pada kedua orangtuanya. Pekerjaan Papa Selena sebagai seorang ahli orthopedi di rumah sakit umum pusat kota, dan Mama Selena yang memiliki klinik gigi dengan banyak cabang di kota besar, membuat Selena tumbuh sebagai anak yang berlimpah perhatian dan harta. Namun beberapa tahun belakangan, rumah tangga kedua orangtuanya berada di ambang kehancuran. Mamanya mengajukan perceraian ke pengadilan enam bulan yang lalu. Alasan perpisahan mereka adalah karena ketidakcocokan antara satu sama lain. Selena selalu bertanya-tanya apa yang membuat kedua orangtuanya merasa tidak cocok satu sama lain jika mereka sudah menikah selama dua puluh tahun dan dikaruniai anak, yang tidak lain adalah Selena sendiri.
Sejak itu, perhatian melimpah yang biasa Selena terima berkurang sedikit demi sedikit hingga tak bersisa sama sekali. Sampai saat ini, Selena terus penasaran akan adanya konsep pernikahan. Rasa penasarannya itu juga dialami oleh Solar.
"Selena akan mengambil jurusan kedokteran gigi. Ada hal yang harus diwariskan padanya. Kita hanya punya Selena. Jika kita punya dua anak, salah satu bisa ikut kamu, dan satunya ikut aku."
"Maksudmu apa? Selena menyukai orthopedi sejak kecil. Dia akan meneruskan jejakku untuk menjadi spesialis orthopedi yang terkenal."
Ada hal yang tidak orangtua Selena tahu tentang anak mereka selain kematiannya. Mendiang Selena ingin melanjutkan kuliah di MIT. Ia sedang bekerja keras untuk mempersiapkan semuanya. Solar tersenyum kecil dalam hati saat mendengar perdebatan suami istri itu.
"Terkenal? Menurutmu terkenal adalah menjadi satu-satunya dokter handal di Rumah Sakit umum dan digaji? Kalau memang seterkenal itu, kenapa tidak membangun rumah sakit sendiri menggunakan ketenaran namamu?"
"Tunggu sebentar! Apa kamu baru saja menyepelekanku?"
"Aku tidak merasa menyepelekanmu. Itu realita!"
"Kita sudah sepakat untuk tidak ikut campur urusan karir masing-masing, kan?"
"Hanya jika karir itu menyangkut masa depan Selena. Aku tidak akan membiarkan-"
"Selena mengantuk." Solar tiba-tiba bersuara. Ia tidak ingin terus-menerus melihat Christian merasa tidak nyaman karena mendengar pertengkaran mereka. "Bisakah Mama dan Papa tenang sebentar sampai kita sampai rumah?" Lanjutnya. Solar masih merasakan aura kemarahan kedua orangtua Selena. Tapi setidaknya mereka tidak berapi-api seperti tadi. Tak bisa dipungkiri kalau Solar merasa terganggu juga atas sikap permusuhan yang diperlihatkan orangtua Selena.
"Tentu, sayang." Papa Selena mengerling pada istrinya, memberikan sinyal untuk menyuruhnya tutup mulut. Kedua mata Solar kini terpejam. Kemudian ia merasakan kepalanya disandarkan di atas bahu seseorang.
"Supaya lehermu tidak sakit." Bisik Christian.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Rifa Mukherjee
lanjutttt
2022-02-20
0
Rifa Mukherjee
bagus hlo ini kak, menarik sekali
2022-02-20
0
Zuni Rahmawati
selena mirip kayak luna ya jail pemberani...😁😁
2020-12-10
1