Satu minggu sudah berlalu, atas permintaan Suci yang melarang Fery untuk melamar dan mempublikasikan hubungan mereka, kini semua kembali berjalan dengan normal, hanya saja saat ini ibu Suci menolak ajakan anaknya untuk ikut ke kota, Suci juga lebih banyak berdiam diri, sudah satu minggu ia tidak menjalankan tugasnya sebagai sekretaris Fery.
"Suci mau makan apa?" Hani datang dengan tiba-tiba dan membuyarkan lamunan Suci.
"Apa aja." Suci menyingkap tirai tipis yang menutup jendela butik Anggun, iya Suci memilih menghabiskan waktunya di Butik.
Hani menarik napas, ia merasa iba dengan perubahan Suci yang biasanya terlihat ceria, kini terlihat enggan membuka suara, Hani mengambil dompet kecil dari laci dan meraih jaket yang tergantung di tempatnya, tanpa bicara lagi ia menuju pintu.
"Mbak tunggu !" Suci berteriak memanggil Hani "ada apa?" tanya Hani.
"Aku aja yang keluar Mbak, sekalian cari udara segar," jawaban Suci membuat Hani tampak berfikir, "yasudah jangan lama-lama ya." Hani menyerahkan kunci motor matic kepada Suci.
Suci menutup sebagian wajahnya menggunakan masker, tidak lupa ia menggulung rambutnya dan menutup kepalanya menggunakan helm dengan warna yang sama dengan kaos yang dikenakkannya, ia menuju motor matic yang ada di halaman butik dan menjalankannya dengan kecepatan yang rendah.
Brak.....
"Akkhhhhh"
Tepat di ujung persimpangan Suci menabrak mobil yang tiba-tiba berhenti, ia terjatuh dari atas motor dengan kaki yang terjepit bagian standar motor.
"Kamu baik-baik saja," tanya seorang laki-laki yang baru saja keluar dari mobil, ia membenarkan motor Suci dan membawanya ke tepi jalan.
"Iya ... terima kasih sudah membantu," ucap Suci sembari mencoba berdiri dengan kaki yang terasa nyeri.
"Maaf, ada kerusakan dibagian mobil saya, sehingga menyebabkan kejadian ini," ucapnya saat sudah berdiri di depan Suci.
Suci membuka masker yang tadi menutupi sebagian wajahnya, seketika sudut bibir laki-laki ini terlihat membentuk senyuman, sedangkan Suci merasa seperti mengenali wajah laki-laki yang baru saja membuka topinya.
"Suci ! ternyata takdir berpihak kepadaku!" serunya dengan angkuh, jelas saja ia memang tumbuh besar dengan jiwa yang dipenuhi dengan keangkuhan dan keras kepala, setiap hari tugasnya memantau para pekerja bangunan mengaduk semen seperti itu juga hatinya ibarat semen yang mengeras.
"Siapa?" tanya Suci penasaran, ia terlihat ragu menerima uluran tangan laki-laki yang tinggi badannya setara dengan Fery.
"Seperti yang aku duga, kamu pasti lupa dengan saya. Kita pertama kali bertemu di Bar Hotel di kota B."
"Anda ... apa Anda Pak Nino?" tannya Suci saat ia sudah mengingat Nino.
"Nino! panggil saja namaku," ucap Nino saat Suci sudah menerima jabatan tangannya.
"Saya rasa itu tidak sopan, biarkan saya memanggil Bapak seperti seharusnya," Suci menarik tangannya.
"Sayaa minta maaf, atas kejadian beberapa waktu lalu, saya tidak tahu kalau kejadiannya seperti itu, saya tidak menyangka Pak Fery bisa semarah itu!" Nino bicara dengan terus menatap manik mata Suci.
"Saya rasa kita tidak perlu membahas itu lagi Pak," ucap Suci.
"Maaf saya belum bisa melupakan kejadian itu, bahkan saya akan terus mengungkitnya," ucap Nino sengaja memegang rahangnya.
"Kenapa?" tanya Suci.
"Bisa kita cari tempat lain?" Nino menuju mobilnya yang sudah hampir diderek, lalu ia mengambil beberapa senjata andalan untuk membalas perbuatan Fery, sudah berapa hari ini ia menahan semua berkas, bahkan Fery juga belum mencium gelagatnya.
Kini keduanya sudah duduk di salah satu cafe yang letaknya di pinggir jalan, tangan Suci gemetar melihat dan membaca beberapa pasal yang memberatkan Fery, bahkan Suci tidak kuasa menahan air mata ketika melihat bukti visum yang diperlihatkan Nino.
"Apa harus dengan cara ini? apa tidak bisa Anda memaafkan Pak Fery, dan sebenarnya kejadian itu bukan sepenuhnya kesalahan Pak Fery, dia melakukannya hanya untukku, karena kalian juga sudah keterlaluan!" Suci menaikkan suaranya, membuat beberapa orang yang ada di sana menatap tajam ke meja Nino dan Suci.
"Sepertinya, kamu harus lebih banyak belajar tentang sesuatu yang menguntungkan, selama ini aku tidak pernah mengalami yang namanya rugi, aku selalu berhasil dengan semua usaha dan pencapaianku, tapi dalam sekejap mata laki-laki itu sudah membuatku rugi dan dengan sengaja dia menjatuhkan harga diriku, dan aku tidak akan melepaskannya!" Nino menyeringai ia tidak sabar menunggu reaksi Suci selanjutnya.
"Kerugian! hanya itu? kalau hanya itu aku bisa membayar semua kerugian yang Anda alami Pak Nino! asalkan Anda mau membatalkan semua tuntutan Anda terhadap Bos saya!" Suci meremas beberapa kertas yang tadi dibacanya.
"Kamu juga bisa merobek kertas itu, karena aku masih punya yang asli," Nino menyandarkan punggungnya di kursi, ia terlihat mengetiki pesan dan menunjukannya ke Suci ,"lihatlah, aku akan mengirimkan ini ke pengacaraku, agar dia segera melayangkan gugatanku, dan kamu tahu, semua akan diproses dengan cepat, itu artinya aku tidak butuh uang sebagai ganti rugi yang kamu tawarkan."
"Apa benar-benar tidak ada cara lain?" Suci masih berusaha mengulur waktu, ia tidak akan membiarkan calon suaminya masuk penjara, itu pasti akan membuat hati semua orang hancur.
Nino tersenyum, bagaimana bisa hidupnya begitu sempurna? apa yang dia inginkan pasti akan dia dapatkan, harga diri yang mana yang sudah hilang? yang sebenarnya adalah Nino benar-benar menginginkan gadis kecil ini, tawaran Milla benar-benar menggiurkannya.
"Aku tidak tau, ada hubungan apa diantara kalian berdua, tapi yang aku tahu nasip Fery ada ditanganmu, aku bisa membatalkan tuntutanku, kalau kamu bisa diajak bekerja sama, kalau tidak bersiaplah melihat bosmu itu mendekam di penjara ! dua hari lagi datanglah ke alamat ini," Nino menyerahkan kartu nama dan beranjak tanpa sempat mendengarkan penolakan Suci.
Dengan kesal Suci merobek semua berkas yang memberatkan Fery, dan mengambil kartu nama yang ditinggalkan Nino ,"laki-laki licik! aku bersumpah tidak akan membiarkan dia melakukan ini ! apa pun akan aku lakukan untuk kebahagian Kak Fery," dengan kaki yang masih sakit Suci berjalan menuju motornya.
******
Tanpa didampingi sekretaris, Fery melakukan pekerjaannya, ia berjibaku dengan dokumen yang sudah menumpuk hanya berdua dengan asistennya.
Tok...tok...tok....
"Aku sudah bilang, jangan terima tamu, kenapa masih ada yang datang? siapaun jangan biarkan masuk ke ruanganku!" Fery menatap tajam asistennya, tanpa bicara asistennya bergerak menuju pintu ruangan.
"Beres Bos!" ia berseru setelah kembali menutup pintu, "aku sudah berhasil membuat tamu bos pergi!" bangga sekali rasanya, setelah ini bonusnya akan masuk ke dalam rekening.
Fery menyandarkan punggungnya di kursi hitam kebanggaannya, ia memejamkan mata,"kenapa perasaanku gelisah seperti ini?" Fery memijit pangkal hidungnya,"siapa tadi yang datang?" tanya Fery.
"Suci yang datang Bos! tapi aku sudah mengusirnya!" ucapnya tanpa melihat Fery.
"Apa?" Fery yang terkejut langsung beranjak,"kau dipecat!" teriak Fery lalu ia berlari menuju pintu.
"Sayaaaaang ! tunggu akuuuuuuu!" Fery berteriak berharap Suci mendengarnya, ia berlalu meninggalkan asistennya yang merasa gagal menerima bonusnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Nunung Nuryani
🤣🤣🤣
2022-02-14
0
Iraqila
asisten guuuoblok 😈😈
2021-05-24
1
Whya Fajria
bukan nya bonus yg di dpt tp di pecat🤣🤣🤣🤣
2021-05-03
0