Arabelle masih berteriak histeris di kamar tempatnya dirawat.
Joel yang mendengar teriakannya langsung masuk.
"Ra, tenang ya!" Joel berusaha menenangkan adiknya.
Ara mencabut infus dari tangannya. Hal itu membuat darah segar keluar dari bekas tusukan jarum di tangannya.
"Kamu belum boleh ke mana-mana!" Dokter berusaha menahan tubuh Arabelle agar tidak pergi dari tempat tidur.
"Aku harus pergi! aku nggak bisa di sini! dia menungguku!" Arabelle berteriak dengan kalimat-kalimat yang asal.
Dokter meminta bantuan suster untuk menyuntikkan obat penenang kepada Arabelle.
Joel mengusap rambut adiknya, sementara dokter memasang lagi infus yang sempat Arabelle lepas.
"Jangan biarkan dia berpikir terlalu banyak. Kalau sampai dia pergi dari sini itu akan sangat berbahaya. Dia baru melakukan operasi besar." Jelas dokter pada Joel.
"Harusnya Koko nggak langsung ngasi tahu kamu." Joel merasa bersalah.
***
Di kota Gangnam Seoul, Park Han Seol sedang menyiapkan lamaran untuk kekasihnya. Dia merasa bahwa usianya yang sudah genap 28 tahun sudah pantas untuk menikah.
Park Han Seol memilih sebuah restoran mahal yang ada di kota itu.
Sebuah meja dekat kolam renang sudah dihias dengan bunga warna warni. Air kolam semakin indah dengan lilin-lilin yang mengapung di atasnya.
Di tangannya sudah ada bunga, di saku jacketnya sudah ada kotak yang berisi cincin.
Dia sumringah tatkala sosok yang ditunggunya sudah datang.
Wanita cantik, tubuh tinggi dan langsing, berpakaian elegan, rambut panjang terurai, dan riasan wajah yang pas di wajahnya.
"Neo wass-eo? (kamu sudah datang?)"
"Ne.(iya.)" Jawab wanita cantik yang memiliki nama Kim Min Ahh tersebut.
Ketika Kim Min Ahh duduk tepat di hadapan Park Han Seol, diapun bersujud dan memberikan bunga pada Kim Min Ahh.
"Go ma wo (terima kasih)" Jawab Kim Min Ahh menerima buket bunga itu. Sepersekian detik diapun meletakkannya di atas meja.
Park Han Seol mengeluarkan cincin dari saku jacketnya.
"Will you marry me?" Han Seol bersujud dengan menengadahkan tangan pada Min Ahh.
Kim Min Ahh memandangnya sendu. beberapa detik dia diam dan tidak mengucapkan apa-apa.
"Mian hae oppa.(aku minta maaf.)"
Min Ahh meminta maaf karena tidak bisa menerima cincin dari Han Seol. Dia juga memutuskan hubungan mereka.
Min Ahh ingin melanjutkan karirnya sebagai model. Sebuah perusahaan telah mengontraknya untuk bekerja di Perancis.
"Mwo? (apa?)"
"Mian hae Oppa. Jinjja mian hae." Min Ahh benar-benar minta maaf dan menolak cincin pemberian Han Seol.
Tidak mau mengasihani Han Seol, Min Ahh langsung pergi meninggalkannya.
Han Seol begitu terpukul. Dia melemparkan cincinnya dan menangis tersedu-sedu.
Han Seol yang terbiasa mendapatkan apa yang dia inginkan merasa sangat sakit. Dia meminta beberapa botol soju kepada pelayan.
Semenjak hari itu Han Seol seperti kehilangan semangat. Sakit hati, kecewa, marah, semua menjadi satu.
Karena kondisi Han Seol yang tidak stabil, Park Song Ah kakak tertua memperkenalkan seorang psikolog padanya.
Bagi kebanyakan orang, putus cinta mungkin biasa. Tapi tidak untuk Han Seol. Keyakinan yang dia miliki selama ini adalah, apapun yang dia suka pasti dia bisa dapatkan.
Flash back off
Arabelle yang kelelahan tertidur di atas ranjang. Setiap kali dia kelelahan dia pasti meracau karena mimpi buruk.
Dia menggeleng-gelengkan kepala tatkala matanya masih terpejam. Keringat membasahi rambut dan pelipisnya.
"Ja-ja-jangan,,,," dia terbangun dengan nafas yang tersenggal.
"Aku mimpi buruk lagi." Dia menarik nafas, ngelap keringat dan mengambil air minum yang ada di atas nakas.
Handphonenya berbunyi.
"Ra, kamu sudah nyampai di Jakarta?" tanya Caca managernya.
"Sudah. Ajak Dito juga ya ke rumah. Aku tahu tujuan kamu nelpon pasti minta oleh-oleh." Tebak Arabelle.
"Hehehe...langsung bisa nebak saja. Sejujurnya kami sudah ada di ruang tamu rumah kamu." Caca menjawab sambil menggaruk kepalanya.
"What?" Arabelle terbelalak. Dia menurunkan kedua kakinya dari ranjang dan memakai sandal rumah.
"Kebiasaan memang mereka! nggak dikasi oleh-oleh baru tahu rasa." Gerutu Arabelle.
Sejenak Arabelle berdiri di depan cermin, mengikat rambutnya asal dan turun menemui kedua orang itu.
"Kalian kebiasaan deh kalau bertamu nggak pernah ijin dulu!" Teriak Arabelle.
Namun teriakannya diabaikan oleh Dito dan Caca.
Mereka bertiga menjadi sebuah tim. Keberhasilan Arabelle sebagai youtuber tidak lepas dari kerja keras Dito sebagai editor dan Caca sebagai managernya.
Kepergian Timothy 5 tahun lalu membuat Arabelle menyimpan luka yang sangat dalam. Tapi di waktu itu juga dia mendapatkan dua sahabat sekaligus. Yaitu Dito dan Caca.
Memang selalu ada penghiburan di tengah duka. Kehadiran Caca dan dito menjadi penghiburan tersendiri untuk Arabelle.
Beberapa kali Dito ingin menggantikan posisi Timothy di hati Arabelle, namun usahanya selalu sia-sia. Sudah 5 tahun Arabelle menutup hatinya untuk pria.
"Ra, ada yang minta meet and greet. Apa kamu sudah bisa kerja?" tanya Caca.
"Aku masih butuh istirahat. Besok kosongin jadwal dulu ya!" perintah Arabelle.
"Okey. Lusa kita juga harus meeting dengan Om Baim." Caca menjelaskan jadwalnya.
"Urusan meeting dengan Om Baim kalian atur ya. Segala yang berurusan dengan dia aku nggak mau ikut campur. Dari awal kaliankan yang mau dia jadi sponsor?"
"Ra, sampai kapan kamu bersikap dingin pada Om Baim? meninggalnya Timothy itu sudah suratan yang di atas." Dito menasihati.
"Kalau Timothy bisa hidup lagi, maka aku bisa memaafkan dia." Tegas Arabelle.
"Sudahlah biarkan saja!" Caca mencegah Dito untuk lanjut berceramah.
***
Han Seol beristirahat di kamar peninggalan Timothy. Dia berharap liburannya kali ini bisa membuat hatinya lebih tenang.
Han seol memandangi photo-photo yang ada di kamar Timothy.
visual Timothy
"Dia kenapa mirip dengan saya ya? padahal kita cuma sepupu? pastinya saya lebih tampan darinya." Han Seol terkekeh sambil mengusap bingkai photo yang ada di tangannya.
"Kamu yang tenang ya di sana!" Ucap Han Seol pada photo yang dia pegang.
Yi Seo masuk ke kamar dan melihat Han Seol sedang memandangi photo putranya.
Yi Seo duduk di samping Han Seol dengan wajah bersedih.
"Kalian sangat mirip. Setiap kali Gomo lihat kamu, pasti rasa kangen Gomo sama dia terobati." Tanpa permisi air mata mengalir di pipi Yi Seo.
"Gomo, jangan bersedih lagi! kapanpum Gomo kangen Timothy, lihat saja Han Seol." Han Seol memegang tangan Yi Seo.
Yi Seo langsung memeluk Han Seol.
"Go ma wo a deul. (terima kasih nak)"
"Kamu mandi dulu, setelah itu kita makan malam sama-sama. Kamu bilang teman kamu akan ke sini?" tanya Yi Seo.
"Iya Gomo. Bentar lagi dia sampai. Han Seol mandi dulu ya."
Han Seol melangkahkan kakinya menuju kamar mandi, sementara Yi Seo turun untuk menyiapkan makanan.
Han Seol tidak sabar ingin bertemu dengan sahabatnya. Han Seol mengeringkan badannya dengan handuk putih yang lembut dan memakai tshirt putih dan celana pendek selutut.
Han Seol turun ke bawah. Dia mendapat pesan dari orang yang ditunggunya.
"Teman kamu udah di mana?" tanya Dante.
"Baru saja dia bilang otw."
"Ting tong!" bell berbunyi.
Yi Seo langsung melihat ke arah pintu. Dia berjalan dan ingin melihat siapa yang datang.
"Joel? ada perlu apa?" Yi Seo menanyakan tujuan kedatangan tetangganya.
"Saya mau ketemu teman Tan. Cuma dia ngasi alamatnya rumah ini." Jawab Joel.
"Jangan bilang kalau sahabat kamu itu Park Han Seol ponakan Tante?" Yi Seo ingin memastikan dugaannya benar atau tidak.
"Iya Tan. Teman saya namanya Han Seol."
"Ya ampun! dunia sempit banget. Masuk-masuk!" Yi Seo mempersilahkan Joel masuk ke rumahnya.
Ya, sahabat Han Seol ketika kuliah jurusan Bahasa Indonesia di Universitas Korea adalah Joel Alexander Zhuang kakak sulung dari Arabelle.
Dunia yang luas kerasa sempit. Mungkin benar dunia ibarat selebar daun kelor.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Eva Yanti
Keren
2021-01-09
0