Tidak lama setelah menyelesaikan makan malamnya, Naka segera mengajak pulang adik tersayangnya itu. Selama di perjalanan, bayangan akan seseorang terlintas di benak Neena.
"Bang Reya," gumam Neena sambil tersenyum. Sosok seorang anak laki-laki yang selalu ada bersama dengannya dan sang kakak tidak pernah hilang dari ingatannya meskipun hampir selama 10 tahun ini tidak pernah bertemu.
Tidak adanya saudara perempuan yang dimiliki Neena, membuatnya selalu mengikuti kemanapun dan apapun yang dimainkan oleh Naka sejak kecil. Sang kakak pun tidak pernah keberatan, bahkan ia yang meminta izin kepada bunda untuk selalu mengajak Neena bermain bersamanya. Sifat dewasa dan kasih sayang yang besar untuk Neena, membuatnya tidak tenang jika membiarkan Neena bermain jauh dari pandangannya. Jika Neena ikut bersamanya, ia akan lebih mudah mengawasi dan menjaga sang adik.
Teman-teman Naka juga tidak pernah keberatan dengan adanya bonus seorang anak perempuan yang ikut bersama mereka jika ingin bermain dengan Naka, termasuk Atreya Kiran Radeva atau Reya. Reya merupakan sahabat sekaligus tetangga keluarga Naka. Kedua orangtua mereka saling mengenal dengan baik. Rumah yang bersebelahan, membuat mereka sering menghabiskan waktu bersama sampai larut malam, bahkan sampai menginap.
Jika Reya dan Naka sering menghabiskan waktu bersama, maka akan ada Neena diantara mereka. Reya juga sama seperti Naka, selalu ada untuk Neena. Naka seringkali diberikan pelajaran tambahan oleh sang bunda, dan Reya-lah yang akan menemani Neena. Reya tidak pernah keberatan untuk menemani Neena yang ingin bermain di taman, dan menolongnya bila ada teman yang meledek atau mengganggu gadis kecil itu. Reya juga selalu menuruti apapun yang sedang diinginkan Neena. Semua perlakuan Reya kepada Neena membuat kesan sendiri untuknya sehingga ia pun mempunyai panggilan tersendiri untuk teman kakaknya itu, 'Abang Hero'.
Suara ketukan di jendela mobil menyadarkan Neena dari lamunannya. Ia menoleh ke sebelah kanan tetapi tidak menemukan kakaknya di balik kemudi. Kemudian ia berbalik menoleh ke sebelah kiri dan menemukan kakaknya sudah berada di luar mobil. Ia baru tersadar jika sudah sampai depan rumahnya dan dengan segera ia turun dari mobil.
"Kamu tuh mikirin apa sih, Na? Sepanjang jalan bengong sendiri sambil senyum-senyum gitu. Abang heromu itu ya?" tanya Naka sambil mengacak rambut Neena sang adik. "Tenang aja bentar lagi juga bakal ketemu, dia sekarang sudah jadi pria sungguhan loh, Na," ucap Naka sambil berjalan masuk.
Neena tidak menanggapi perkataan sang kakak dan mengikutinya masuk ke dalam rumah.
...----------------...
Suara deringan ponsel membangunkan Neena pagi ini. Tanpa melihat siapa yang menghubunginya, Neena langsung menggeser tombol hijau di ponselnya. Suara yang tidak asing bagi Neena terdengar di seberang, membuat ia bisa langsung menebak siapa yang menghubunginya. Meskipun terpisah jarak, tak seharipun yang terlewat tanpa Neena dan Naka menghubungi kedua orangtuanya untuk sekedar memberi kabar. Berbeda dengan Neena yang selalu melakukan video call dengan ayah bunda tiap harinya, Naka hanya melakukan video call jika ia memiliki waktu senggang, tetapi tetap memberikan kabar kepada kedua orangtuanya meskipun hanya mengirimkan pesan.
"Pagi Bintangku cantik," sapa sang bunda di sebrang sana.
"Pagi Bunda, sayang."
"Loh loh loh, kamu belom bangun ya?" tebak sang bunda yang mendengar suara khas seseorang yang baru saja bangun tidur.
"Aduuuh gimana nasib calon menantu Bunda nantinya, ya? Istrinya selalu bangun siang kayak gini! Ayolah sayangku, belajar bangun pagi, ya!"
Neena tersenyum, "Bunda, calon suami aku nanti kan milih aku jadi istrinya karena sayang plus cinta sama aku, salah satu tanda dia cinta itu ya harus nerima aku dengan sifat, sikap dan kebiasaan-ku dong, Bun!"
"Kamu itu selalu aja bisa membalas apa yang bunda katakan. Ya sudahlah terserah kamu. Oia, Bang Naka sudah bilang ke kamu kan kalo dia mau lanjut studynya di Paris?"
"Iya Bunda, semalam Bang Naka bilang ke Neena."
"Tante Ina dan Om Hisyam kan juga mau menetap di Yogya, kamu balik dan tinggal disini lagi aja ya sayang sama Ayah Bunda!" pinta Bunda Sekar.
"Kuliahku sudah masuk tingkat akhir, Bun. Semester depan aku tinggal ambil beberapa matkul lagi, aku juga sudah mengajukan judul untuk tugas akhirku. Kalo aku pindah, aku harus mengulang dan penyesuaian lagi. Neena disini aja ya, Bunda."
"Sebenarnya Bunda berat banget untuk mengizinkan kamu tinggal sendiri, Bunda sampe minta Ayah untuk mengizinkan Bunda pulang ke Indonesia."
"Engga engga, Bunda! Kasian Ayah kalo Bunda jauh dari Ayah. Ayah kan gak pernah jauh lama dari Bunda. Neena sudah besar Bunda, gak akan tersesat juga kalopun disuruh keliling Jakarta," ucap Neena sambil tersenyum, yang ia sadari bunda juga tidak akan bisa melihat senyumannya itu.
"Bunda khawatir dengan kamu sayang, tapi jujur Bunda sedikit tenang karena akan ada Reya yang menemani dan menjagamu selama di sana."
Neena hanya mengangguk mendengar perkataan bunda. Terdengar panggilan seseorang yang memanggil nama bunda diseberang sana yang Neena yakini itu adalah ayahnya. Obrolan mereka pun harus terhenti karena Ayah Bara meminta Bunda Sekar untuk segera pergi bersamanya menemui rekan bisnisnya.
Setelah mematikan telepon, Neena mencoba untuk melanjutkan tidurnya. Namun, ia hanya membolak-balikkan tubuhnya ke kanan dan kiri tanpa bisa tidur dengan pulas. Akhirnya, ia memutuskan untuk segera bangun dan mandi.
Selesai bersiap, Neena mengambil laptopnya dan duduk di depan jendela yang menjadi salah satu spot favorit dikamarnya itu selain tempat tidurnya tentunya. Memiliki jendela besar adalah salah satu syarat wajib Neena untuk kamarnya. Ia segera duduk dan membuka platform tempat ia menuliskan karya. Sudah tiga hari ini, ia tidak melanjutkan menulis, padahal ia sedang libur semester yang artinya banyak waktu luang yang ia miliki. Ketika membuka platform itu, ia tidak terkejut dengan banyaknya komentar yang menanyakan dimana dirinya dan meminta alasan kenapa tidak update kelanjutan cerita fiksi yang ia buat. Ia sudah terbiasa mendapat komentar-komentar itu meskipun hanya satu hari saja ia tidak hadir di sana.
Sejam berlalu sejak ia mulai melanjutkan menulis. Suara panggilan dan pintu yang diketuk membuat Neena tersadar dari dunia khayalannya. Ia segera memberi jawaban untuk segera turun dan sarapan bersama dengan sang kakak. Sebenarnya ia malas jika harus sarapan ke bawah, ia sudah terbiasa membawa dan makan sarapan yang telah dibuat sebelumnya oleh Bi Miah ke kamarnya.
Neena jarang sarapan bersama dengan Naka karena ketika ia bangun tidur sang kakak sudah pergi bekerja. Hanya di hari libur-lah mereka bisa sarapan bersama seperti hari ini.
Dengan langkah gontai, Neena menuruni anak tangga. Baru sampai di pertengahan tangga, ia terkejut dengan seseorang yang sedang berbincang dengan sang kakak di meja makan.
"Abaaaaaang!" teriak Neena.
🌸🌸
Terima kasih sudah membacaa
Komentar dan votenya thorthor tunggu yaa
semangaat membaca☺️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments