Setelah memastikan mobil Argha telah melewati ujung jalan, Mentari kembali masuk kedalam rumah. Mentari melihat meja yang tadi ia tinggalkan dalam keadaan berantakan saat ini sudah kembali rapi dan bersih.
"Anak itu cukup cekatan dan menyelesaikan pekerjaan nya dengan baik." Gumam Mentari memuji kinerja Cantika sambil memandangi punggung gadis itu yang saat ini sedang mencuci piring.
Tak lama kemudian Inara tiba dan terlebih dahulu menyapa Thoriq yang saat itu sedang santai sambil menonton televisi.
"Apa Mr. Perfect hari ini sedang libur dan tidak ada jadwal pekerjaan?" Tanya Inara kepada Thoriq.
Mr. Perfect! Begitulah Inara dan yang lainnya memanggil Thoriq.
"Aku ada jadwal pemotretan jam lima sore nanti, Bibi. Jadi sementara waktu aku bisa bersantai seperti yang Bibi Lihat." Jawab Thoriq.
Inara mengangguk, "Baiklah, semoga pemotretan nanti lancar ya! Kalau begitu, Bibi permisi menemui Ibu mu dulu." Inara meninggalkan Thoriq dan menghampiri Mentari yang sepertinya sedang melamun sambil memandangi seorang pelayan yang tengah mencuci piring.
"Kak Tari! Sedang apa disana?" Tanya Inara.
Semenjak hubungan Mentari dan Inara semakin dekat, Mentari melarang Inara memanggilnya dengan sebutan Nona dan lebih senang di panggil Kakak. Hubungan mereka memang sangat dekat layaknya sepasang kakak beradik, Mentari sangat bersyukur, selama ini Inara masih sangat setia menemaninya, jika tidak, mungkin saat ini Mentari akan sangat merasa kesepian karena orang-orang disekitarnya selalu sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Belum lagi, Argha yang semakin posesif dan tak mengijinkannya keluar rumah tanpa alasan yang jelas.
"Inara? Kau mengagetkan ku! Sejak kapan kau berada disana?"
Inara tertawa kecil, "Wah, rupanya Kak Tari betul-betul sedang melamun."
"Tidak! Sebetulnya bukan seperti itu. Aku hanya sedang memperhatikan pelayanan baru itu. Dia masih muda tetapi seperti sudah terbiasa mengerjakan pekerjaan rumah." Mentari menjelaskan apa yang tengah ia pikirkan. Sebetulnya Mentari sangat menyukai anak perempuan dan berharap sejak dulu bisa melahirkan adik perempuan untuk Thoriq dan Aidan, tetapi karena kondisinya, Mentari di nyatakan tak bisa hamil lagi oleh Dokter.
Entah kenapa, ketika Mentari memperhatikan Cantika, meskipun penampilan gadis itu bisa dikatakan culun dan jelek, akan tetapi Mentari langsung menyukainya. Ia seperti melihat gambaran Aidan versi wanita, mungkin karena gaya penampilan mereka hampir sama.
Inara hanya mengangguk, "Oya, hari ini waktunya belanja bulanan. Apa Kak Tari ingin meminta Bu Ratih yang melakukannya atau kita sendiri yang akan berbelanja? Inara mengingtkan Mentari, "Tetapi tentu saja jika kita yang pergi, kita harus siap dengan segala kekacauan yang mungkin akan terjadi" Lanjut Inara.
"Tentu saja kita yang akan melakukannya, bukankah kita bisa sekalian pergi ke salon dan berbelanja beberapa potong pakaian?" Jawab Mentari.
Begitulah mereka, selalu antusias jika menyangkut belanja bulanan, karena setelah selesai melakukannya, mereka akan menghabiskan waktu untuk merawat diri di salon kecantikan. Untuk Ibu rumah tangga seperti Mentari dan Inara, hal itu sangat menyenangkan, mengingat rutinitas mereka selama ini hanya di lakukan di dalam rumah.
Sebetulnya Mentari bisa pergi kapan saja jika ia mau, karena waktunya di rumah juga tidak terlalu sibuk dan semua pekerjaan telah di kerjakan oleh para pelayan, hanya saja, selama ini Argha semakin posesif terhadapnya. Argha tak mengijinkan Mentari keluar rumah jika tidak bersamanya, kecuali untuk belanja bulanan. Itu pun harus bersama Inara dan beberapa pengawal.
"Aku akan memberitahu suami ku terlebih dahulu. Kau tahu sendiri kan betapa posesif nya dia sekarang?" Mentari memutar bola matanya, membayangkan sikap Argha terakhir kali ketika dirinya keluar rumah tanpa meminta izin terlebih dahulu, hampir satu jam ia di interogasi seakan telah melakukan perselingkuhan.
Inara terkekeh, " Tentu saja Kakak, karena aku akan melakukan hal yang sama, meminta izin suami ku. Bukankah suami ku ibarat duplikat dari suami mu? Dia akan sama marahnya jika aku pergi tanpa memberitahu nya.
Mentari mengangguk, "Heemh, sana telepon Fino dulu! Agar kita berdua terlepas dari semua masalah dari para suami posesif itu."
Mentari dan Inara akhirnya tertawa geli ketika sama-sama membayangkan Argha dan Fino yang sering bersikap berlebihan hanya karena rasa cemburu atas kesalahan yang tidak pernah mereka lakukan.
.
.
.
.
.
Argha bertanya kepada Fino setelah ia menerima panggilan dari Mentari, "Fin! Apa Inara menghubungi mu dan mengatakan ia akan pergi bersama istri ku?" Tanya Argha.
Fino mengangguk, "Ya, barusan Inara menghubungi ku. Mereka akan pergi berbelanja, Tuan." Jawab Fino.
Argha menganggukkan kepalanya, "Syukurlah dia tidak berbohong. Pantas saja kau seperti gelisah dan memikirkan sesuatu." Ucap Argha kemudian.
"Tidak, aku tidak gelisah. Tapi, jika Anda yang gelisah dan ingin aku menemani mereka, aku akan mengawal Nyonya agar tidak terjadi sesuatu dengan nya." Fino menawarkan diri untuk menemani Mentari dan Inara berbelanja.
"Melindungi Nyonya kepala mu? Pintar sekali kau mengambil kesempatan! Bilang saja kau juga takut jika istri mu macam-macam bukan?" Argha mendengus kesal.
"Telpon saja Luna! Minta dia yang menemani para wanita itu! Katakan pada Luna, jangan sampai mereka berbuat macam-macam!" Argha memerintahkan Fino untuk meminta Luna menemani Inara dan Mentari.
Fino tampak berpikir, "Tapi, bagaimana jika mereka mengajak Luna bekerjasama? Sepertinya lebih baik aku saja yang menemani mereka." Fino tetap kekeh menawarkan diri.
Argha mengangguk tanda setuju, "Dimana hari ini mereka berbelanja?" Tanya Argha.
"Di pusat perbelanjaan yang berada di daerah selatan, Tuan." Jawab Fino.
"Baiklah, selesaikan pekerjaan kita secepatnya! Kita akan menyusul mereka kesana!" Titah Argha.
Fino mengerutkan keningnya, "Kita?"
"Ya, kita. Apa perlu aku menjelaskan kita itu berarti kau dan aku?"
"Dasar munafik! Dia mengatai ku tetapi dia sendiri yang seperti itu." Fino mengumpat dalam hati nya.
***
"Lihatlah Istri ku! Bukankah dia masih terlihat seperti gadis dan tak tampak sudah memiliki anak-anak yang sudah dewasa?" Ujar Argha.
"Coba Tuan perhatikan Inara! Mungkin jika Inara dan Luna pergi bersama, semua orang tidak akan percaya jika mereka Ibu dan Anak karena mereka tampak seperti Kakak beradik." Fino menimpali.
Argha dan Fino sedang terhanyut oleh pikiran mereka masing-masing ketika setibanya mereka di salon tempat Mentari dan Inara berada.
Balasan dari Fino membuat Argha tersadar dirinya telah bertindak bodoh di tempat umum. "Hei, apa yang kau katakan?" Tanya Argha.
Fino ikut tersadar dan berusaha menyembunyikan perasaannya, "Tidak ada!" Jawab Fino singkat.
Inara yang pertama kali menyadari mereka sedang di perhatikan oleh dua laki-laki yang sudah tidak asing lagi memberi tahu Mentari, "Kakak, seperti biasa, lihatlah! Mereka benar-benar datang." Inara menunjuk kearah pintu dengan ekor mata nya.
Mentari menoleh dan melihat Argha dan Fino tengah berjalan kearah mereka.
"Ya Tuhan! Sampai kapan kita akan selalu di awasi, Inara?"
Inara mengangkat kedua bahunya, "Entahlah! Mungkin sampai kita punya cucu dan kulit kita sudah sepenuhnya mengkerut." Jawab Inara.
Bukan pertama kalinya Argha dan Fino datang menemui istri-istrinya yang tengah di salon. Mereka berdalih ingin ikut perawatan, karena memang salon yang biasa mereka datangi adalah salon untuk pria dan wanita.
***
Wkwkwk,,,mungkin diantara kalian yang baca cerita di atas ada yang geli atau jijik dengan ke-bucinan Argha dan Fino.
Mana ada yang seperti itu di dunia nyata Thor? kalau pengantin baru sih mending. Kalian pasti mau bilang gitu kan? Hayooo ngaku aja!
Ya gak apa-apa lah ya, namanya juga novel dan ini hanya sebatas kehaluan Author saja.hihi...
Sebelum scroll ke bawah, ayo tekan tanda jempol nya dan tinggalkan jejak di kolom komentar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Yudi
So swet ya 👍👍
2021-03-25
0
wiendy vitria
gpp Thor, novel mah dunia halu, apa kata Author aja, apa susahnya saya tinggal baca doang menghargai karya tulis Author 🙏
2021-01-05
1
Rahasya
hehehee... muji istri masing-masing...
2021-01-03
0