THIS IS ME
Sepasang bola mata
memandang sebuah kotak pensil berwarna ungu yang terletak di atas meja
temannya. “ tettttt…..tettttt…..tettttt…..
” bel berbunyi pertanda siswa sudah boleh pulang. Semua anak langsung keluar kelas dengan
perasaan lega dan wajah bahagia. Tetapi,
tidak dengan aku. Namaku adalah Fanya. Aku adalah Siswa kelas delapan. Setelah tiba di rumah aku bertemu dengan
nenekku. “ hari hari ini di sekolah? ” Aku mendapat pertanyaan dari nenekku. “ baik oma. ” aku menjawab dengan
singkat dan langsung masuk kamar. Aku
adalah siswa baru di sekolah Harapan Bangsa Bandung. Sudah sebulan aku bersekolah di sana. Aku akan menemani nenek selama di
Bandung. Tepatnya bukan menemani, tetapi
orangtuaku membuangku ke kota ini karena mereka malu dengan perbuatanku.
Sudah sebulan aku di
sini. Seperti biasa aku dan
teman-temanku duduk rapi di kelas hanya untuk menunggu guru yang akan
mengajar. Ada yang senang, tetapi tidak
sedikit juga yang terpaksa melakukannya. Seorang guru masuk ke kelas. Dia
seorang wanita, wajahnya biasa saja, usianya sekitar dua puluh enam tahun. namanya adalah Mellisa. Dia adalah wali kelasku. “hari ini ibu
mendapat kabar kalau salah satu dari teman kalian kehilangan sebuah kotak
pensil.” Mendengar itu semua siswa
saling melihat satu dengan yang lainnya. Tidak ada yang mencurigakan. “ ibu
tidak akan menggeledah tas kalian karena kejadiannya kemaren. Ibu juga tidak akan menuduh kalian
melakukannya. Ibu berharap kalau ini
hanyalah sebuah kecerobohan saja. ”
Jam istirahat, Chaca
masuk ke ruangan guru dan ingin berbicara dengan Mellisa. “ bu, saya yakin kalau kotak pensil saya beneran hilang. Saya yakin salah satu dari teman-teman ada
yang mengambilnya. ” Chaca protes kepada
wali kelasnya. “ Cha, ibu tahu apa yang
ada di pikiran kamu. Ibu kenal kamu udah
lama. Ibu tahu kalau kamu sangat
detail. Ibu tahu kalau kamu nggak akan
ceroboh dengan barang. Tapi kita nggak
bisa menuduh seseorang tanpa bukti. ” Chaca membalas ucapan Mellisa “ semua
anak yang ada di kelas saya berasal dari keluarga kaya. Mereka pasti mampu membeli kotak pensil
seperti milik saya bu. kecuali
Tina. Dia hanyalah anak satpam sekolah
yang kebetulan dapat beasiswa dan sekolah di sini. ” ibu Mellisa berdiri dan mengelus pundak
Chaca. “ cha, tidak baik menuduh orang
hanya karena kondisi. Kita juga belum
ada bukti. ” Ibu Mellisa menjawab dengan
bijak. “ tapi sampai kapan bu? kejadian seperti ini sudah beberapa kali
terjadi. Bahkan bukan hanya kita yang
kehilangan. ” Chaca tetap ingin
mendapatkan pembelaan. “ ibu janji kalau
ibu akan menyelidiki masalah ini. ibu
percaya sama kamu. Kamu adalah anak yang
baik. Kamu tidak akan mempermalukan
siapapun. Ibu hanya minta kerja sama
dari kamu. ”
Hampir setiap hari kepala
sekolah mendapat kabar kalau siswa kehilangan barang. Bukan hanya barang-barang mahal. Tetapi barang-barang yang tidak memiliki
nilai jualpun bisa hilang. Semua guru
mengadakan rapat. “ sudah banyak siswa
yang melapor kepada saya kalau barang mereka banyak yang hilang. Bahkan ada orang tua yang menghubungi saya, jika hadiah yang mereka
berikan untuk anaknya hilang. Masalah ini harus segera diselesaikan. Jika pelakunya adalah guru, staff, satpam, atau
siapapun itu, maka akan kami keluarkan dari sekolah ini. Jika pelakunya adalah siswa maka kami
akan memanggil orang tua siswa yang
bersangkutan.”
Tina duduk di
sebelahku. Dia siswa yang rajin. Seringkali di jam istirahat, dia lebih memilih ke perpustakaan atau belajar
di kelas. Dia tidak memiliki uang yang
cukup untuk jajan di kantin. Jika dia
memiliki uang, dia lebih memilih untuk menabung. Dia mengambil buku dari tas dan membacanya. Bel berbunyi dan teman-teman masuk. Aku duduk di sebelahnya. Seorang anak mengangkat tangan. “ iya Vian. ” Mellisa merespon Vian. Menurutku dia adalah siswa paling tampan di
kelas. “ buku saya hilang bu ” Chaca langsung mengangkat tangan dan
berbicara. “ bu, di kelas ini yang senang membaca
hanya Tina. ” Secara tidak langsung, Chaca menuduh Tina yang mengambilnya. “ Apa kamu sudah memeriksanya dengan
baik? kamu yakin bukunya tidak
tertinggal di rumah? ” Mellisa
meyakinkan Vian. “ saya yakin bukunya
ada dalam tas saya bu. ”
Di Rumah, Mellisa sedang
menonton bersama suaminya. Menurut cerita dari teman-teman, mereka
adalah pasangan termanis dan baru menikah tahun lalu. “ hei, kamu kenapa? ” Mike mengelus rambut istrinya yang sedang
melamun. “ ada sedikit masalah di
sekolah ” jawab Mellisa. “ tentang anak-anak yang kehilangan barang? ” Mike langsung menebak apa yang ada di pikiran
istrinya. “ Iya. Aku takut, jika sebenarnya pelakunya tidak
ingin melakukan hal itu. Tetapi ada faktor
lain yang membuatnya harus melakukan hal itu. Ini aneh. Kalau dia butuh uang,
dia tidak akan mengambil barang yang
tidak ada nilai jualnya. ”
Mike dan istrinya sedang
berbelanja di super market. Mike melihat
seorang ibu tua sedang kesusahan membawa barang belanjaan. Ibu tua itu adalah
nenekku. Dengan sigab, Mike langsung
menawarkan bantuan. “ biar saya bantu
tante. ” Tidak hanya membantu bahkan pasangan
inipun mengantar nenek pulang. Ketika
tiba di rumah, nenek memaksa mereka untuk masuk ke rumah. Sebagai ucapan terima kasih, nenek akan
memasak untuk mereka. “ nek, saya bantu
ya!” Mellisa menawarkan bantuan. Dengan
senang hati nenek menyetujuinya. Mellisa
membuka kulkas. Dia melihat sebuah
coklat dengan hiasan pita. Dia tahu coklat itu milik siapa. “ tante, saya haus. Bolehkah saya minta segelas air? ” “ oh iya silahkan! Gelasnya ada di atas ya! ” sambil menunjuk lemari piring. Ketika ingin mengambil gelas, Mellisa melihat
sebuah botol minum. Melihat Itu Mellisa
seperti memikirkan sesuatu. Mereka
menyiapkan makan malam di meja. “ tante
tinggal sendiri? ” Mike bertanya. “ anak saya tinggal di blok sebelah. Setelah menikah mereka sengaja beli rumah di
kompleks ini. Katanya, agar bisa
mengunjungi saya setiap waktu. Di sini saya tinggal bersama dengan
cucu. Dia baru saja pindah dari
Jakarta.” “ jika saya boleh tahu nama
cucu tante siapa? ” Melissa sangat
penasaran “ nama cucu saya Fanya
Estherina.” Jawab nenek “ dia sekolah di mana ya tante? ” Mellisa
semakin penasaran. “ dia sekolah di Harapan Bangsa. ” Mike melihat istrinya sedang memikirkan
sesuatu. “ istri saya mengajar di
sekolah Harapan Bangsa tante. ” Mike memberitahu
nenek hanya untuk memecahkan suasana yang serius.
Keesokan harinya Mellisa
duduk di ruang makan siang. Harapan
Bangsa adalah sekolah yang menyediakan makan siang untuk semua siswa dan
guru. Dia mengirim pesan kepada Mike
melalui applikasi Whatsapp yang ada di handphonenya. “ Mel, aku yakin kalau kamu bisa melakukan ini
dengan bijak. ” Mellisa tersenyum membaca pesan dari suaminya. Mellisa memperhatikan anak-anak yang sedang
makan siang. Tina dan Fanya duduk
berhadapan. Mellisa menghampiri
mereka. “ ibu bisa makan siang dengan
kalian? ” mereka mengangguk. Tina menghabiskan makan siangnya dan meminta
ijin masuk ke kelas. Rasanya aku sangat
takut untuk melihat wajah wali kelasku. “ Fanya, sepulang sekolah ibu ingin mengajak kamu ke suatu tempat. ”
Sepulang sekolah, aku
bertemu dengan Ibu Mellisa di depan sekolah. Dia membawaku ke tempat yang tidak kuduga. “ ibu kok tahu rumahku? ” aku bertanya. “ ibu bukan hanya tahu rumah kamu, tapi ibu
juga kenal baik dengan oma kamu.” darahku seperti mendidih, jantungku berdetak
kencang, dan aku seperti kehabisan kata-kata. Kami masuk. Aku melihat banyak
barang di atas meja. Coklat berhiaskan
pita, botol minum teddy bear, kotak pensil ungu, buku biografi, jepitan rambut,
cermin, dompet, dan masih banyak lagi. “ kamu tenang ya! oma kamu sedang makan siang bersama dengan
Mike. ” Ibu Mellisa menjelaskan
keberadaan nenekku. Ibu Mellisa
mengambil coklat. “ ibu sangat kenal dengan
coklat ini. Mike menghiasnya dan
memberikannya sebelum aku masuk ke kelas. Hampir semua barang-barang yang di atas meja ini ibu tahu siapa
pemiliknya. ” Tiba-tiba aku menangis
tanpa henti. Ibu Mellisa membiarkan aku
sampai akhirnya aku tenang. “ apa kamu
mau cerita? ” dengan lembut ibu Mellisa
bertanya. “ sebenarnya orang tuaku
mengirimku ke sini karena mereka tidak tahu lagi cara mendisiplinku. Semua hukuman sudah mereka lakukan. Aku sudah berusaha menahan hasratku. Tetapi setiap aku melihat barang orang lain,
ada hal yang mendorongku untuk mengambilnya. Aku tidak bisa mengontrolnya bu. Aku sudah berusaha. Tetapi aku
tidak bisa. ” Aku menjelaskan dengan air
mata yang tidak berhenti mengalir Di pipiku. “ aku tahu apa yang kamu rasakan. Ibu pernah mengalami itu. Itu
adalah penyakit kleptomania. ” Aku kaget
ketika ibu Mellisa mengakui masa lalunya. “ jika kamu mau, ibu bisa bantu kamu untuk sembuh. Kamu tidak perlu malu. Karena jika kamu malu, kamu akan selalu
bersembunyi dan penyakit kamu tidak akan sembuh.”
Ibu Mellisa membantuku
untuk menjelaskan kepada guru dan teman-teman. Aku meminta maaf kepada teman-teman termasuk Tina. Tina telah dijauhi oleh teman-teman, karena
perbuatanku. Ibu Mellisa meyakinkanku
jika aku bisa sembuh. Dia menemani aku bertemu
dengan psikolog dan psikiater. Setiap
kali ada keinginan untuk mengambil barang orang lain, aku selalu menghubunginya
dan langsung menceritakan keinginanku. Dia tidak menghakimiku, tetapi dia mengalihkan perhatianku. Perlahan-lahan aku bisa mengontrol
keinginanku. Tiga tahun telah
berlalu. Dan sekarang aku sudah sembuh. Hubunganku dengan orang tua juga semakin
membaik. Mencuri adalah tindakan yang
melanggar hukum manusia ataupun Tuhan. Setiap
pelanggaran pasti ada konsekuensinya. Tetapi jangan terburu-buru untuk menghakimi. Menghakimi bukanlah solusi untuk membantu
orang lain. Menerima orang lain apa
adanya akan membantu mereka merasakan bahwa mereka dicintai. Terima kasih Ibu Mellisa, engkau adalah
guruku dan juga pahlawanku.
SELESAI
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Caramelatte
eyo author hebat! aku mampir🤗 semangat upnya! 💪
2021-01-28
1
Eva Yanti
Mantap
2021-01-08
0