Sosok Ardan Mahardika

Tepat berada di ruang tamu Kayla bersila di atas lantai. Meja yang berada di depannya telah penuh dengan buku-buku dan cemilan. Malam ini ia harus belajar untuk Ulangan Harian, tapi satu benda mampu membuatnya menelantarkan sepuluh buku di depannya. Tak henti-henti Kayla meneliti sebuah bolpoin berwarna silver, pada bagian penutup itu, terdapat lukisan nama dengan warna hitan bertuliskan. "Ardan Mahardika."

Kayla ingin secepatnya berada di sekolah besok dan mencari tahu siapa Ardan Mahardika, kenapa orang itu menolongnya lalu memberinya sebuah bolpoin. Ia sempat menyesal lantaran tadi pagi setelah sadar dari pingsannya dia langsung bergegas pulang. Kedua sahabatnya terus memaksa untuk beristirahat di rumah. Seharusnya ia mencari tau dari Melly si penjaga UKS, sungguh menjengkelkan.

Seseorang membuka pintu rumahnya yang tak terkunci, kedua cowok melenggang masuk. Namun Kayla sama sekali tidak menyadari. Ia terlalu fokus pada pikiranya.

"Dam! Temen lo kenapa tuh," ucap Daniel menyenggol lengan Dami sebelum menghampiri Kayla.

Dami mengedikkan bahu bersamaan alisnya yang terangkat lalu melangkahkan kakinya. Namun satu langkah belum ia tempuh, Daniel tiba-tiba menarik tangannya menaruh jari telunjuk pada bibir seakan menyuruh Dami untuk diam.

Daniel pun mulai mengendap-endap tanpa suara. Dami yang melihat itu hanya bisa menghembuskan nafas. Sudah di luar pikirannya mengetahui apa yang akan daniel lakukan dan apa yang akan terjadi selanjutnya.

"DORR!!"

"Aaaaaaaa," Teriak Kayla dengan suara melengking, "Ih! ... Daniel lo ngeselin banget sih!" Teriaknya lebih keras setelah mengetahui pelakunya. "Tadi kalau tiba-tiba jantung Ayla copot gimana coba?"

"Ya tinggal bawa ke bengkel, suruh pasang lagi. Gitu aja repot."

"Ha. Ha. Ha. Gila kali ya lo."

Daniel mengangkat bahunya tak acuh, lalu duduk berhadapan dengan Kayla. Sedangkan Dami mengambil salah satu buku milik Kayla dan duduk di atas sofa mencoba tak memperdulikan cekcok antara dua manusia yang selalu tak mau kalah satu sama lain.

"Lagian udah pinter, lo. Belajar sambil bengong." Daniel selalu suka membuat Kayla kesal seakan itu semua telah menjadi candunya. Baginya melihat sahabatnya ini kesal begitu menggemaskan dengan kemanjaan yang Kayla miliki.

"Masih mending gue mau belajar dari pada lo!"

"Masih mending gue gak belajar, tapi selalu dapat prestasi olahraga dari pada lo!"

"Ih! ... Dami liatin deh Daniel selalu gitu sama Ayla." Itulah hal yang Daniel suka, disaat Kayla mengadu merengek pada Dami.

Kayla semakin cemberut disaat rengekannya tidak direspon oleh Dami. Pria itu lebih memilih fokus pada buku yang ia pegang. "DAMI!!" Teriak Kayla mengguncang kaki milik Dami yang duduk di atas sofa.

Dan situasi ini yang pria itu tidak suka. "Apasih Ay. Kalian tuh bisa gak sih sehari aja gak rusuh-"

"Yee ... orang Kayla dulu yang mulai."

"Apaan! Lo dulu yang bikin kesel!"

"Heh! Ya gusti ... yang laki suka ngrecokin, yang direcokin seneng banget marah-marah," ucap Dami.

"Tuh kan! Dami malah belain Daniel, semua orang juga marah kalau digangguin."

"Emang gue gangguin lo nga-"

"Ya ampun! Ini ada apa sih? Kuping Bibi bisa budek dengerin kalian," Celetuk salah seorang yang keluar dari arah dapur, membawa nampan berisikan sebuah makanan.

"Biasalah, Bi Min. ada kucing kawin." Maksud dari perkataan Dami adalah Kayla dan Daniel yang bertengkar seperti kucing yang sedang jatuh cinta, selalu mengeluarkan suara keras.

"Den Dami teh bisa aja. Dari pada adu mulut mending adu makanan. Nihh, Bibi bawain ketela goreng."

Bi Minah adalah pembantu di rumah kayla yang merawatnya sejak kecil. Setelah kepergian mendiang Ayah dan Ibunya dulu, Kayla ikut bersama Neneknya, namun setelah itu Neneknya tak bisa merawat lantaran usia yang semakin menua. Hingga akhirnya di bantu oleh Nita Ibu Daniel untuk mengurus Kayla, sampai bertemu dengan Bi Minah. Seorang janda yang belum di anugerahi seorang anak. Ia ikhlas tidak dibayar untuk mengurus Kayla. Kayla telah menganggap Bi Minah sebagai ibunya sendiri walau ia memanggilnya Bibi.

"Wihhh! Bibi tau aja kalau pangeran yang super ganteng ini lagi kelaparan," ucap Daniel dengan pedenya, langsung mencomot dan memakannya.

"Ha. Ha. Ha. Yang ada lo tuh pangeran kodok," celetuk Kayla menimpali.

"Bagus dong! Kan pangeran kodok awalnya pangeran tampan lalu dikutuk," jawab Daniel tidak mau kalah.

"SERAH!"

"Bi ... Dami juga mau," ucap Dami memberikan tangannya pada Bi minah. Bukannya dibalas Bi Minah malah menatap Dami bingung. "Kenapa Bi?" Tanyanya.

"Itu hidungnya den Dami teh kenapa pisan?"

Mendengar itu Kayla dan Daniel sontak menoleh. "Dami." Panggil Kayla dengan suara kaget.

Dami yang tau akan tatapan ketiga orang di depannya ini segera mengecek hidungnya dengan jari telunjuk dan benar setes darah keluar, tau keadaan itu dami berusaha setenang mungkin. "Gue ke kamar mandi dulu ya." Dami langsung berlari. Diikuti Kayla dan Daniel.

"Dami, cepetan keluar lo gak papakan?" Daniel mencoba mengedor pintu

"Dam cepetan keluar, lo jangan bikin takut deh!" Ikut Kayla

Cklek ...

Dami pun keluar mencoba tersenyum pada kedua sahabatnya yang menampakkan ketakutan. "Tenang aja gue gapapa kok."

"lo tau, Dam! Ayla takut. Kalau apa yang di katakan Dokter Hendra minggu lalu itu-"

"Kalian tau? Terkadang aku pengen banget balik ke masa lalu, aku rasa masa depan aku gak adil. Tapi aku tetep yakin semuannya ada kebahagiaan sendiri." Ujar Dami menangkup bahu kedua sahabatnya, yang dibalas pelukan oleh Kayla, diikuti Daniel yang tak mau ketinggalan. Pelukan erat itu menandakan mereka tak ingin kehilangan.

Disinilah Dami merasa dia manusia paling beruntung mendapatkan Kayla dan Daniel. karena mereka lah ia masih bisa melihat eloknya dunia, semangat dari mereka lah membuat kehidupan tersendiri baginya.

...

Kayla berlarian di sepanjang koridor yang mulai sepi. Ia sempat menggerutu, mengapa kelasnya harus berada di lantai dua. Tapi bersyukur, sesampainya di pintu kelas. Kayla melihat teman-temannya masih ngerumpi, bahkan ada yang nyanyi-nyanyi di atas meja, ada juga yang selfi sana-sini hingga bermain make up, padahal muka mereka udah tebal banget karena polesan bedak.

Kayla pun berjalan gontai menuju kursinya, duduk dan mengatur napasnya. Jika berangkat sekolah tadi Daniel tak meminta untuk naik angkutan umum mungkin dia tidak akan telat, dia tidak akan lari-larian ditambah seragamnya mengeluarkan bau tidak sedap.

Tok. Tok. Tok

Suara langkah kaki mulai terdengar. Semua anak-anak mulai berhamburan menata tempat duduk, dengan cekatan mereka membereskan kerusakan kelas yang telah diperbuat. Bu Weny pun datang, berhenti di depan pintu menatap anak didiknya tajam. Tanpa banyak bicara Bu Weny masuk, berdiri di depan kelas membawa jurnal pada tangan kirinya.

"Selamat pagi anak-anaku tercinta."

"Selamat pagi, Bu!"

"Maaf yah, Ibu telat 30 menit."

"Telat 1 jam juga enggak papa, Bu. Kita mah ikhlas, asalkan Ibu bahagia!" Celetuk salah satu murid cowok yang duduk di bagian belakang. Tawa anak-anak pun pecah mendengar itu.

"Heh! Hust ... hust ... udah-udah," tutur Bu Weny.

"Lagian Ibu kesini hanya mau mengabsen kalian. Sebenarnya enggak rela, tapi hari ini Ibu ada rapat. Jadi, pagi ini sampai jam istirahat nanti, jam pelajaran kalian free alias jamkos," ucap Bu Weny dengan wajah cantiknya. Yups, Bu Weny termasuk guru paling muda di SMA Cakrawala

Mendengar berita itu kelas semakin riuh. Padahal mereka hanya jamkos berapa jam, namun hebohnya berjam-jam.

"Heh! Udah, jangan rame sendiri. Malu-maluin Bu Weny sebagai wali kelas kalian ini. Duduk! Ibu absen sekarang." Bu Weny pun mulai memanggil satu persatu nama-nama muridnya.

"Alvian Mahendra."

"Ada Bu!"

Sedari tadi temannya heboh, Kayla hanya diam mendengarkan Bu Weny namun pikirannya terus tertuju pada anak baru bernama Ardan Mahardika. Entahlah, namanya saja sudah membuatnya kepo, apalagi bila nanti ia tau.

"Ardan Mahardika."

Mendengar itu Kayla mengacungkan tangan. Tunggu! Ardan Mahardika? Ia tidak salah mendengarkan? Dengan cepat Kayla menoleh ke belakang. Tepat di belakangnya seorang pria mengacungkan sama sepertinya. Ia tertegun, bahkan untuk menela salivanya kesusahan.

Ardan Mahardika, pria tinggi berdarah prancis. Lesung pipi, itu salah satu kelebihan yang Ardan punya pada wajahnya. Siapa pun yang melihat ia tersenyum, hati-hati saja mata dan hati kalian meleleh.

"Kayla kenapa kamu mengacungkan tangan?" Tanya Bu Weny.

"A-itu. Anu, apa? Saya kira nama saya yang di panggil Bu." Jawabnya kesusahan.

"Cieee ... Ayla," sorak teman-temannya

"Apesih lu semua!" gerutunya kesal

Parah! Kayla malu besar ini. Apa yang harus ia lakukan selanjutnya. Diem saja, padahal udah kepergok, atau menyapa orang yang sedari kemarin selalu mangkir di pikirannya, atau membalikkan bolpoin itu, atau ... akh! Entahlah. Jamkos! Itu kesempatannya, tapi apa yang harus ia lakukan.

Di meja Kayla, sedari tadi ia terus bergulat dengan jari-jari dan pikirannya. Sesekali terus menggigit bibir bawahnya.

...

Jam istirahat pun datang. Bila biasanya Kayla akan segera berlari menuju kelas kedua sahabatnya, sekarang ia harus menunggu kelas sepi dan mencari tau seorang Ardan Mahardika sedetail-detailnya.

Menarik napas, hembuskan. Itu yang dari tadi Kayla lakukan. Kelasnya pun sepi, ia tau sekarang hanya ada dia dan Ardan. Kayla mulai memejamkan mata, membukanya perlahan dan menghadap ke belakang.

"Kok gak ada." Kayla celingukan dan mendapati Ardan berjalan keluar kelas. Sebelum jauh ia langsung mengejar cowok itu, "Eh! Tunggu."

"Woy! Tungguin."

Mendengar teriakan itu Ardan berhenti. Lalu seorang cewek datang menepuk bahunya sambil ngos-ngosan

"Guh-gue, dah-dari tadi, mah-mahgillin eluh, gak dehnger apah," ucap Kayla dengan nada putus-putus.

Ardan mengerjap, menatap bingung cewek di sampingnya ini yang masih memegang bahunya seakan saat ia melepas akan jatuh.

"Huft .... " Napasnya pun mulai teratur, lalu melepaskan tangannya dari bahu Ardan.

Kayla memandang lekat wajah itu namun yang di lihat cowok itu menatapnya bingung. Wait! Wait! Cowok ini bukan ya? Yang nolongin gue kemarin. Kok Dia biasa aja liatin gue. Batinnya melamun menatap Ardan

"Heh! Ada apa?" Ardan menjentikkan jarinya tepat di depan wajah Kayla.

"Hah!"

"Ada apa?" Ulanginya lagi.

"Em ... kamu, yang nolongin aku kemarin bukan?" Terlihat Ardan menganggukan kepalannya pelan. "Iya! Beneran!" Sungguh, Kayla langsung sumringah melihat itu.

"Berarti, kamu kan yang ngasih aku ini," ucapnya menunjukkan sebuah bolpoin pada Ardan, "Jelas di sini ada nama kamu!"

"Iya, itu dari aku ke-"

"Nih!" Tukas Kayla sambil menyodorkan benda itu.

"Ambil aja, lagian itu buat kamu."

"Kenapa kamu kasih aku bolpoin?"

"Enggak tau sih, ambil aja lah," jawab Ardan kikuk menggaruk belakang lehernya yang jelas tidak gatal.

"Jadi ini beneran buat aku?"

Ardan membalas dengan senyuman dan memperlihatkan lesung pipi yang terlihat begitu manis. Ya gusti, senyumnya tolongin dede, ini kenapa jantung gue jedak jeduk. Coba aja ini sinetron, mata gue pasti keluar lope-lope. Kurang lebih itulah khayalan Kayla melihat Ardan.

Tiba-tiba Ardan terkekeh, Kayla pun segera menyudahi lamunannya dan kembali pada dunia nyata. "Kenapa ketawa?"

"Siapa yang ketawa."

"Haish, tadi aku gak ngeliatin kamu kok."

"Masa sih!"

"Iyalah."

"Masa sih aku nanya?"

"Ih! Nyebelin."

"Canda!" Ardan terus menahan tawa melihat tingkah gemas cewek di depannya ini, "Ardan," Sambungnya sambil menjabat tangan.

Dengan semangat empat lima Kayla menerima. "Kayla Mathilda, kamu bisa panggil aku Ayla atau Ay." Pria itu mangut-mangut mendengar penjelasan lucu kayla. Jabat tangan mereka pun terlepas, "Em ... Kalau gitu aku duluan yah." Ujar Kayla.

"Okey."

"Makasih," tutur Kayla sambil menunjukkan kembali bolpoin dan mulai melangkah.

Beberapa langkah Kayla berjalan, ia kembali lagi membawa cengiran. Ardan yang masih berdiri di tempat mengerutkan keningnya menatap Kayla.

"Ngehehe ... salah, tadi aku mau kesana." Tunjuk Kayla ke arah belakang ardan berdiri. Sangking grogi mungkin yah, jalan saja sampai keliru.

Dasar cewek! Batin Ardan sambil menggelengkan kepalanya.

Terpopuler

Comments

Renna Mustika

Renna Mustika

teruss Dee😂

2021-02-12

1

🌻Ruby Kejora

🌻Ruby Kejora

3 like mendarat

2021-02-07

1

Mei Shin Manalu

Mei Shin Manalu

Ceritanya bagus... Diksinya juga pas

2021-02-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!