Pertemuan

"Abaaang," teriak Neena.

Dua orang pria yang sedang berbincang menoleh secara bersamaan ke arah sumber suara. Neena pun langsung berlari dan memeluk dari belakang salah satu dari pria itu. Rasa rindu kepada teman sang kakak yang sudah ia anggap sebagai kakaknya, membuatnya meneteskan air mata.

"Neena sayang, sudah lepasin Bang Reyanya! Nanti cewenya marah loh, pacarnya dipeluk sembarangam gitu!" seru Naka sambil tersenyum.

"Jangan asal bicar, Ka!" protes Reya.

"Bang Reya udah punya pacar?" tanya Neena sambil melepaskan pelukannya dan berjalan duduk untuk duduk di sebelah Reya.

Perasaan rindu yang teramat dalam juga Reya rasakan ke gadis cantik itu. Ada rasa yang berat dan kehilangan ketika Neena melepaskan pelukannya, ia ingin sekali menahan Neena untuk beberapa saat saja tetap memeluknya seperti tadi, tapi tak bisa ia lakukan. Ia hanya menggeleng untuk menjawab pertanyaan Neena.

"Setidaknya hargai wanita yang kau puja dari dulu itu, Re. Bagaimana jika ia tau kau dipeluk cewe lain?" tanya Naka.

Mendengar itu ada rasa asing di dalam hati Neena, ia merasa tidak suka ada wanita yang dekat dengan Reya selain dirinya. Namun menyadari sudah 10 tahun tidak bersama, mungkin saja memang Reya sudah memiliki wanita lain di hatinya dan mau tidak mau ia harus menerima itu.

"Ya, sudah. Ayo, Neena kita mulai sarapannya! Abangmu yang satu ini harus menambah asupan makanannya agar tidak kurus seperti itu!" sindir Naka yang sebenarnya hanya olokan saja.

Keheningan terjadi selama sarapan berlangsung, hanya sesekali Naka dan Reya yang mengobrol urusan bisnis. Neena hanya menikmati sarapannya karena moodnya sudah berubah tidak enak, sejak mendengar Reya sudah mempunyai wanita lain di hatinya.

Selesai sarapan, Neena kembali ke kamarnya dan mengambil laptop miliknya. Ia berniat melanjutkan kegiatan menulisnya yang sempat terhenti tadi di halaman belakang rumah. Terdapat sebuah taman yang cantik dengan kolam ikan dan sebuah gazebo yang nyaman di sisi kolam ikan. Selain di kamarnya, di gazebo itulah Neena sering menghabiskan waktunya untuk menulis. Ditemani suara air yang membuatnya merasa damai, ia bisa mendapatkan berbagai ide untuk melanjutkan karyanya.

"Kenapa kemarin gak update?" tanya Reya yang berjalan menghampiri Neena.

"Loh, Bang Reya tau?"

Reya mengangguk sambil tersenyum hangat ke arah Neena. "Alur ceritamu bagus, ide ceritamu juga beda dengan yang lain, kalo bisa jangan terlalu lama untuk penyelesaian konfliknya," saran Reya.

"Sini, Bang!" kata Neena sambil menepuk ruang kosong di sampingnya.

Reya berjalan melewati jembatan kecil untuk bisa sampai ke gazebo dimana Neena berada. Ia sempat melirik laptop yang sudah menyala, tapi menampilkan layar yang masih kosong. "Kenapa belom mulai ngetik? Kamu sudah cukup lama kan di sini?" tanya Reya.

"Belom ada ide nih Bang, lagi stuck otakku.Tadi sempet nulis, tapi gak tau kenapa sekarang ngeblank," jawab Neena sambil menatap kosong ke arah depan.

"Mau jalan-jalan?"

Neena menoleh ke arah Reya yang juga sedang menatap Neena. Ia segera menganggukan kepala pertanda menyetujui ide Reya untuk jalan-jalan. "Barangkali bisa merefresh otak," pikir Neena.

...----------------...

Sebuah taman yang cukup besar dengan danau di dalamnya menjadi tujuan Reya dan Neena kali ini. Banyaknya pengunjung yang datang ke taman tersebut menandakan bahwa hari itu adalah hari libur. Reya sangat tau bahwa sejak kecil Neena senang sekali jika diajak ke taman. Ia lebih menyukai pergi ke alam terbuka dibanding harus pergi ke Mall, berbeda dengan kebanyakan wanita.

"Tidak usah memikirkan perkataan Abangmu tadi. Dia hanya ingin meledekmu saja," saran Reya ketika mereka sudah sampai tetapi masih berada di dalam mobil.

"Tentang?"

"Wanita yang ada di hatiku," jawab Reya.

"Gak sama sekali, Bang. Itu hak Bang Reya. Kalopun Bang Reya sudah punya wanita yang Bang Reya cintai, itu hak Abang dan aku senang akan hal itu," jelas Neena sambil menatap Reya.

"Aku sangat mengenalmu Neena, aku tau ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu semenjak kamu mendengar perkataan Naka. Ya sudah, yang jelas aku tidak memiliki wanita di sisiku saat ini," jelas Reya sambil membuka pintu mobilnya.

...----------------...

Suasana damai dan tenang membuat Neena memilih duduk di tepi danau. Meskipun banyak pengunjung pada taman itu, hanya beberapa orang saja yang terlihat di sekitar danau. Memilih tempat duduk di bawah pohon besar yang tentu saja bisa melindunginya dari sinar mentari yang terik, membuat Neena sangat nyaman berada di sana.

"Segarnya," gumam Neena sambil menutup mata.

"Tidak pernah berubah," ucap Reya yang duduk di samping Neena sambil menatap ke arah danau dengan air yang tenang. Neena segera membuka matanya dan menoleh ke arah Reya saat ia dengar apa yang Reya katakan.

"Apa sebegitu mudahnya membaca mukaku ini, Bang?" tanya Neena sambil memegang kedua pipinya.

Reya menanggapinya dengan tertawa melihat ekspresi Neena yang memegang kedua pipinya. "Tapi benarkan apa yang kutebak?"

"Tidak 100% benar," jawab Neena mantap.

Keheningan tercipta di antara keduanya. Banyak cerita dan pertanyaan yang sebenarnya hendak Neena tumpahkan ke abang heronya itu. Namun, setelah sekian lama tidak berjumpa timbul rasa canggung yang Neena rasakan saat ini.

"Kapan kamu mulai masuk kuliah lagi?" tanya Reya memecah keheningan di antara mereka.

"Minggu depan, masih ada waktu satu minggu untuk menghabiskan sisa liburanku semester ini."

"Besok aku akan ke Australia selama beberapa waktu."

Hening kembali tercipta.

"Tapi kupastikan saat Naka berangkat ke Paris, aku sudah kembali ke sini." Reya melanjutkan perkataan yang menjadi jawaban atas pertanyaan Neena yang tidak sempat diucapkan.

"Kapan Bang Reya mulai tinggal di Jakarta?" pertanyaan itulah yang akhirnya keluar dari mulut Neena.

"Lima tahun lalu. Aku balik ke Indonesia dan tinggal di Jakarta sejak tau kalo Abang tersayangmu itu juga sudah pulang ke Indonesia. Aku memutuskan pindah kuliah dan menjadi adik tingkat Naka di kampusnya, tetapi di saat bersamaan aku juga harus mengurus perusahaan Papiku yang ada di sini sebagai syarat untuk mendapat izin kembali ke Indonesia, dan Naka lah yang membantuku mengelola perusahaan Papi," ujar Reya sambil mengenang saat-saat ia kembali ke Indonesia karena ada sesuatu yang membuatnya harus 'pulang' kerumah sebenarnya.

Meskipun harus tinggal sendiri setelah bertahun-tahun tidak tinggal di negara asalnya dan diberi tanggung jawab sebuah perusahaan, ia bertekad untuk bisa bertahan dan membuktikan bahwa ia mampu.

Lagi-lagi keheningan tercipta di antara keduanya, Neena hanya mendengar saja tanpa merespon apa yang diucapkan oleh Reya. Dua anak kecil laki-laki dan perempuan yang sedang berkejaran mengalihkan perhatian Neena. Sang anak perempuan berteriak kecil ketika berhasil ditangkap oleh anak laki-laki yang mengejarnya, pada akhirnya mereka tertawa lepas dan membuat Neena ikut menyunggingkan senyum hangat di bibirnya. Hal yang dilakukan kedua anak itu mengingatkan dirinya dan Reya yang juga sering melakukan itu di masa kecil, berkejaran dan tertawa bersama. Perasaan rindu kembali menderanya, akankah ia bisa merasakan kembali kebahagiaan lepas bersama dengan Reya?

🌸🌸🌸

Terima kasih sudah membaca

komentar dan vote thor thor tunggu yaa

salam semangat untuk kita semua💪😊

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!