Bolpoin Tak Bertuan

Pagi ini hujan telah berhasil membasahi area kompleks perumahan Jati Asri. Bagi kebanyakan orang, hujan di pagi hari terasa menjengkelkan lantaran aktivitas pertama mereka harus terganggu. Tapi tidak dengan kedua remaja yang sekarang tengah bermain air di bawah guyuran hujan. Dengan seragam yang akan mereka gunakan sekolah pagi ini.

Kayla Mathilda perempuan manja penyuka hujan, sering disapa Ayla atau Ay. Memiliki badan yang tak terlalu tinggi, pipi chubby dengan setelan rambut lurus sebahu. 

Dan partner mainnya. Daniel Arsalan Syahreza, kulit putih, tinggi, hidung mancung, dan senyum yang manis. Ia juga memiliki sisi yang humoris. Karena Kayla lah ia salah satu anak penyuka datangnya rintikan air.

“Mau sampai kapan kalian main hujan!” Teriak salah seorang yang berdiri memakai seragam yang sama seperti milik Kayla dan Daniel. Namun ia hanya bisa melihat kedua sahabatnya bersenang-senang.

Damian Abymanyu, pria tampan dengan segudang prestasi, memiliki kulit cokelat bersih, alis mata tebal dan mempunyai sifat yang bijak. Ia mampu menasihati kedua sahabatnya sampai mereka hanya bisa diam. Jika kedua sahabatnya menyukai hujan dia lebih menyukai keindahan setelah hujan, pelangi.

Kayla dan Daniel pun menghampiri sahabatnya ini dengan baju yang basah kuyup tentunya. Daniel langsung merangkul pundak Dami sedangkan Kayla berdiri di depan kedua sahabatnya, menadahkan tangan menerima tetesan air. Rasannya belum cukup ia bermain walau tangannya telah memucat.

“Liat aja, suatu hari nanti aku akan main hujan sama kalian berdua,” ucap dami.

“Gue tunggu Dam, gue yakin lo bisa ngelawan semuannya!” Balas Daniel menepuk pundak sahabatnya ini. “Dan Ayla sama Daniel akan selalu ada buat Dami.” Lanjut Kayla tersenyum menoleh ke belakang.

Dami ikut tersenyum, lalu menarik tangan Kayla. “Udah main hujannya, buruan ganti baju!”

“O iya. Kita pakek baju apa Dan?” Kayla segera menoleh menatap Daniel.

“Baju olahraga.”

“Haish! Lo tuh ya ... akh! Ga ngerti apa? Gimana marahnya Pak Adam nantinya.”

“Udah lah gampang. Buruan ganti.” Daniel pun berlari kecil, kembali membelah hujan menuju rumahnya.

Rumah mereka tetap sama seperti dulu. Rumah Daniel yang berada tepat di depan rumah Kayla dan rumah Dami di sebelah kanan rumah Daniel.

Begitupun dengan perjanjian, persahabatan yang mereka bangun sejak kecil masih tetap berdiri kokoh. Perjanjian yang mereka buat juga masih berlaku sampai sekarang. Sejak kecil sampai SMA, mereka masih belum ada yang mengenal rasanya cinta dari lawan jenis. Bagi kebanyakan orang, SMA adalah masa-masa mengenal cinta, tapi tidak dengan mereka.

...

“Kenapa kalian pakai baju olahraga?”

Kayla dan Daniel saling menatap. Penjagaan di sekolahnya memang cukup ketat. Apalagi hari Senin setiap pagi guru BK selalu berjaga di depan gerbang mengawasi anak didiknya.

Seperti sekarang di parkiran. Kayla, Daniel, dan Dami sedang menghadap Pak Adam guru BKnya. Lebih tepatnya Daniel dan Kayla. Sedangkan Dami hanya bisa diam melihat. Padahal mereka naik mobil dan seluruh jendela mobil tertutup rapat, tapi Pak Adam masih bisa tau.

“Bapak tanya sekali lagi! Kenapa kalian pakai baju olahraga?” Ucap Pak Adam dengan nada suara lebih tinggi.

“Itu Pak ... bajunya lupa gak dicuci,” Jawab daniel santai.

“Gak dicuci kok barengan.”

“Ya kan Bapak tau kalau kita sehati,” Ucap Daniel sambil menangkup bahu Kayla. “Ya gak Ay?”

Kayla mendengus kesal mendengar itu. Bisa-bisanya Daniel berucap seperti tidak punya dosa. Padahal sedari tadi wajahnya ketakutan. Mulutnya hanya bisa bungkam dan Pak Adam tak henti menampakkan tanduk merahnya.

“Udah becandanya?” Tanya Pak Adam lembut namun penuh penekanan. Disitulah Daniel diam menurunkan tangannya dari bahu Kayla.

“Dami! Bapak tanya sama kamu. Kenapa mereka pakai baju olahraga?”

Dami menoleh ke arah kedua sahabatnya. Terlihat mereka memberi kode padanya. Namun apalah daya tatapan milik Pak Adam lebih menyeramkan dari pada amukan mereka. “Tadi pagi mereka main hujan, trus pakai baju seragam sekolah Pak.”

“Allahhumma bari’lana ... Astagfirullah ya gusti. Kalian umur berapa. Ha?” Bukannya takut mereka malah tertawa mendengar ucapan itu.

“Jangan ketawa kamu. Buruan ke lapangan bentar lagi upacara dimulai,” Omel Pak Adam menyuruh Dami.

“Baik Pak.”

“Dan buat kalian berdua. Bapak gak akan hukum untuk berdiri di lapangan.” Mendengar itu wajah Kayla dan Daniel langsung sumringah. Tapi tidak dengan ini. “Tapi saya suruh kalian buat keliling lapangan basket!”

“Itu mah ga ada bedanya Pak,” Celetuk Daniel.

“Salah kalian sendiri waktunya upacara pakai olahraga. Mau olahraga kan? Ayla lari keliling lapangan basket 20 kali dan Daniel 50 kali.”

“Lah gak adil, Pak! masa saya 50?”

“Kamu mau jadi perempuan?”

“kalau gini mah saya juga pilih cewek Pak.” Elak Daniel merasa tidak terima. Ingin rasanya ia menjadi guru dan menghukum semua anak muridnya lebih dari ini. mungkin 50 putaran memang telah jadi makanannya sehari-hari dalam ekstrakurikuler basket. Namun hari ini Daniel merasa muak melakukannya.

“Daniel 70 putaran.”

“Pak-“

“Kenapa? mau ngelak lagi, mau ditambah lagi? Udah cepetan sana! Setelah upacara selesai dan Bapak ga lihat kalian disana-” Pak Adam melakukan gerakan tangan, meletakkan jari telunjuknya pada leher dan menggerakkan seperti sebuah pisau menggores leher. “Awas kalian!”

Ini baru kali pertama bagi Kayla menerima hukuman. Apalagi ia jarang sekali lari-lari bahkan setiap olahraga di sekolah tidak pernah niat. Jika disuruh lari ia hanya berjalan, diperintah push up ia malah tiduran tengkurap, saat squat jump ia hanya berjongkok memperhatikan temannya yang kewelahan bercucuran keringat sedangkan Kayla masih segar, sehat wallafiat.

“Daniel, nanti kalau Ayla pingsan gimana?”

“Ck! Gak usah manja Ay. Ayo ...” Daniel menarik tangan kayla menuju lapangan basket.

...

Kelelahan, itu yang Kayla rasakan sekarang padahal masih 3 putaran dan 17 putaran masih menjadi utang. Sesekali ia mengusap keringat yang membasahi wajahnya. Melihat Daniel yang jauh darinya, entahlah sudah berapa kali cowok itu menyalip.

“Ay ke kantin aja yuk? Lo gak capek apa?” Tanya Daniel mensejajarkan kecepatan larinya.

“Ya capek lah, setan! Pakek nanya.”

“Yaudah biasa aja! Gue mau ke kantin, Lo mau ikut gak?” Ucapan Daniel membuat Kayla menghentikan larinya, begitupun dengan Daniel, ia seakan berhenti menatap Kayla bingung.

“Daniel plis deh gak usah becanda. Kita lagi dihukum dan dengan gampangnya lo nawarin ke kantin. Pak Adam Dan, Pak Adam ... ish lu mah. Gue baru pertama kali di hukum. Gue juga bukan lo yang pinter banget soal olahraga. Bahkan gue gak pernah olahraga. Jadi sekarang gue mau cepet-cepet selesai dan gue gak mau ulangin lagi!”

“Udah ngomelnya? Lagian lo takut banget sih sama Pak Adam.”

“Serah deh serah ... udah sono ke kantin beliin gue minum, bawa ke sini!” Kesal kayla melipat tangannya menatap Daniel.

“Yakin gak mau ikut?” Ucap Daniel sambil menaik turunkan alisnya.

“Gak!”

“Yaudah terserah, semangat yah!”

“Semangat gundulmu.” Gerutunya yang membuat Daniel terkekeh lantas mengacak rambut lurus milik Kayla. “Ihhh ... jangan diacak-acakin Daniel.” Melihat itu Daniel semakin usil mengacak lebih kencang  dan sebelum Kayla mengeluarkan omelannya, Daniel telah melarikan diri.

Begitulah seorang Daniel, dia sangat sering menerima hukuman karena keusilannya. Mungkin itu juga yang membuatnya menjadi kebal akan hukuman.

...

Seorang pria berdiri tak jauh dari lapangan basket, melipat kedua tangan dan menyandarkan tubuhnya pada saka. Ia memakai seragam berbeda yang berasal dari sekolah lain. Sekarang ia tengah menunggu upacara selesai, menemui salah satu guru dan segera mendapatkan kelas barunya. Seperti yang kalian pikirkan dia adalah murid baru di sini.

Sambil menunggu, sedari tadi ia terus memperhatikan gadis yang berlari mengelilingi lapangan. Pikirannya terus menebak-nebak. Mengapa disaat semua siswa melakukan upacara gadis itu malah di sana. Apakah dihukum? Atau memang ia melakukan olahraga?

Tak lama pikirannya buyar kala melihat gadis itu jatuh pingsan. Pria itu kebingungan, celingukan berharap ada orang selain dia yang melihatnya. Dan yah, hanya dia yang tau semua orang fokus mengikuti upacara.

Dia pun berlari kecil menghampiri gadis itu. Berjongkok dan mencoba membangungkan dengan cara menggoyangkan pipinya. Nihil! Sepertinya terpaksa ia harus menolong. Dengan perlahan ia mulai mengangakat tubuh mungil itu.

Sebelum melangkahkan kaki, ia memandang wajah orang yang telah berada digendongannya. “Cantik” itu yang ia lihat. Matanya turun pada name tag yang tertempel di seragam itu. “Kayla Mathilda.” Tak terasa pria itu menampakkan lengkungan pada bibir. Tanpa pikir panjang lagi ia segera membawa dan mencari pertolongan.

...

Kayla mengerjapkan matanya. Bau obat yang menyeruak membuatnya celingukan. Ia berbaring di atas ranjang lalu mendudukkan tubuhnya. Dan saat kesadarannya telah terkumpul, ternyata ia berada pada UKS. Kayla mencoba memanggil petugas di dalam yang duduk tak jauh dari ranjangnya.

“Hust ... Heh!”

Mendengar itu petugas UKS dengan name tag Melly mendongakkan wajahnya. “Eh! Udah sadar,” ucap Melly mulai mendekat pada Kayla.

“Kamu yang bawa aku ke sini?” Tanya Kayla.

“Bukan, tadi tuh ada cowok yang bawa kamu kesini. Trus dia bilang katanya dia anak baru. Trus dia nitip ini buat kamu,” terang Melly.

Kayla menampakkan wajah bingungnya memandang bolpoin yang Melly acungkan. Melihat Kayla tak segera menerima, Melly menyerahkan paksa ke tangan Kayla.

Entahlah pikiran Kayla masih belum sepenuhnya pulih. Mengapa orang itu memberinya bolpoin. Kayla membolak-balikkan benda itu dan menemukan sebuah nama di bagian tutup bolpoin. Perlahan mulutnya mulai mengeja. “Ar-“

“Kayla!” Belum sempat ia membaca nama itu, Daniel dan Dami datang dari arah pintu memanggil namanya dan melangkah menghampiri Kayla. Secara refleks ia memasukkan benda itu pada sakunya.

Terpopuler

Comments

Isma Aji

Isma Aji

sama2 semangat ya🙏🏻

2021-06-01

1

★Merepotkan~

★Merepotkan~

Mampir disini juga... semangat terus thor berkarya nya

2021-03-30

1

zien

zien

aku hadir disini dan memberimu like 👍

jangan lupa mampir juga di novelku JODOHKU YANG LUAR BIASA 😊

semoga sukses selalu buat kamu 👍

2021-03-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!