"Ah sial!" Naraya meringis. Menatap pintu kelas yang tertutup. Terdengar suara Dosen yang memperkenalkan diri.
"Gara-gara Selena nih! Duh gimana dong." Naraya bingung, digigitinya kuku lentik jari telunjuk kanannya. Ragu apakah harus masuk atau tidak.
Otaknya berpikir keras apa yang harus dilakukan. Kalau masuk pasti si dosen akan mengadu ke orang tua Naraya perihal keterlambatannya. Karena dosen kali ini adalah om Herman, teman Papi Naraya. Tapi kalau tidak masuk pasti om Herman juga akan tetap mengadu.
"Ahh." Naraya menghela napas pasrah.
Akhirnya diketoklah pintu itu dan dibuka secara perlahan.
"Maaf Pak saya telat." Naraya memasang wajah memelas. Bukan untuk keterlambatannya, tapi lebih kearah tolong jangan kasih tau Mami dan Papi.
"Ya silahlan masuk. Masih mending telat daripada tidak datang." Ucap Herman cuek.
Bruug!!
"Aw!" Naraya dan Selena meringis. Menahan sakit dibahu masing-masing. Selana berlari dan menabrak Naraya yang berdiri didepan pintu.
"Kamu telat juga?" Herman memutuskan kontak mata Naraya dan Selena, serta perhatian mahasiswa yang lain.
"Sudah telat buat rusuh. Cepat duduk! Jangan menganggu yang lain." Herman tegas.
Tanpa basa-basi Naraya dan Selena mengambil posisi duduk di pojok paling belakang. Tanpa suara mereka mengikuti perkuliahan selama 2 jam.
***
"Gila lo Ray, dari kemarin lo gak ada cerita masalah jodoh-jodohan itu, lo anggep gue apa?" Selena.
Setelah kuliah selesai Naraya dan Selena masih betah duduk dikelas. Toh jam 12 siang nanti akan ada perkuliahan yang ke 2. Dan mereka belum lapar, jadi tidak ada acara ke kantin. Dan sekaranglah, Selena mencerca Naraya dengan berbagai pertanyaan.
"Gue gak mau ada perjodohan ini Len, dan gue juga masih yakin kalau perjodohan ini nggak akan pernah terjadi. Makanya gue belum cerita ke elo." Naraya membela diri.
"Gak peduli gue, yang jelas lo udah nggak anggep gue sahabat lagi, ya kan?" Selena menekan ucapan terakhirnya.
Naraya dengan cepat menggelengkan kepalanya.
"Len, kok ngomongnya gitu sih, gue minta maaf, gue salah." Naraya memegang tangan Selena, memohon agar sahabatnya itu dapat memaafkannya.
"Ini masalah serius, masalah masa depan lo, perjodohan Ray, perjodohan." Selena menekan kata terakhirnya lagi.
"Dan lo gak mau gue tau itu, sumpah gue sakit hati banget." Selena serius.
"Baru kali ini gue ngerasain sakit hati, gue sahabat lo bukan sih Ray?" Selena melemah.
"Stop Len! maafin gue please." Dengan sendirinya air mata Naraya mengalir.
Melihat air mata ketulusan yang menetes dipipi Naraya, Selena pun luluh. Dia tidak ingin kesedihan ini berlarut-larut. Sekarang yang butuh dihibur adalah sahabatnya, bukan dirinya.
"Nah gitu! sadar kan lo salah? sekarang ceritain ke gue semuanya, awas lo masih bohong-bohong!" Selena.
Naraya tersenyum, ia langsung menghapus air matanya.
"Iya iya." Akhirnya dia mulai bercerita.
POV NARAYA
Yes! hari ini gue seneng banget. Akhirnya dengan nilai kelulusan SMA gue yang kecil banget itu gak ngaruh sama sekali. Toh lewat jalur SNMPTN gue masih lolos juga di kampus favorit di kota A ini.
"Ya ampun gue seneng banget Len!" Gue cubit gemas pipi Selena yang lagi makan ayam goreng tepung didepan gue.
"Ih apaan sih." Ketus banget si Selena, kayak biasanya.
"Gue seneng banget Len, kemarin pas kelulusan Mami sama Papi boro-boro kasih selamat, yang ada gue diceramahin 7 hari 7 malem, dikata-katain universitas mana yang mau nerima orang model gue begini." Gue cemberut.
“Seharusnya kamu seperti Nadira, kampus-kampus terkenal semua antri menunggu Nadira." Logat ngomong Papi nih.
“Hih! Kezel kan gue, nyebelin banget sumpah si Nadira." Semangat dong gue ceritain unek-unek.
"Sama, gue juga eneg liat gayanya Nadira. Bukanya prihatin liat nilai lo, malah dia kesombongan. Gegayaan pamer kalo kampus ABC, kampus DEF, sama apa itu satu lagi?" Selena mikir, tau ah mikir apa.
“Kampus GHI!” Jawab gue ketus.
“Iya kampus itu, gayanya pamer kalo dia dapet surat rekomendasi buat kuliah disana tanpa tes. Mentang-mentang juara umum sekabupaten sombong bener!. Sayangnya Mami sama Papi lo gak tau aja sifat aslinya Nadira." Sinis Selena.
Gue angguk-angguk kepala, bener 100% nih omongan Selena, Nadira itu bermuka dua.
"Gue harus cepet pulang Len, mau gue pamerin nih hasil pengumuman, biar tau Mami sama Papi kalau gue juga bisa keterima di kampusnya Nadira." Tanpa menunggu jawaban Selena, gue langsung aja pulang. Gue tunggu taksi dipinggir jalan, liat ke sisi kanan terus.
"Mana sih taksinya, giliran ditungguin gak ada yang nongol satu pun." Sebel gue, pegel juga kan 10 menit berdiri dsni.
"Ray"
Kok kayak ada yang manggil ya, Gue celingak celinguk.
"Raya!"
Oh diseberang jalan ada Harris (Harris sanjaya, anaknya Yuda Sanjaya sahabat Papi Naraya). Ngapain dia lambai-lambai tangan? nyuruh gue kesitu? Ogah banget.
"Raya! Sini! kamu mau pulang kan? Biar aku anterin." Harris teriak.
"Gak usah lo duluan aja." Males dong gue naik motor begitu, gue kan pake rok bego. Rok pendek lagi, Hih! Mana motor bagian penumpangnya nungging gitu, apa kabar celana dalam gue kalo sampe naik motor itu? Iew. Bergidik ngeri.
Nah nah, ngapain Harris turun, eh dia kesini lagi. Tanpa basa-basi, Harris gandeng tangan gue, kita nyebrang jalan sambil lari kecil, berhenti ditempat Harris parkir motor tadi.
"Buruan naik." Harris merintah gue sambil ngiketin jaket kulitnya dipinggang gue. Okelah kalo gini gue bisa naik motor.
"Ini helmnya! Cepetan, ini bukan tempat parkir." Harris ini cerewet banget, tapi tetap gue turutin.
Setelah adegan drama korea tadi akhirnya kita pulang, disepanjang perjalanan pulang kita sama sekali nggak ada obrolan.
Gue udah lama kenal Harris, bahkan lebih lama gue kanal Harris daripada kenal Selena. Tepatnya waktu gue kelas 4 SD dan Harris kelas 6 SD pertemuan pertama kita. Harris ini anaknya om Yuda, sahabatnya papi. Harris anak tunggal dan ibu nya sudah meninggal semejak Harris kecil. Gue, Harris dan Nadira bisa dibilang tumbuh bersama, tapi semakin kita dewasa, semakin jauh pula kita bertiga.
Waktu SMP gue ngerasa Nadira suka sama Harris, dan dia gak suka lihat gue deket-deket Harris. Gue yang males ribet akhirnya gue ngejauh dan main sama temen-temen yang lain. Nadira itu kakak gue, beda kita cuma 1 tahun, tapi Mami sama Papi, nyekolahin kita di jenjang yang sama. Harris ini tipe gue sih, selain ganteng dia baik juga pinter hihihi. Tapi itu sebelum gue tau kalau Nadira suka sama Harris.
Awal sekolah SMA, Nadira terang-terangan bilang kalo dia suka sama Harris dan bakal buat Harris jadi pacarnya. Setelah itu gue pindah haluan dong, pindah suka ke Cakra. Cinta monyet yang kebawa-bawa sampai sekarang. Ih jadi senyum-senyum sendiri bayanginya.
"Ngapain kamu senyum-senyum?" Gue liat kaca spion, ternyata Harris liatin gue. Otomatis cemberut bibir ini. Gak ada niat sedikitpun buat jawab pertanyaan Harris.
Akhirnya setelah perjalanan panjang kita sampai didepan rumah gue.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
re
Hehe naik sepeda motornya ribet pake rok pendek
2021-04-28
0
Sis Fauzi
inspiratif bikin aku halu tingkat tinggi 😊 kereen Thor ❤️
2021-04-04
0
Wiselovehope🌻 IG@wiselovehope
👍👍👍👍👍
Mampir teman2 di karyaku "The Prince & I" dari teen sampai 18 plus ada 😍😍😍 Dijamin ketagihan 🔥🔥🔥 Follow for follow, terima kasih.
2021-02-12
1