Aku mengikuti Aksa berjalan masuk ke dalam rumah dan saat aku melihat isi rumah itu mulutku tidak tahan untuk bergumam kagum, "Woaaaah.. mewah banget."
Warna putih, hitam dan emas mendominasi seluruh sudut rumah bernuansa klasik minimalis ini. Seluruh lantainya menggunakan marmer dengan guratan emas yang terlihat acak dan alami. Sejauh mata memandang semua barang di tempat ini tampak sangat mewah dan elegan. Semuanya tampak bersih mengkilap dan tidak ada satupun area yang berantakan.
Aku terlalu sibuk mengamati ruangan ini, sampai tidak sadar kalau Aksa sudah berhenti berjalan dan menghadap ke arahku.
"Aduh!" ucapku spontan saat tiba-tiba aku menabrak tubuh Aksa. "Eh, ma.. maaf. Maaf," aku pun auto gugup dan malu, tetapi ekspresi Aksa sama sekali tidak berubah. Tetap dingin dan tenang seperti langit malam tak berbintang... tsaaah~
"Mulai hari ini kamu akan tinggal di sini. Kalau butuh apa-apa langsung sampaikan ke asisten pribadimu. Soal aturan di rumah ini juga dia yang akan menjelaskan padamu. Seharusnya tidak ada pertanyaan, kalau begitu aku pergi dulu," terang Aksa singkat, jelas dan padat. Sepertinya baru kali ini aku mendengar dia bicara lebih dari dua kalimat.
"Kamu mau pergi ke mana?" tanyaku spontan saat Aksa berjalan kembali ke arah pintu keluar.
"Bekerja," jawabnya singkat sambil menatapku tajam.
"Oh, se.. selamat bekerja kalau begitu. Hati-hati di jalan," ucapku gugup sambil menunduk memberi hormat seperti para pelayan lain, tetapi tiba-tiba Aksa mendorong keningku sampai kepalaku mendongak menghadap wajahnya.
"Jangan pernah memberi hormat seperti itu padaku. Kamu calon istriku, bukan pelayanku," ucap Aksa dingin dan tajam. Ia sempat diam sesaat dan terus menatapku tajam, sebelum akhirnya ia benar-benar pergi.
Sesaat aku sempat merasa sepertinya Aksa membenciku. Tatapannya barusan, jelas bukan sekadar tatapan dingin. Apa aku sudah membuatnya risih?
"Nona, mari saya antar berkeliling rumah," ucap Genus sopan dengan senyum formal seperti petugas resepsionis hotel.
Hari itu aku diantar Genus melihat seluruh area rumah ini dan mengenali setiap fasilitas yang ada. Aku benar-benar tercengang dan tidak bisa berhenti terkagum-kagum dengan semua yang aku lihat karena semuanya sangat mevvaahh!!
Tidak ada satupun tempat yang tampak kotor apalagi berantakan. Semua tertata rapi seperti tidak pernah disentuh sama sekali.
Sampai sebelum ini, rumah terbagus yang pernah kulihat adalah rumah Rianti. Rumah itu berada di sebuah perumahan cluster elit dan bergaya minimalis modern. Dulu aku berpikir pasti akan sangat menyenangkan kalau bisa tinggal di rumah sebagus itu, tetapi nyatanya sekarang aku malah tinggal di rumah ini. Rumah yang bahkan jauuuuuhh lebih bagus dan lebih besar daripada hotel bintang dua yang pernah aku datangi.
Saat mendekati jam makan siang, Genus mengantarku ke meja makan dan seorang pelayan wanita berdiri di satu sisi meja dengan troli makanan di sampingnya.
"Silahkan duduk, Nona," ucap Genus sopan sambil menarik kursi untukku. Setelah itu ia duduk di kursi lain dan dengan isyarat tangan meminta pelayan wanita itu untuk mulai menyajikan makanan.
Makanan pertama yang dihidangkan adalah semangkuk sup sayur dengan bola-bola daging ayam. Sebenarnya aku sempat bingung karena pelayan itu tidak menghidangkan nasi bersama sup, tapi aku memilih untuk diam dan hanya berkomentar dalam hati. Aku mana kenyang kalau hanya makan semangkuk kecil seperti ini, batinku menggerutu.
Meskipun porsinya tidak membuatku puas, tetapi perutku tetap langsung bereaksi saat melihat makanan itu. Seharian ini aku benar-benar lelah berkeliling rumah. Entah sudah berapa jam kami berkeliling dan Genus bilang nanti kami masih harus lanjut melihat ke area luar ruangan.
Aku sudah akan mengangkat sendok, saat Genus tiba-tiba menahan tanganku sambil berkata, "Tunggu dulu, Nona. Anda harus melihat cara saya makan. Ini adalah aturan dan tata cara dasar di rumah ini, jadi anda harus bisa menguasainya."
"O..ooh. Oke," balasku canggung. Aku pun menuruti Genus dan mencoba berkonsentrasi mendengarkan semua arahannya. Tidak boleh ada suara saat mengunyah, tidak boleh berbicara sambil mengunyah, sendok dan alat makan tidak boleh menimbulkan suara, tidak boleh makan mendahului orang yang duduk di kursi utama, tidak boleh... tidak boleeeh.. dan tidaaak boleh lainnya... huft!
Setelah sop habis, pelayan wanita tadi kembali lagi dengan sepiring ayam panggang, kentang tumbuk, sayur tumis, dan saus berwarna kecoklatan yang ditaruh di suatu tempat mirip lampu Aladdin. Kali ini pun aku harus mendengarkan banyak arahan dari Genus dan mengikuti cara Genus makan.
Rasanya sangat aneh harus makan menggunakan pisau dan garpu, tetapi aku tidak punya pilihan lain selain mematuhi dan mengingat-ingat semua arahan Genus. Sesaat pikiranku terasa kosong dan aku jadi teringat momen makan malam bersama ayah-bunda. Kami bertiga biasanya makan di meja lipat depan televisi. Ayah suka makan sambil menonton acara berita dan kami sering spontan bersahutan mengomentari isi berita.
Lauk dan makanan yang kami makan memang tidak semewah di rumah ini. Sering kali kami hanya makan nasi dan sayur tumis tanpa lauk apapun, tapi aku bisa bebas mengambil nasi, menambah lauk, dan makan sepuasnya sampai kenyang. Aku sama sekali tidak menyangka kalau hal seperti itu bisa terasa istimewa saat ini.
Tanpa sadar aku jadi menghela nafas panjang dan Genus langsung menghentikan penjelasannya.
"Apa anda mau istirahat dulu, Nona?"
"Hah? Oh tidak, tidak apa-apa. Lanjutkan saja Genus," jawabku sungkan. Meski lelah, aku harus tetap bertahan dan berusaha sebisaku. Sekarang tempat ini adalah rumahku dan aku juga sudah tidak punya keluarga lagi.
Eh?! O iya, kenapa aku tidak pernah dengar soal keluarga Dharmawangsa, ya? Apa masih ada anggota keluargaku yang hidup dan bisa aku temui? Hmm.. nanti coba aku tanya Aksa deh, batinku senang.
Setelah selesai menghabiskan makanan penutup, Genus menjelaskan banyak aturan lain yang harus aku lakukan setiap hari. Seperti bangun jam 5 dan berdandan rapi sebelum waktu sarapan yaitu jam 6.45 pagi, minum teh dan menikmati cemilan di sore hari, dan makan malam pada pukul 6.45 petang. Selain itu aku juga masih harus mengikuti banyak kelas keterampilan khusus sebelum acara pernikahan kami diselenggarakan.
"Genus, seharusnya aku masih kuliah. Kalau jadwalnya sepadat itu, kira-kira kapan aku bisa mulai kuliah lagi?" tanyaku di sela-sela penjelasan Genus tentang semua jadwalku.
"Anda akan mulai kuliah semester depan. Sekretaris tuan muda sudah mengatur perizinan anda," terang Genus singkat.
"Hah?! Semester depan?! Berarti aku harus ngulang mata kuliah dan mundur dong lulusnya?!" tanyaku terkejut.
"Tuan muda bisa mengatur kalau Nona mau kuliah dari rumah, sehingga anda bisa mengejar ketinggalan satu semester ini dengan lebih cepat," balas Genus tenang.
"Hah?! Kuliah di rumah? Ngg.. gak usah deh. Makasih," aku mendadak gugup membayangkan harus menghabiskan waktu terus-terusan di rumah ini tanpa bisa keluar rumah dan bertemu teman-temanku.
"Apakah Nona ada pertanyaan lain?"
"Tidak, tidak ada," jawabku gugup.
"Baiklah, kalau begitu mari kita lanjutkan jalan-jalannya," ajak Genus sopan.
Aku pun mengikuti Genus berkeliling di area luar rumah utama. Ada beberapa paviliun untuk tamu dan beberapa paviliun lain dengan fungsi berbeda-beda. Setelah seharian aku menghabiskan waktu dengan Genus, aku baru menyadari kalau wanita ini tidak banyak minum dan tidak mudah haus walaupun terus-menerus berbicara tanpa henti.
Sejujurnya aku mulai bosan dan sudah tidak bisa berkonsentrasi mendengar penjelasan Genus. Semakin aku dengar, semakin banyak kenangan yang muncul hingga tanpa sadar aku pun jadi terus-terusan membandingkan kehidupan lamaku dengan segala hal yang ada di rumah ini.
Hari-hariku pun mulai dipenuhi dengan pelajaran soal tata krama, kedisiplinan, dan berbagai aturan dalam keluarga ini. Aku juga harus mengikuti kelas fine dining, kelas modelling, dan berbagai kelas lainnya.
Hiks... capeee~ Ini mau jadi istri orang apa mau jadi Miss Universe sih? huhuhuuu...
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
BrePandia
kk suka gaya bahasanya...
lanjut say
2021-01-25
1
Zaitun
ribet jadi orang kaya
2021-01-22
1
Sayyidah Tatik
aku suka bahasa dan gaya penulisannnya
2021-01-22
2