Manbaus Salam

⚠️⚠️Demi memudahkan pembaca, bagi yang tidak memahami bahasa jawa, langsung pergi ke kata yang bertanda kurung (terjemahannya). Abaikan cetak miring. Setiap pengulangan bahasa jawa, tetap saya berikan terjemahan meskipun kata tersebut telah diulang sebelumnya.

🌹🌹🌹

Jika ada yg ditanyakan bisa tulis di kolom komentar. 😊🙏

🌷(Masuk cerita) 🌷

Seperti kata uma kemarin, uma memang tetap tidak bisa mengantar. Ini bukanlah perpisahan, tapi rasanya begitu mengharu biru. Berpisah dengan uma, aba, dan bocil-bocil. Tadi, uma juga tidak banyak berkata-kata. Justru takut bila aku banyak mengenang nantinya. Tapi, ciuman uma di keningku masih sangat terasa hangat.

Aku hanya berangkat dengan aba naik motor. Satu tas besar kupangku dan yang satunya ditaruh di depan. Barang-barang lain bisa kubeli nanti di sana.

Setelah melawan arus perjalanan muda-muda di hari Minggu selama hampir dua jam, aku menatap gerbang pondok bertuliskan kaligrafi arab “Manbaus Salam”. Aku menggelar senyum. Sejenak batinku mengatakan wah. Dari gerbang pintu masuk masih berjarak tiga ratusan meter menuju halaman pesantrennya. Sedangkan, gerbang kedua yang masih terbuat dari kayu jati, menjulang tinggi hampir tiga meter dipajangi banner penyambutan santri-santri baru—tepat di depan halaman.

Inilah halaman pondokku yang luas. Seukuran dengan lapangan sekolah pada umumnya. Tepat di tengah-tengahnya ada aula kuno hampir mirip seperti joglo. Tapi, bentuknya sudah agak berubah. Renovasinya menambah sedikit campuran nuansa modern dengan keramik-keramik berkilau di enam pilarnya. Meski begitu, nuansa klasiknya masih kentara. Aku memang belum pernah ke sini. Aba mendaftarkanku sendirian. Sekilas aku menerka ini pondok salaf kuno. 

Ini pondok pilihan aba. Dulu, aba juga pernah mondok di sini walaupun katanya tidak lama. Tidak genap tiga tahun karena setelah itu aba harus segera menikahi uma. Memang katanya cobaan terberat santri itu kalau sudah ketikung urusan bab nikah. Aku tahu kenapa aba memberiku pilihan kuliah atau mondok. Ya karena aba dulunya juga nyantri. Tapi, karena aba nyantrinya tidak begitu lama, maka aku pun tidak harus mencari ilmu di pesantren.

“Ranaa, kita menemui pengurusnya dulu baru nanti sowan ke ndalem (rumah) Yai dan Bu Nyai sepuh.”

Aba tampak berpengalaman. Aba tidak perlu bingung-bingung harus begini atau begitu. Peraturannya masih sama seperti dulu. Aku mengekor di belakang aba. Derap langkahku lebih pelan daripada aba, sembari mengerlingi wilayah pondok yang bisa kujangkau.

Kalau dilihat sekilas, pondok ini sepertinya tidak terlalu luas. Halamannya saja yang membuat kesannya luas sekali. Tapi, aku juga belum tahu kalau di belakang beberapa ruangan yang seperti kamar santri itu, apakah juga masih wilayah pondok apa bukan. Yang jelas di samping aula yang luas, berjejer dua rumah yang bangunannya lebih apik dari bangunan lainnya. Itu pasti ndalem (rumah)  yai dan bu nyai serta ẓurriyyah-nya—berjarak sepuluh meter tepat di sebelahnya ruangan kamar yang kumaksud tadi.

Aku menghitungnya dengan jari. Satu dua tiga ada lima belas kamar berhadap-hadapan. Dan, masih ada bangunan bersekat yang sepertinya itu kamar mandi dan dapur. Sekat tembok itu menghalangi pandanganku. Tapi, aku melihat ada kang santri keluar dari sana—ada yang membawa handuk dan ada yang membawa sepiring makanan.

“Oh, ini pondok putra, Ba?"

“Iya. Ini pondok putra.”

“Pontrinya mana?”

“Iya ini kita mau ke sana.”

Aku manggut-manggut. 

Ternyata dan ternyata, di belakang kamar kang santri adalah wilayah pontri. Jarak antara gerbang dan tembok kamar kang santri kira-kira dua puluh meteran. Ada gerbang kecil yang terdapat tulisan peringatan laki-laki dilarang masuk kecuali pengasuh dan wali santri pendaftar. 

“Aba kalau njenguk nanti di mana?”

Aba menyuruhku menoleh ke samping kanan. Ada tiga saung dan tempat istirahat yang digunakan untuk wali santri menjenguk anak-anaknya. Berarti saung-saung di samping aula tadi juga tempat sambang untuk kang santri—pikirku.  

Aku tetap membuntut. Aku dan aba masuk menemui pengurus. Hanya untuk sekali ini aba boleh masuk dan dilarang seterusnya masuk wilayah pontri. Tulisan tadi menjadi peringatannya. Aku membaca tulisan di tembok, piket penerimaan santri baru. Ada seorang mbak santri duduk di depan kantor menulis sesuatu di meja. Aba dan aku mendekat.

“Assalamu’alaikum?” 

Karena mengetahui kedatanganku, mbak-mbak santri yang tersadar segera berhamburan ke dalam kamar. Menutup rapat pintu-pintunya. Seperti keong yang mendelep ke dalam cangkangnya. Yang hanya berjilbab sekenanya buru-buru membenahi.

Lantas berjalan cepat sambil menunduk-nunduk menuju kamar. Aku mengamati mereka sambil menahan senyum. 

Tanpa dipersilakan aku duduk begitu saja di kursi yang nganggur.

“Wa’alaikumussalam warahmatullah.

Daftar atau mengantarkan santri, Pak?” Mbak yang berwajah manis putih itu cepat tanggap tanpa menunggu aba menyampaikan maksud.

“Kemarin sudah daftar. Ini tinggal mengantarkan.”

“Berarti kamarnya sudah dapat, nggeh, Pak. Atas nama siapa? Dalem lihat sekedap (sebentar) .”

“Ranaa Hafizah, Mbak. Semua administrasinya sudah lengkap termasuk pembayarannya, Mbak. Kecuali, KK nanti menyusul.”

“Oh, enjeh (iya), Bapak. Bisa diantarkan pada hari sambangan berikutnya, nggeh,” jawab mbak itu sambil menunduk karena masih menulis.

“Jadwal sambangan berubah apa tidak?”

“Alhamdulillah kami istiqamah dari dulu sampai sekarang, Pak. Bapak nopo alumni mriki?”

Terjemah: (Alhamdulillah kami istiqomah dari dulu sampai sekarang, Pak. Apa Bapak alumni sini?)

Aba tersenyum. Artinya iya. Mbak santri itu cepat mengerti.

“Kapan, Ba?” Aku berbisik.

“Minggu ke dua awal bulan. Harinya bebas.”

“Bapak, ngapunten (maaf) untuk peraturan membawa baju tidak boleh lebih dari sepuluh termasuk seragam khusus pondok dan wajib bermukena putih terusan sudah mengerti, njeh (ya)? Juga dilarang membawa ponsel dan tidak boleh pulang selama tiga bulan pertama masuk pondok.”

“Alhamdulillah istiqamah juga. Iya, Mbak. Semuanya beres.”

“Untuk peraturan khusus nanti akan disampaikan saat sosialisasi penerimaan santri baru minggu depan.”

Kata aba, aku memang datang seminggu lebih cepat. Ya supaya aku lebih cepat beradaptasi dengan santri-santri.

“Sebentar, Mbak.”

Aba mengajakku menyisih. Aba mengeluarkan dompetnya yang semakin usang. Warna hitamnya mengabu. Sudutnya jebol. Tipis tidak banyak berisi uang. Apalagi, setelah aba mengeluarkan empat lembar uang ratusan ribu. Aku meringis tidak tega. Hatiku tergores—nanti di rumah makan apa?

“Aba masih punya duit?”

“Sudah itu tidak usah dipikirkan. Ada... ada masih, Ran.” Entah itu jawaban yang jujur atau tidak. Kedengarannya, sih, menutupi sesuatu. Dompet aba kembali masuk saku. 

Aku memasukkannya dengan hati-hati di saku tas. 

“Aba harus pulang sekarang. Kamu akan diantar sama pengurus itu.”

“Oke, Ba. Ranaa tahu apa yang harus Ranaa lakukan. ”

Karena mendengar jawabanku, aba merasa mendapatkan kepercayaan. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Terciptalah senyum di bibir aba.

“Semoga Rananya Aba menjadi anak yang salihah. Aba pamit.” Aba menciumku, masih memperlakukanku sebagai anak SMP.

“Iya, Ba. Hati-hati. Salam rindu untuk Uma dan bocil-bocilku, Ba. Kalau mereka sudah bisa diajak ke sini, ajak, ya, Ba. Aku pasti kangen pol.”

Aba mengangguk. Sekali lagi tersenyum melepaskanku. Aku tidak melihat guratan kesedihan apa pun di wajah aba. Jadi, aku pun harus demikian. Saling melepaskan dengan hati lapang akan menghilangkan kesedihan. Aku masih berdiri di tempat sampai aba menghilang. Tanganku masih mengambang, melambai, walau aba sudah berpaling. 

“Mbak Ranaa?”

“Iya. Ke kamar, Mbak?”

“Njeh (iya). Tak antar ke kamar dulu menaruh barang, habis itu saya ajak keliling.”

“Loh, Mbak tadi kata Abaku sowan ke ndalem (rumah). Tapi, Aba malah sudah pulang. Gimana, tuh?”

“Ya sudah tidak apa-apa. Nanti kita sowan sendiri.”

“Iya, sih, Mbak. Aba kemarin juga sudah bilang kalau sudah sowan. Waktu daftar.”

Aku langsung bisa merasakan keakraban dengan pengurus ini.

“Mbak, siapa namanya?” Kupandang dengan mata membelalak dan bibir merekah.

“Sayyidati. Panggil aja Dati."

“Siap, Mbak.”

Lantas aku ke kamar. Tempatnya di lantai dua. Naik tangga sebelah kamar pengurus. Bangunan pontri ini membentuk leter U menghadap ke selatan. Halamannya hampir seluas halaman depan. Semua sisi dibangun benteng agar keamanannya terjaga. Masih kelihatan baru. Saat aku masuk kamar, aku melihat hanya ada beberapa orang di dalam. Tapi, ada sepuluh lemari.

“Kamarnya semua ada berapa, Mbak?”

“Ada dua puluh kamar.” Jika setiap kamar terisi penuh, jumlah keseluruhan santri ada dua ratus. 

Aku segera meletakkan barang-barang. Keluar lagi. Kami berjalan berdampingan menyisiri semua ruangan pontri. Aku masih di lantai atas. Ruangan atas yang digunakan untuk kamar santri ada lima belas dan lima kamar yang lain jelas ada di lantai bawah. Ruangan yang paling pinggir sebelah timur ada aula untuk kegiatan serbaguna. Sebelah utaranya pas juga ada perpustakaan dan poskestren.

Kami turun tangga samping aula langsung menuju ndalem (rumah) ning dan gus. Hanya ada satu ndalem, tapi lumayan lebih luas dari ukuran ndalem (rumah) di pondok putra. Samping kanan, utaranya ndalem berjarak tiga meteran adalah ruangan luas untuk kegiatan masak sehari-hari santri. 

“Itu tempat apa, Mbak?” Aku menunjuk jalan kecil yang agak menjorok ke timur. Pas utaranya dapur.

“Yang kelihatan pintunya itu kamar mandi. Ada sepuluh kamar mandi dan lima toilet, Mbak. Ya cukup tidak membuat semua santri mengantre. Tempat nyuci dan jemuran juga di sana. Masih luas lo itu tempatnya. Ayo ke sana!”

Aku terus mengekor. Selalu mengangguk bila diberitahu. 

“Iya e, Mbak. Masih luas ternyata. Kukira cuma segini. Bagus. Mungkin aku akan nyaman di sini. Tempatnya juga masih nuansa jaman dahulu banget. Asri sama pepohonan yang mengelilingi pondoknya.”

“Pondok ini memang sudah berdiri sekitar enam puluh tahun. Ya tepatnya lima puluh sembilan, Mbak. Yai sengaja tidak banyak ngutus merenovasi selain karena beliau ingin selalu mempertahankan kekhasan pondok ini. Tapi, Gus Alba kadang meminta Yai untuk merenovasi satu atau dua tempat. Contohnya yang sudah disetujui Yai seperti aula utama depan itu. Itu baru direnovasi setahun lalu. Soalnya, pernah sempat hampir retak pilar dan temboknya. Lantainya juga retak-retak. Beginilah pondok kami. Harapan kami semua santri baru dapat segera menyesuaikan diri.” Mbak Sayyidah memberi senyum manisnya di akhir kalimat.

“Kamar pengurusnya hanya satu, ya?”

“Betul. Satu, tapi dua kali lebih luas dari kamar santri. Ada dua puluh pengurus utama. Dan, pengurus lainnya disebar di seluruh kamar. Setiap kamar ada satu pengurus yang diutus langsung berbaur dan mengamati aktivitas Mbak-mbak santri.”

Aku sangat menyukai cara Mbak Sayyidah menjelaskan. Dengan satu pertanyaan, dia gercek menjelaskan hal-hal lain yang berkaitan. Aku pun tidak kebanyakan mengajukan pertanyaan.

“Masih liburan jadi masih agak sepi, Mbak, ya?”

“Njeh (iya). Tapi, masih banyak juga yang tidak pulang, Mbak. Alhamdulillah rata-rata santri-santri di sini sangat kerasan. Banyak yang dari luar pulau.”

“Pasti yang tidak pulang kebanyakan dari luar pulau dan luar provinsi itu.”

“Hahaaha. Njeh, Mbak.”

“Nah, berarti Mbak Sayyidah juga dari luar pulau?”

“Tidak. Saya asli Blitar malah.” 

“Kenapa tidak pulang, Mbak?”

“Alah mboten nopo (tidak apa), Mbak e. Lebih nyaman saja di pondok ketimbang di rumah.”

“Haa aku tahu. Kadung nyantrinya sudah luama, kan?”

Mbak Sayyidah hanya tersenyum, lalu mengajakku ke kantin. Kantinnya ada di ruangan pojok barat daya dengan ukuran sekitar 5 x 5 meter. Semua kebutuhan santri bisa langsung didapatkan di sana. Kebutuhan mandi, cuci, pakaian, jilbab, perlatan tulis menulis, dan lainnya.

“Kitabnya beli di mana?”

“Kita punya toko kitab di seberang jalan, Mbak. Toko kitab ‘Barakah’. Depan gerbang utama. Tapi, karena kita pondok quran, hanya empat kitab pokok yang dipelajari.”

“Oke, Mbak. Aku sudah paham. Terima kasih sekali sudah banyak menjelaskan.” Aku meringis sungkan.

“Woalah, njeh (iya). Tidak usah sungkan-sungkan pokoknya. Ada kesulitan langsung tanya pada pengurus ndak apa-apa. Itu sudah biasa sekali, Mbak Rana. Selebihnya bisa bertanya pada pengurus di kamar. Mereka yang meng-cover langsung kegiatan santri. Saya dan teman-teman bertugas sebagai pemandu dari utusan ndalem depan dan sini. Kalau begitu kita sowan, nggeh.”

“Bentar, Mbak. Tadi aku dibawakan sesuatu sama Abaku.”

Mbak Sayyidah menungguku balik dari kamar. Cuma dua menit aku berlari sambil menunduk-nunduk minta permisi pada santri-santri lain yang berpapasan denganku. 

“Yuk, Mbak.” Aku membawa dua kresek berisi gula lima kilo, minyak tiga liter, dan sirup dua botol. 

“Tak bawakan, Mbak, yang satunya. Berat kayane.”

Aku memberikan padanya. “Makasih, Mbak, ya.”

“Assalamu’alaikum?” []

Terpopuler

Comments

Zeeylaa To Zila

Zeeylaa To Zila

masih nyimak..

2022-01-30

0

Ety Nadhif

Ety Nadhif

pokoknya kalau dah keliling jengukin anak+ ponakan di pondok bawaannya adem,ayem,tentrem

2021-10-23

0

Runa💖💓

Runa💖💓

Sangat jarang novel dengan tema seperti ini
biasanya nya selalu novel yg berlatar belakang CEO😘😘😘😘

2021-10-21

1

lihat semua
Episodes
1 Cuap-cuap dan Prolog
2 Tujuh Belas Tahun Pertama
3 Metamorfosis Awal
4 Manbaus Salam
5 Salam Ta'dzim
6 Asyam
7 Fastabiqul Khairat
8 Sepuluh
9 Bronto
10 Panen Raya
11 Kisah Nabi Ayyub
12 Tasbih
13 Kunci
14 Kekuatan Doa
15 Dibalik Teh Jahe
16 Sowan Yai
17 Hadiah Tahun Baru
18 Cincin Permata
19 Salah Paham
20 Kado Pernikahan
21 Boyongan
22 Tentang Kita
23 Menggendong Bayi
24 Ujian Kedua
25 Bus Kota
26 Titik
27 Bunga Putih dan Masa Lalu
28 Jawaban
29 Calon Menantu Yai
30 Semacam Rindu
31 Tanda Tanya
32 Permohonan Author
33 Perjalanan Pulang
34 Liburan ke Rumah Mertua
35 Pertama
36 Malam Ied Mubarak
37 Lima Belas
38 Kembali ke Pesantren
39 Perjalanan
40 Aku Pergi
41 Mimpi yang Terbukti
42 Akhir Kisah
43 Kamu?
44 Kedatangan Yai ke Rumah
45 Dialah Orangnya
46 CUWA (1) (SEASON II)
47 CUWA (2)
48 Notice
49 KATRESNAN
50 AKWAYAN (1)
51 AKWAYAN (2)
52 RIKOLO BENDO
53 MBAK MILAH
54 ABDI NDALEM
55 TETEMBUNGAN KIDEK
56 KAPINDO
57 WONG MANCA
58 CEMBURU
59 PANGESTU
60 TIYANG JALER
61 PUTRO DOKTER
62 SUKMA
63 BABAD KULIAH
64 GUPTA
65 ASMARANALA
66 WEJANGAN YAI
67 PARAKASAK
68 PANUWUN
69 MENYANG SOLOKURO
70 WERDI KAPENDHEM
71 AMBOJA
72 MENYANG PESANTREN
73 ANINDITA
74 CANDA GANDRUNG
75 EWUH AYA
76 PANJANGKA
77 GURIS (1)
78 GURIS (2)
79 ANAK PUPON
80 NIAT
81 EXCLUSIVE PART "Saya Asyam" (1)
82 EXCLUSIVE PART Turki (1)
83 EXCLUSIVE PART Turki (2)
84 CAKET
85 SALAH TAMPA
86 UTUSAN KAPINDO
87 REJA
88 ACARA (1)
89 ACARA (2)
90 ACARA (3)
91 KAGOL
92 EXCLUSIVE PART “Saya Asyam” (2)
93 POTO
94 KEPERGOK
95 CEMBURU
96 DWIJA ANYAR
97 EXCLUSIVE PART "Saya Asyam" (3)
98 EXCLUSIVE PART "Saya Asyam" (4)
99 PARIPAOS PRANAJA
100 EXCLUSIVE PART “Saya Asyam” (5)
101 EXCLUSIVE PART "Saya Asyam" (6)
102 EXCLUSIVE PART "Saya Asyam" (7)
103 AKU SALMA
104 EXCLUSIVE PART “Saya Asyam” (8)
105 EXCLUSIVE PART "Saya Asyam" (9)
106 CALON KANGGO MBAK HUSNA
107 SEPURONE
108 EXCLUSIVE PART "Saya Asyam" (10)
109 EXCLUSIVE PART “Saya Asyam” (11)
110 EXCLUSIVE PART “Saya Asyam” (12)
111 LAYANG SWORO
112 AKU SALMA (2)
113 SPECIAL MOMENT
114 SPECIAL MOMENT (2)
115 EXCLUSIVE PART “Saya Asyam”
116 EXCLUSIVE PART “Saya Asyam” (14)
117 AKU MILAH
118 AKU SALMA
119 WARTA ALA
120 EXCLUSIVE PART “Saya Asyam” (15)
121 BATTLE PART
122 SOYO PAREK
123 EXCLUSIVE PART “Saya Asyam” (16)
124 EXCLUSIVE PART “Saya Asyam” (17)
125 EXCLUSIVE PART “Saya Asyam” (18)
126 RENCANA BULAN MADU
127 EXCLUSIVE PART “Saya Asyam” (19)
128 SAYA HALA
129 BATTLE PART (2)
130 SAYA HALA (2)
131 BATTLE PART (3)
132 SPECIAL MOMENT (4)
133 BATTLE PART (4)
134 BATTLE PART (5)
135 EXCLUSIVE PART “Saya Asyam” (21)
136 PERSIAPAN
137 EXCLUSIVE PART “Saya Asyam” (21)
138 -
139 EXCLUSIVE PART “Saya Asyam” (22)
140 SPECIAL MOMENT “Akad”
141 Lucu-lucuan aja
142 KEMBALI KE PESANTREN “SPESIAL MOMEN”
143 WALIMATUL ‘URSY
144 LAUNCHING BOOK
145 LAUNCHING BOOK (2)
146 القصةالاولى (SEASON III)
147 القصّة الثانية
148 القصّة الثالثة
149 القِصّة الرابعة
150 القصّة الخامسة
151 القصّة السّادسة
152 القصّة السّابعة
153 القصّة الثامنة
154 القصَّة التّاسعة
155 القصّةالْعَاشرة
156 القصّة الْحادية عشرة
157 القصّة الثّانية عشرة
158 القصّة الثالثة عشرة
159 القصة الرابعة عشرة
160 القصّة الْخامسة عشرة
161 القصّة السّادسة عشْرة
162 القصّة السّابعة عشْرة
163 القصّة الثامنة عشْرة
164 القصّة التّاسعة عشْرة
165 القصّة الْعشْروْن
166 القصّة الْحادية والْعشْروْن
167 القصّة الثّانية والْعشْروْن
168 القصّة الثّالثة والْعشْروْن
169 القصّة الرابعة والْعشْروْن
170 القصّة الخامسة والْعشْروْن
171 القصّة الْسادسة والْعشْروْن
172 القصّة السّابعة والْعشْروْن
173 القصّة الثّامنة والْعشْروْن
174 القصّة التّاسعة والْعشْروْن
175 القصّة الثّلاثوْن
176 القصّة الْحادية والثّلاثوْن
177 القصّة الْثّانية والثّلاثوْن
178 القصّة الثالثة والْثّلاثوْن
179 القصّة الرّابعة والْثّلاثوْن
180 القصّة الخامسة والْثّلاثوْن
181 القصّة السادسة والْثّلاثوْن
182 القصّة السّابعة والْثّلاثوْن
183 القصّة الثّامنة و الثّلاثوْن
184 القصّة التّاسعة و الثّلاثوْن
185 قصّةالارْبعيْن
186 القصّة الْحادية والْاربعوْن
187 القصّة الثّانية والْاربعوْن
188 القصّة الثّالثة والْاربعوْن
189 القصّة الرّابعة والْاربعوْن
190 القصّةالخامسة والْارْبعوْن
191 القصّة السّادسة والْاربعوْن
192 القصّة السّابعة والْارْبعوْن
193 القصّة الثّامنة والْارْبعوْن
194 القصّة التّاسعة والْارْبعوْن
195 القصّة الخمْسوْن
196 القصّة الْحادية والْخمسوْن
197 القصّة الْثّانية والْخمسوْن
198 القصّة الْثّالثة والْخمسوْن
199 القصّة الْرّابعة والْخمسوْن
200 القصّة الْخامسة وَالْخمسوْن
201 القصّة السّادسة والْخمْسوْن
202 القصّة السّابعة والْخمْسوْن
203 القصّةالثّامنة والْخمْسوْن
204 القصّةالتّاسعة والْخمْسوْن
205 قصّة الستّيْن
206 القصّة الْواحدة والستّوْن
207 القصّة الْثّانية والستّوْن
208 القصّة الثّالثة والسّتّوْن
209 القصّة الرابعة والسّتّوْن
210 القصّة الخامسة والسّتّوْن
211 القصّة السادسة والسّتّوْن
212 القصّة السّابعة والسّتّوْن
213 القصّة الثّامنة والسّتّوْن
214 القصّة التّاسعة والسّتّوْن
215 القصّة السّبْعوْن
216 القصّة الواحدة والسّبْعيْن
217 القصّة الثّانية والسّبْعيْن
218 القصّة الثّالثة والسّبْعيْن
219 القصّة الرّابعة والسّبْعيْن
220 القصّة الخامسة والسّبْعيْن
221 القصّة السادسة والسّبْعيْن
222 القصّة السّابعة والسّبْعيْن
223 القصّة الثّامنة والسّبْعيْن
224 القصّة التّاسعة والسّبْعيْن
225 القصّة الثّمانيْن
226 القصّة الحادية الثّمانوْن
227 القصّة الثّانية والثمانوْن
228 القصّة الثّالثة والثمانوْن SEASON IV
229 القصّة الرابعة والثمانوْن
230 القصّة الخامسة والثمانوْن
231 القصّة السّادسة والْثّمانوْن
232 القصة السابعة والثمانوْن
233 القصّة الثّامنة والثّمانوْن
234 القصّة الـتّاسعة والثّمانوْن
235 قصّة التّسْعيْن
236 القصّة الحادية والتّسْعوْن
237 القصة الثانية والتسعون
238 القصة الثالثة والتسعون
239 القصة الرّابعة والتّسْعوْن
240 القصة الخامسة والتّسْعوْن
241 القصة السادسة والتسعون
242 القصة السابعة والتسعون
243 القصة الثامنة والتسعون
244 نهاية (End)
Episodes

Updated 244 Episodes

1
Cuap-cuap dan Prolog
2
Tujuh Belas Tahun Pertama
3
Metamorfosis Awal
4
Manbaus Salam
5
Salam Ta'dzim
6
Asyam
7
Fastabiqul Khairat
8
Sepuluh
9
Bronto
10
Panen Raya
11
Kisah Nabi Ayyub
12
Tasbih
13
Kunci
14
Kekuatan Doa
15
Dibalik Teh Jahe
16
Sowan Yai
17
Hadiah Tahun Baru
18
Cincin Permata
19
Salah Paham
20
Kado Pernikahan
21
Boyongan
22
Tentang Kita
23
Menggendong Bayi
24
Ujian Kedua
25
Bus Kota
26
Titik
27
Bunga Putih dan Masa Lalu
28
Jawaban
29
Calon Menantu Yai
30
Semacam Rindu
31
Tanda Tanya
32
Permohonan Author
33
Perjalanan Pulang
34
Liburan ke Rumah Mertua
35
Pertama
36
Malam Ied Mubarak
37
Lima Belas
38
Kembali ke Pesantren
39
Perjalanan
40
Aku Pergi
41
Mimpi yang Terbukti
42
Akhir Kisah
43
Kamu?
44
Kedatangan Yai ke Rumah
45
Dialah Orangnya
46
CUWA (1) (SEASON II)
47
CUWA (2)
48
Notice
49
KATRESNAN
50
AKWAYAN (1)
51
AKWAYAN (2)
52
RIKOLO BENDO
53
MBAK MILAH
54
ABDI NDALEM
55
TETEMBUNGAN KIDEK
56
KAPINDO
57
WONG MANCA
58
CEMBURU
59
PANGESTU
60
TIYANG JALER
61
PUTRO DOKTER
62
SUKMA
63
BABAD KULIAH
64
GUPTA
65
ASMARANALA
66
WEJANGAN YAI
67
PARAKASAK
68
PANUWUN
69
MENYANG SOLOKURO
70
WERDI KAPENDHEM
71
AMBOJA
72
MENYANG PESANTREN
73
ANINDITA
74
CANDA GANDRUNG
75
EWUH AYA
76
PANJANGKA
77
GURIS (1)
78
GURIS (2)
79
ANAK PUPON
80
NIAT
81
EXCLUSIVE PART "Saya Asyam" (1)
82
EXCLUSIVE PART Turki (1)
83
EXCLUSIVE PART Turki (2)
84
CAKET
85
SALAH TAMPA
86
UTUSAN KAPINDO
87
REJA
88
ACARA (1)
89
ACARA (2)
90
ACARA (3)
91
KAGOL
92
EXCLUSIVE PART “Saya Asyam” (2)
93
POTO
94
KEPERGOK
95
CEMBURU
96
DWIJA ANYAR
97
EXCLUSIVE PART "Saya Asyam" (3)
98
EXCLUSIVE PART "Saya Asyam" (4)
99
PARIPAOS PRANAJA
100
EXCLUSIVE PART “Saya Asyam” (5)
101
EXCLUSIVE PART "Saya Asyam" (6)
102
EXCLUSIVE PART "Saya Asyam" (7)
103
AKU SALMA
104
EXCLUSIVE PART “Saya Asyam” (8)
105
EXCLUSIVE PART "Saya Asyam" (9)
106
CALON KANGGO MBAK HUSNA
107
SEPURONE
108
EXCLUSIVE PART "Saya Asyam" (10)
109
EXCLUSIVE PART “Saya Asyam” (11)
110
EXCLUSIVE PART “Saya Asyam” (12)
111
LAYANG SWORO
112
AKU SALMA (2)
113
SPECIAL MOMENT
114
SPECIAL MOMENT (2)
115
EXCLUSIVE PART “Saya Asyam”
116
EXCLUSIVE PART “Saya Asyam” (14)
117
AKU MILAH
118
AKU SALMA
119
WARTA ALA
120
EXCLUSIVE PART “Saya Asyam” (15)
121
BATTLE PART
122
SOYO PAREK
123
EXCLUSIVE PART “Saya Asyam” (16)
124
EXCLUSIVE PART “Saya Asyam” (17)
125
EXCLUSIVE PART “Saya Asyam” (18)
126
RENCANA BULAN MADU
127
EXCLUSIVE PART “Saya Asyam” (19)
128
SAYA HALA
129
BATTLE PART (2)
130
SAYA HALA (2)
131
BATTLE PART (3)
132
SPECIAL MOMENT (4)
133
BATTLE PART (4)
134
BATTLE PART (5)
135
EXCLUSIVE PART “Saya Asyam” (21)
136
PERSIAPAN
137
EXCLUSIVE PART “Saya Asyam” (21)
138
-
139
EXCLUSIVE PART “Saya Asyam” (22)
140
SPECIAL MOMENT “Akad”
141
Lucu-lucuan aja
142
KEMBALI KE PESANTREN “SPESIAL MOMEN”
143
WALIMATUL ‘URSY
144
LAUNCHING BOOK
145
LAUNCHING BOOK (2)
146
القصةالاولى (SEASON III)
147
القصّة الثانية
148
القصّة الثالثة
149
القِصّة الرابعة
150
القصّة الخامسة
151
القصّة السّادسة
152
القصّة السّابعة
153
القصّة الثامنة
154
القصَّة التّاسعة
155
القصّةالْعَاشرة
156
القصّة الْحادية عشرة
157
القصّة الثّانية عشرة
158
القصّة الثالثة عشرة
159
القصة الرابعة عشرة
160
القصّة الْخامسة عشرة
161
القصّة السّادسة عشْرة
162
القصّة السّابعة عشْرة
163
القصّة الثامنة عشْرة
164
القصّة التّاسعة عشْرة
165
القصّة الْعشْروْن
166
القصّة الْحادية والْعشْروْن
167
القصّة الثّانية والْعشْروْن
168
القصّة الثّالثة والْعشْروْن
169
القصّة الرابعة والْعشْروْن
170
القصّة الخامسة والْعشْروْن
171
القصّة الْسادسة والْعشْروْن
172
القصّة السّابعة والْعشْروْن
173
القصّة الثّامنة والْعشْروْن
174
القصّة التّاسعة والْعشْروْن
175
القصّة الثّلاثوْن
176
القصّة الْحادية والثّلاثوْن
177
القصّة الْثّانية والثّلاثوْن
178
القصّة الثالثة والْثّلاثوْن
179
القصّة الرّابعة والْثّلاثوْن
180
القصّة الخامسة والْثّلاثوْن
181
القصّة السادسة والْثّلاثوْن
182
القصّة السّابعة والْثّلاثوْن
183
القصّة الثّامنة و الثّلاثوْن
184
القصّة التّاسعة و الثّلاثوْن
185
قصّةالارْبعيْن
186
القصّة الْحادية والْاربعوْن
187
القصّة الثّانية والْاربعوْن
188
القصّة الثّالثة والْاربعوْن
189
القصّة الرّابعة والْاربعوْن
190
القصّةالخامسة والْارْبعوْن
191
القصّة السّادسة والْاربعوْن
192
القصّة السّابعة والْارْبعوْن
193
القصّة الثّامنة والْارْبعوْن
194
القصّة التّاسعة والْارْبعوْن
195
القصّة الخمْسوْن
196
القصّة الْحادية والْخمسوْن
197
القصّة الْثّانية والْخمسوْن
198
القصّة الْثّالثة والْخمسوْن
199
القصّة الْرّابعة والْخمسوْن
200
القصّة الْخامسة وَالْخمسوْن
201
القصّة السّادسة والْخمْسوْن
202
القصّة السّابعة والْخمْسوْن
203
القصّةالثّامنة والْخمْسوْن
204
القصّةالتّاسعة والْخمْسوْن
205
قصّة الستّيْن
206
القصّة الْواحدة والستّوْن
207
القصّة الْثّانية والستّوْن
208
القصّة الثّالثة والسّتّوْن
209
القصّة الرابعة والسّتّوْن
210
القصّة الخامسة والسّتّوْن
211
القصّة السادسة والسّتّوْن
212
القصّة السّابعة والسّتّوْن
213
القصّة الثّامنة والسّتّوْن
214
القصّة التّاسعة والسّتّوْن
215
القصّة السّبْعوْن
216
القصّة الواحدة والسّبْعيْن
217
القصّة الثّانية والسّبْعيْن
218
القصّة الثّالثة والسّبْعيْن
219
القصّة الرّابعة والسّبْعيْن
220
القصّة الخامسة والسّبْعيْن
221
القصّة السادسة والسّبْعيْن
222
القصّة السّابعة والسّبْعيْن
223
القصّة الثّامنة والسّبْعيْن
224
القصّة التّاسعة والسّبْعيْن
225
القصّة الثّمانيْن
226
القصّة الحادية الثّمانوْن
227
القصّة الثّانية والثمانوْن
228
القصّة الثّالثة والثمانوْن SEASON IV
229
القصّة الرابعة والثمانوْن
230
القصّة الخامسة والثمانوْن
231
القصّة السّادسة والْثّمانوْن
232
القصة السابعة والثمانوْن
233
القصّة الثّامنة والثّمانوْن
234
القصّة الـتّاسعة والثّمانوْن
235
قصّة التّسْعيْن
236
القصّة الحادية والتّسْعوْن
237
القصة الثانية والتسعون
238
القصة الثالثة والتسعون
239
القصة الرّابعة والتّسْعوْن
240
القصة الخامسة والتّسْعوْن
241
القصة السادسة والتسعون
242
القصة السابعة والتسعون
243
القصة الثامنة والتسعون
244
نهاية (End)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!