"Tuan muda, Anda mau kemana malam-malam begini?"
"Jalan-jalan sebentar, bosan aku dirumah saja. Sesekali ga ada salahnya menikmati susana malam di kampung"
"Kalo begitu saya siapkan mobilnya"
"Tidak usah, aku mau jalan-jalan yang berarti jalan kaki"
"Tapi tuan muda ... Anda. ..."
Belum selesai Hanzel, asisten pribadi nya melanjutkan kata-katanya, Raya sudah menghilang di balik pagar Villa.
Hans hanya menggeleng melihat kelakuan tuan muda nya itu. Kalau sudah ada mau nya tidak ada yang bisa menolah nya.
Raya kembali membenamkan dirinya dalam naungan bintang dilangit. Tempat yang paling nyaman untuk melihat langit malam yang dipenuhi bintang adalah tanah kosong si sudut kampung. Tanah itu ditumbuhi beberapa pohon rindang dan rerumputan.
"Suara siapa itu?",gumam nya.
Lagi-lagi tidurnya terganggu dengan suara lantunan nada dasar sebuah lagu.
"Hmmm... Suara nya bagus. Namun teknik bernyanyinya perlu sedikit di poles"
Raya melihat perempuan yang tadi pagi terjatuh di atas tubuhnya sedang menyanyikan sebuah lagu.
Prokkk...prokkkk .. proook...
"Lagu yang bagus adik kecil"
"Adik kecil? Eh.. orang yang tadi pagi. Mau apa sih dia menggangguku terus"
"Kenapa?"
"Apa anda tidak punya kerjaan ya, selain tidur-tiduran di lapangan rumput ini?"
"Apa ada masalah?"
"Tentu saja, anda mengganggu ku"
"Apa lapangan ini milikmu?"
"Bukan. Ini lapangan kampung"
"Nah, berarti siapa saja boleh memakainya. Jadi jangan ganggu aku"
"Diih, siapa yang menganggu mu. Jangan terbalik ya. Aku yang lebih dulu ada disini. Jadi suka-suka aku dong!"
Rara meneruskan lagunya. Dia memang hobby bernyanyi, suaranya sangat bagus. Namun ibunya selalu melarang Rara bernyanyi. Bernyanyi di atas panggung akan membuat malu nama keluarga.
"Kalau cara menyanyimu seperti itu, lama kelamaan pita suaramua akan cedera. Kamu harus tahu tinggi rendah nada serta harmonisasi lagu"
Rara berhenti bernyanyi.
"Memangnya Anda paham soal musik?"
"Yaah, aku tahu sedikit soal musik dan lagu. Suaramu bagus. Suara sopran yang cantik"
"Eeeh... "
"Kenapa?"
"Ga apa-apa. Tapi sepertinya Anda ini bukan orang sini ya? Ko aku ga pernah melihat Anda sebelumya"
"Hmmm...."
"Ga bisa jawab pake kata-kata tah. Cuma hmmm... doang"
"Aku dari Kota kesini hanya menenangkan diri"
"Menenangkan diri? Atau melarikan diri?"
"Hahahahahaaa.... Kamu ini ngomongnya nyeplos ya. .. aku tertarik dengan cara bicaramu"
"Oooh... Sudah bawaan lahir"
"Kalau ga salah namamu... Rara, bukan?!"
"Iya"
"Aku Raya, Raya Aditama"
"Rara. Rara Pratiwi"
Mereka saling bersalaman. Rara melihat ke arah Raya. Dia harus menjinjit untuk melihat wajahnya. Tangan laki-laki itu sangat besar di banding tangannya. Tubuhnya tinggi, tampan, wangi parfum ternama tercium dari tubuhnya. Hanya saja orangnya agak sombong, pikir Rara.
"Oiya, kamu tinggal disini adik kecil"
"Panggil aku, Rara. Aku bukan adik kecil"
"Umur mu berapa, adik kecil", Raya tak mengubris protes Rara.
"13 tahun"
"Sekolah?"
"Iya, kelas satu SMP"
"Hmmm..."
"Anda?"
"Aku cuma karyawan biasa di kota"
"Kenapa mondar-mandir sendirian. Mana anak dan istri Anda?"
Raya tersedak tiba-tiba mendengar pertanyaan Rara. To the point sekali anak ini, pikirnya.
"Aku masih single, belum menikah"
"Haaahh, untuk laki-laki setua anda belum menikah sangat aneh sekali. Mau jadi jomblo abadi?"
Hahahhahaa.... Ya ampun, anak ini sembarangan sekali bicara nya. Raya lagi-lagi terkekeh dibuatnya.
"Jangan panggil aku tua dong. Aku baru berumur 33 tahun"
"Wah, kalo di kampung laki-laki umur segitu sudah punya anak dua. Masa sih Anda tidak punya pacar dikota?"
"Perempuan cantik banyak tapi yang tulus jarang sekali"
"Ooo..."
"Kalo begitu ...", Raya mendekatkan tubuhnya pada Rara.
Rara mundur perlahan menghindari Raya, sampai dia terpojok di sebuah pohon. Raya mengambil dagu Rara. Dari dekat tampak wajah polos perempuan kampung berbibir mungil itu. Matanya besar dan bercahaya.
"Mau apa Anda. Jangan macam-macam"
"Kalau begitu, aku akan menunggumu saja ya, sayang?!"
Cuup... Kecupan manis mendarat di pipi Rara. Seketika muka Rara menjadi bersemu merah. Dia tidak pernah di perlakukan seperti itu oleh seorang laki-laki.
Dia berlari pulang kerumah nya. Tanpa banyak basa-basi dia masuk langsung kekamarnya. Dia tidak mendengar saat ibunya memanggilnya di depan pintu.
"Ya ampun... Ini bukan mimpi kan. Dia mencium pipi ku"
Rara kembali bersemu merah mengingat kejadian itu. Tanpa sadar dia tersenyum-senyum sendiri di buat nya.
******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Hera
cinta itu emang ga kenal ama usia yg penting sayang aja dirasain itupun seperti yg dirasain raya
2022-06-22
0
sibiru_mempesona
gw kira raya itu cewe 😆😆,. jodoin tor sana s rara ya
2020-12-03
2
Karina Aprilia
zaman skrg beda usia 20 tahun ga parah kak yg lbh dr itu juga banyak
2020-08-24
3