Mentari pagi menjemput dengan cara masuk melalui celah-celah jendela. Membuat silaunya membangunkan Naura. Bunyi jangkrik dan katak sudah berubah menjadi nyanyian burung-burung yang sedang hinggap diatas dahan-dahan pohon. Burung-burung itu juga menyambut pagi yang cerah ini.
"Hooaamm" Naura masih menguap, rasa kantuknya belum sepenuhnya lenyap, karena semalam dia sangat sulit tertidur.
"Jam berapa ini?" Tanya Naura pada dirinya sendiri. Sambil melihat kearah jam dindingnya yang terletak tepat didepannya.
Baru jam 6 pagi, tetapi matahari terasa sangat terik, panasnya menusuk.
"Aku harus segera mandi dan bersiap!" Batin Naura.
Tok! Tok! Tok!
Suara pintu kamar Naura diketuk oleh mamanya.
"Dekkkk!" Panggil mamanya diluar pintu kamarnya.
Adek atau dek adalah panggilan sayang mama ayu untuk Naura sejak Naura kecil, hanya mamanya saja yang memanggilnya adek atau pun dek, almarhum papa Naura saja tidak memanggilnya adek, tetapi dengan nama Naura.
"Iya ma, Naura sudah bangun dan mau mandi kog!" Teriak Naura dari dalam kamar.
Kebiasaan dikeluarga Naura mereka memang selalu bangun pagi untuk melaksanakan semua aktifitas.
Selesai mandi Naura bersiap untuk sarapan karena pasti sarapannya saat ini sudah tersedia oleh mamanya, yang memang sangat rajin sekali untuk bangun pagi, bukan rajin saja, tetapi itu memang sudah kebiasaan mama Ayu untuk bangun pagi seperti pukul 5 pagi.
"Ma" sapa Naura, melihat mamanya sedang meletakan semangkok sayur soup yang hanya berisi kentang, wortel dan 2 potong ceker ayam untuk menjadi kaldu kuahnya.
Dimeja makan Naura terletak 2 telur ceplok biasa dikatakan telur mata sapi, entah dari manalah telur yang menampakkan kuning ditengahnya, diselimuti putihnya diluar dinamakan begitu. Hanya itu saja lauk-pauk Naura bersama mamanya. Tetapi bagi Naura ini sangatlah nikmat, apalagi mamanya membuatkan sambal tumis.
"Ayo makan, jangan sampai perutmu keroncongan didepan keluarga Raymond, bisa malu kamu" ucap mama Ayu bercanda dengan Naura.
Biasanya juga Naura pergi kerja pagi tidak sarapan, hanya membawa bekal ke kantornya.
"Agh, mama ada-ada saja, ya tidak begitu lah ma!" Ucap Naura kemudian menyendok nasinya untuk diletakkan di piring dia.
"Jaga-jaga sayang" ucap mamanya.
"Mama mau sayur soupnya enggak ma?" Tanya Naura.
"Mau" kemudian Naura bangun dari kursinya dan mengambilkan soup untuk mamanya.
"Terima kasih dek"
"Sudah tugas Naura ma!" Ucap Naura sambil tersenyum kearah mamanya.
Kemudian mereka pun memulai untuk melanjutkan makan, dimeja makan jika sudah mulai makan, mereka tidak akan berbicara sampai isi piring mereka habis.
Setelah selesai makan, maka Naura akan membawa piring-piringnya dan mencucinya diwastafel berukuran kecil, terkadang sangat risih buat Naura jika piring yang mereka pakai sudah banyak, karena wastafel yang kecil sangat tidak leluasa bergerak.
"Dek" panggil Mama Ayu.
"Iya ma!" Teriak Naura yang sedang didapur mencuci piringnya.
"Tu Raymond sudah datang, kamu siap-siap gih, biar mama yang teruskan!"
"Iya ma!" Jawab Naura sambil berjalan keruang tamu melihat kehadiran Raymond.
"Wait" ucap Naura sambil mengedipkan mata sebelah kanannya.
"Centil" ucap sang mama.
"Anak mama juga" celetus Naura.
Naura pun berlari kecil ke kamarnya, untuk menganti pakaiannya dengan dress berwarna biru tua, dress selutut. Juga berdandan sedikit memberikan bedak diwajah putih halusnya, agar tidak terlihat kumal atau pun pucat. Dia juga memberi sedikit lipstik dibibirnya, memoleskan sedikit pensil alis di alisnya agar terlihat lebih rapi dan memberi maskara dibulu matanya, agar terlihat lentik. Memperhatikan mukanya dicermin apakah ini sudah pas baginya atau belum.
"Harus siap" batin Naura menyemangati dirinya sendiri.
Dia pun segera berjalan keluar dengan santainya, memakai sepatu wedges dengan tinggi sekitar 5 cm, sedikit membuat Raymond terpesona karena kecantikkan naturalnya dan juga sangat jarang sekali Naura berdandan, hanya untuk hari atau acara khusus.
"Siap?" Tanya Raymond
"Siap bos" ucap Naura.
"Ma, aku pergi dulu ya!" Pamit Naura kepada mamanya.
"Iya, ingat pesan mama" mama Ayu mengingatkan lagi.
"Pasti ma!"
"Tante saya dan Naura pergi dulu ya"
"Iya nak Ray" jawab mama Naura.
Sedari tadi sambil menunggu Naura keluar dari kamar, Raymond dan mama Ayu berbicara, Raymond orangnya terbuka kepada mama Ayu.
*****
Dihalaman depan rumah Naura motor matic milik Raymond terparkir sempurna, motor matic berwarna biru bercampur putih terlihat cantik.
Raymond sudah memakai helmnya dan sedang menunggu Naura memakai helmnya.
Naura duduk menyamping dengan tangan kanan menyelip kesamping kanan Raymond seperti setengah memeluk.
Ramond melajukan motornya dengan kecepatan 50-60/km, kecepatan sedang.
Didalam perjalanan jantung Naura bergerak sangat kecang, dia merasa sangat deg-degan, dia takut jika dia tidak bisa diterima dikeluarga Raymond.
Butuh waktu 1 jam menempuh perjalanan untuk kerumah keluarga Raymond. Didalam perjalanan Naura hanya dapat terdiam, membayang-bayangkan apa yang akan terjadi nanti.
Tiba-tiba saja motor matic yang dikendarain Raymond berhenti disebuah rumah terdiri dari 2 lantai berwarna putih terdapat taman kecil dihalaman depan rumahnya, kebetulan pagar terbuka jadi motor Raymond langsung menuju teras rumah.
"Ayo turun" ucap Raymond ketika suara bunyi motor telah berhenti.
"Ah, iya" jawab Naura sudah mulai gugup melihat rumah dia saja sudah jauh beda dengan rumah Raymond, bagai langit bumi itu perumpamannya.
"Jangan takut" ucap Raymond kemudian membuka pintu rumahnya, langsung berjalan masuk kedalam dengan diikuti Naura dari belakang tubuh Raymond.
"Ma, kak" Sapa Raymond yang melihat kedua orang yang dia sayangin tengah menonton tv.
Mama dan kakak Raymond pun melihat kearah Raymond dan Naura.
"Ma, kak! Ini perkenalkan Naura, dia kekasih ku" ucap Raymond tanpa ragu.
"Naura ini perkenalkan mama dan kakak ku!" Raymond memperkenalkan mama dan kakaknya ke Naura.
"Tante, kak! Saya Naura" sapa Naura, terdengar suara yang bergetar, dia sangat gugup untuk pertama kalinya dalam hidup seperti ini. Naura menyalim tangan mamanya Raymond dan kakak Raymond.
"Nama mama itu Vina dan nama kakak ku itu Rini" ucap Raymond memberitahu Naura.
Kakaknya Raymond pun hanya tersenyum.
"Silakan duduk" ucap mamanya Raymond dengan expresi datar, sang kakak hanya diam saja.
Tentu hal itu menambah kegugupan dari Naura karena melihat expresi yang bukan diharapnya.
"Sudah berapa lama kalian berpacaran?" Tanya mamanya Raymond.
"Sudah 2 tahun lebih ma!"
"Sudah 2 tahun lebih tante" ucap Naura dan Raymond hampir bersamaan.
"Kamu 1 kuliahkah dengan Ray? Kerja dimana?" Tanya mama Vina ingin tau lebih jelas soal Naura.
"Tidak tan, saya hanya lulusan sekolah menengah kejuruan saja!" Ucap Naura sambil tertunduk, menatap lantai dibawah.
"Saya hanya bekerja di tempat jasa pengiriman barang tan, sebagai adminitrasinya saja!"
"Oh" mama Vina berdecak.
"Ma, aku bawa Naura kesini memperkenalkan calon menantu mama!" Ucap Raymond dengan santai.
"Apa?!" Mama Vina dan kak Rini terkejut bersamaan.
"Apa ini tidak terlalu cepat Ray?" Tanya kak Rini.
"Enggak kak, ini sudah keputusan ku, kakak taukan kalau aku sudah ambil keputusan bagaimana dan ini niat baik ku!" Ucap Raymond dengan tegas menatap mata kakaknya.
"Mama setujukan!" Tanya Raymond.
Mama Vina terdiam sesaat mencerna apa yang dikatakan oleh anak bungsunya ini.
"Kamu sudah pikirkan Ray?" Tanya mamanya meminta kepastian Raymond.
"Kamu umur berapa?" Tanya mama Vina kepada Naura yang sedang terdiam.
"Saya baru 20 tahun tante!" Ucap Naura menatap sendu ke arah mama Vina.
"Baru 20 tahun sudah mau menikah! Lihat itu Rini saja berumur 26 tahun belum menikah, bahkan cowok saja tidak ada!" Entah itu mama Vani ucapkan bermaksud menyindir Naura atau anak perempuannya Rini.
"Mama" seru Rini, yang merasa mamanya menyindir dia.
"Tidak salahnya kami menikah muda ma! Aku tentu akan bertanggung jawab sebagai suaminya!" Ucap Raymond.
"Jadi mama setuju?" Tanya Raymond lagi.
"Mama tidak setuju, mama maunya kamu mendapatkan yang lebih pantas untuk mu!" Ucap mama Vina yang tidak perduli dengan perasaan Naura. Mama Vina sebenarnya sangat keberatan dengan kehadiran Naura dikeluarga mereka.
Deg! Serasa berhenti saat itu juga ketika mama Vina memgucapkan penolakkannya, padahal Naura mengira mama Vina akan segera menyetujuinya karena sudah tanya ini dan itu.
"Aku tidak perduli mama setuju apa tidak, aku akan tetap menikahi Naura, mau dengan persetujuan mama ataupun tidak!" Cetus Raymond.
"Raymond" tegur kak Rini. Raymond menatap mata kak Rini tanpa merasa takut.
"Maaf ma, kak" ucap Raymond tanpa rasa bersalah, sedangkan Naura sudah sangat menunduk kebawah kepalanya.
"Mama dan kakak tau jika aku orangnya tidak akan putus asa, mendapatkan apa yang aku inginkan, bahkan untuk melawan keluarga ini!" Ucap Raymond dengan tegas.
"Selama ini aku sudah menurut semua apa yang kalian inginkan jika memang itu baik untuk ku, saat inilah pertama kali untuk ku, kalian menurut apa yang aku inginkan!" Ucap Raymond.
"Terserah kamu!" Ucap mama Vina yang akhirnya memilih untuk tidak mau tau, jika Raymond sudah berkeinginan semuanya tidak akan mudah ditentang.
"Terserah juga lah, aku enggak mau terlibat!" Ucap kak Rini seakan angkat tangan.
"Semua sudah ku atur ma, dari bridal, undangan dan hari pernikahan!" Ucap Raymond.
"Hmm" hembus nafas mama Vina.
"Baguslah, mama tidak mau repot mengurus pernikahan kalian yang tidak ada manfaatnya buat mama!" Ucap mama Vina mulai ketus.
"Ma" ucap Raymond.
"Iya, iya, mama tau" jawab mama Vina yang tau jika Raymond tidak ingin mamanya bersikap begitu, mamanya memang sangat tidak mau kehilangan Raymond karena Raymond itu pewaris perusahan papanya, walau perusahaan yang tidak besar.
"Terima kasih ma!" Ucap Raymond yang bahagia, dia mengenggam tangan dingin milik Naura, nyawa Naura seakan tidak berada dalam tubuhnya.
"Terima kasih tante, sudah mengizinkan saya masuk dalam keluarga anda!" Ucap Naura dengan sangat sopan, dengan lembut hingga suaranya nyaris tidak terdengar karena dia sendiri sungguh gugup.
"Asal kamu sadar akan dirimu!" Ucap mama Vina.
"Baik tante" Naura merasa dunia dia hampir runtuh kalimat yang diucapkan mama Vina sungguh berat jika di artikan.
Naura seperti sudah jatuh tertimpa tangga pula.
Tetapi Naura selalu bersikap sopan kepada mama Vina, bahkan menatapnya secara langsung saja, Naura sungguh tidak berani.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Putri Minwa
hai thor putri Minwa mampir ya
2022-11-08
0
Alanna Th
thor, aq baca ulang dari awal stlh tahu novelmu sdh tamat. tempo hari trakhir baca tgl 28 des'20 smp eps 71. thank's ya, thor
2021-07-10
0
Liie Kifan
perbedaan kasta selalu jadi pemisah
2021-04-05
0