Benar saja, setelah selesai makan, Shasha dan Neena langsung pulang tanpa berkeliling atau menghabiskan waktu mereka di Mall tersebut.
Setibanya di depan rumahnya, Neena membayar taksi dan segera turun setelah sebelumnya mengantar Shasha terlebih dahulu ke rumahnya. Neena melihat mobil Naka di carport rumah dan segera masuk ke dalam untuk menemui kakak laki-lakinya itu.
"Assalamua'laikum. Tumben Bang jam segini udah sampe rumah?" tanya Neena sambil menjatuhkan tubuhnya di sofa seberang sofa yang diduduki kakaknya.
"Walaikum salam, iya nih. Abang habis urus sesuatu dan gak balik ke kantor lagi. Oia Neena, ada yang Abang mau omongin sama kamu. Tapi mungkin sekalian kita makan malam di luar aja ya, kamu istirahat dulu sekarang dan nanti Abang tunggu setelah salat magrib," jawab Naka yang hanya sesekali melirik ke arah Neena.
"Apa yang mau diomongin Bang Naka ya? Biasanya juga kalo ada yang mau didiskusiin langsung ngomong tanpa ngajak keluar gitu dulu," batin Neena. Meskipun masih penasaran tapi Neena berusaha untuk membuang segala terkaannya.
"Ya sudah iya, Bang. Neena ke kamar dulu, ya."
Naka hanya menganggukkan kepalanya tanpa menoleh ke arah Neena yang sudah berjalan kearah kamarnya di lantai dua.
...----------------...
Setelah selesai bersiap diri, Neena turun ke lantai bawah rumahnya untuk pergi makan malam bersama Naka. Ia melihat kakaknya yang juga sudah siap sedang membaca buku di tangannya. Neena pun segera menyapa sang kakak dan tidak lama setelah itu mereka pergi ke suatu rumah makan yang tidak terlalu jauh dari rumahnya.
"Wah, terakhir kali aku ke sini sebelum kita berangkat ke Spore, Bang! Padahal rumah kita gak terlalu jauh dari sini, tapi aku belom ke sini lagi semenjak balik tiga tahun lalu. Enggak banyak yang berubah yaa!" ucap Neena yang begitu senang dan takjub dengan rumah makan yang baru saja mereka datangi. Rumah makan tersebut memang rumah makan favorit keluarga Neena, ayah dan bundanya sering sekali mengajak kedua anaknya untuk makan di rumah makan itu ketika mereka masih kecil. Selain jarak yang tidak terlalu jauh, makanan yang enak, dan suasana alami yang terdapat dir rumah makan itu membuat ayah bunda selalu nyaman dan sering menghabiskan waktu mereka di sana bersama dengan kedua anaknya. Tidak lupa dengan konsep gazebo yang bisa menjaga privasi antar pengunjung membuat rumah makan itu semakin dijadikan tempat favorit.
Naka hanya tersenyum menanggapi perkataan adiknya dan segera mengajak adik tersayangnya itu untuk segera masuk. Sebelumnya, Naka sudah membooking sebuah tempat untuk mereka berdua, karena rumah makan itu selalu saja penuh meskipun bukan hari libur. Kepenatan hidup di kota besar banyak membuat orang untuk menyegarkan otak mereka dengan sekedar menghabiskan waktu di tempat yang sekiranya nyaman, salah satunya di rumah makan tersebut.
"Na, Bang Naka mau lanjutin S2," ucap Naka setelah mereka menduduki tempat yang sudah dibooking.
"Serius, Bang?" tanya Neena yang langsung melihat ke arah kakaknya, saat itu ia sedang membolak-balikan daftar menu untuk memesan makanan.
"Insead."
"Gitu doong bang! Dari awal Bang Naka lulus S1 kan Ayah Bunda udah langsung nanya dan nawarin Abang untuk lanjut Magisternya..Eh bentar-bentar. Dimana, Bang? Insead?" tanya Neena terlonjak kaget sesaat setelah menyadari kampus tujuan kakaknya untuk melanjutkan studynya.
"Bang Naka mau balik ke Spore lagi?"
Kampus tujuan Naka untuk melanjutkan S2nya memang terdapat di beberapa negara, salah satunya adalah Singapore. Neena tau Insead karena Universitas yang terkenal dengan tema utama "The School of Business in the World" itu memang menjadi salah satu Universitas dengan Ilmu Bisnis terbaik.
"Bang Naka mau ambil di pusatnya Na, Paris. Bukan gak mau ambil tawaran dari Ayah Bunda untuk langsung lanjut S2 waktu itu, tapi Bang Naka mau membuktikan ke diri Abang sendiri kalo Abang mampu untuk ngelanjutin study tanpa bantuan Ayah Bunda. Makanya Bang Naka mutusin kerja dan nabung dulu untuk bekal kuliah Abang."
Naka dan Neena memang terlahir bukan dari kalangan ekonomi menengah ke bawah, bahkan bisa dibilang ekonomi keluarganya berada di kalangan atas. Bunda Sekar selalu menanamkan kemandirian dan kerendahan hati kepada kedua anaknya sejak kecil. Terbukti ketika mereka sudah besar, mereka hanya menggunakan fasilitas yang diberikan kedua orang tuanya seperlunya saja. Tidak pernah meminta jika tidak benar-benar mereka butuhkan.
"Paris?" ulang Neena.
"Iya, Bang Naka coba apply beasiswa di sana. Alhamdulillah, untuk tahun ini Bang Naka keterima. Sebenernya tahun lalu juga bang Naka coba apply yang di Singapore, tapi belom rezeki makanya baru tahun ini keterimanya."
Mendengar itu, Neena beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menghampiri kakaknya. Neena merasa terharu dengan apa yang sudah kakaknya peroleh saat ini.
"Neena bangga banget sama Bang Naka, meskipun ayah bunda ngasih full support untuk lanjutin study Bang Naka, tapi Abang malah milih untuk ngelanjutin study Bang Naka dengan uang Bang Naka sendiri, dapet beasiswa pula," ungkap Neena sambil memeluk kakaknya dari belakang, tidak terasa air mata menetes dari netranya menandakan kebahagiaan dan rasa terharu untuk kakak tercintanya itu.
"Bang Naka emang matahari yang luar biasa, sama kayak makna nama Bang Naka."
"Bang Naka malah malu sama kamu! Sejak kamu masih sekolah kamu udah bisa menghasilkan penghasilan sendiri. Malah sekarang mungkin tabungan Abang kalah dengan tabunganmu. Kamu juga sekarang kuliah dengan beasiswa prestasi. Sejujurnya kamu yang menjadi motivasi Abang untuk jadi seperti ini. Kamu sudah menjadi bintang yang memberikan sinar di keluarga kita, juga seperti makna nama yang Bunda berikan ke kamu, Tavisha yang berarti bintang," kata Naka sambil mengusap dan mengecup kepala adiknya.
Neena kembali duduk di tempatnya dan Naka memanggil pelayan untuk memesan makanan. Mereka menghabiskan makan malam itu dengan berdiskusi banyak hal, tidak lupa Neena menanyakan mengenai beberapa mata kuliah yang akan diambilnya di semester depan.
"Apa Shasha sudah ngomong sama kamu?" tanya Naka setelah selesai dengan makan malamnya.
"Tentang?"
"Kakek Mulya menyerahkan perkebunannya untuk diurus oleh Om Hisyam. Ada beberapa hal pula yang harus mereka selesaikan dengan notaris yang berkaitan dengan perkebunannya. Berhubung Tante Ina mengerti dengan itu, Om Hisyam memintanya untuk membantunya. Makanya kamu jarang melihat mereka dirumah kan? Mereka bolak balik Jakarta-Yogya," jelas Naka.
Neena menanggapi hanya dengan menganggukkan kepala. Ia memang belum mendengar hal itu, karena Shasha pun tidak berbicara dengannya ketika mereka bertemu tadi. Tapi yang ia tahu, om dan tantenya memang belakangan ini jarang ada di rumah, begitu yang dikeluhkan adik sepupunya, Shasha.
"Mungkin mereka akan menetap di Yogyakarta. Keputusan itu diambil juga setelah Kakek Mulya meminta mereka untuk menemani masa tuanya, Kakek Mulya tidak ingin tinggal di Jakarta sehingga keluarga Om Hisyam-lah yang akhirnya mengalah dan akan tinggal di sana."
"Shasha belom ngomong apa-apake Neena, Bang. Kapan mereka akan pindah?"
"Mungkin karena Shasha masih mempertimbangkan kamu. Om Hisyam kemarin mengajak bertemu Abang dan membicarakan mengenai masalah ini. Dia bilang kalo Shasha masih mempertimbangkan beberapa hal mengenai kepindahannya, terutama kamu."
"Neena, Bang?" tanya Neena tidak mengerti.
"Iya, Shasha sudah tau Abang akan melanjutkan study di Paris. Sebelum Bang Naka apply beasiswa itu, bang Naka sempat konsultasi dengan Om Hisyam. Jadi setelah ada pengumuman, Bang Naka langsung kasih tau ke keluarga Om Hisyam."
Neena hanya terdiam mendengarkan semua yang dikatakan kakaknya sambil mengaduk minuman dengan sedotan miliknya. Melihat itu, Naka mencoba memaklumi karena beberapa hal yang baru ia sampaikan mungkin saja terdengar mengejutkan bagi Neena.
Sampai pada akhirnya Naka pun memanggil nama adiknya itu, namun beberapa kali panggilan, adiknya itu belum juga menanggapi dan membuat Naka segera duduk di samping adiknya, menyentuh bahu dan membuyarkan semua lamunan Neena.
"Neena, Bang Naka sudah menjelaskan semua ke Ayah Bunda. Mereka memintamu untuk kembali dan tinggal bersama lagi dengan mereka di Singapore."
"Kuliahku tinggal satu tahun lagi Bang. Kalo Neena ke sana, Neena harus beradaptasi lagi dengan yang baru. Neena sudah terlalu nyaman disini," sahut Neena dengan menatap kosong ke depannya.
"Kamu tidak perlu khawatir, Bang Naka akan mengurus semuanya. Kamu bisa menyelesaikan kuliahmu di sana tanpa harus mengulang dari awal."
"Kalo Neena tetap di sini aja bagaimana, Bang?" tanya Neena dengan sedikit takut.
Naka sudah menebak jawaban apa yang akan diberikan oleh Neena ketika ia memintanya untuk tinggal bersama lagi dengan orangtuanya. Ia pun memikirkan cara lain untuk membuatnya tenang meninggalkan adiknya di negara ini tanpa merasa sendirian.
"Hmm ... Ya sudah kalo kamu mau tetap di sini. Masa tugas Ayah akan berakhir dua tahun lagi. Selama dua tahun itu, Bang Naka gak mau kamu sendirian, jadi Abang sudah meminta tolong seseorang untuk menemani dan mengawasimu."
"Mengawasiku? Siapa Bang?" tanya Neena penasaran. Ia tidak keberatan dengan seseorang yang mengawasinya, karena ia tahu orangtua dan kakaknya tidak akan membiarkan dia tinggal sendirian, meskipun di negaranya sendiri.
"Reya," jawab Naka.
🌸🌸
Jangan lupa dukungannya yaaa, vote dan komentarnya thorthor tunggu
terima kasih☺️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments