Gundukan tanah ini masih begitu basah, dihiasi taburan bunga dengan banyak warna di atasnya, di bawah pohon rindang, di bawah senja yang semakin jelas terlihat, di mana siang akan berganti sore hari, dengan hembusan angin yang semakin kencang, mendekati petang yang sesaat lagi akan datang dan di sinilah Suci duduk dengan wajah yang sembab, dengan perasaan duka yang semakin menyesakkan dada dengan suara isakan tangis yang terdengar jelas, dengan satu tangan menyentuh nissan yang bertuliskan nama Almarhum ayah tercintanya.
Fery juga tak kuasa menahan kesedihannya, bagaimana pun ia pernah merasakan kehilangan sosok ayah yang menjadi panutan dan kini ia turut merasakan kehilangan calon mertuanya, pemuda tampan berkemeja putih ini sengaja menutup kedua matanya yang sudah memerah dengan kaca mata hitam yang bertengger dihidungnya.
Fery setia berdiri disamping Suci melindungi gadis kecilnya dari sengatan cahaya matahari, tangan yang memegang payung hitam ini sudah bergetar karena sudah berjam-jam mendekap tangkai payung ini, sementara yang lain sudah kembali ke rumah sekitar lima belas menit yang lalu.
"Sejak kapan Kakak tahu kondisi ayah?" Suci mendongak, ia bertanya dengan suara yang sangat lemah, membuat Fery menarik napas dan ikut berjongkok di sampingnya.
"Malam itu, semua keluarga sudah berada di kampung, setelah kita ke luar kota, di hari itu juga ibumu kembali ke kampung," Fery menerawang jauh, mengingat percakapannya dengan Ariel melalui saluran telepone, "malam itu, semua keluarga sudah berada di rumahmu, aku sudah berusaha mencari tiket untuk kita menyusul mereka, namun sayang aku gagal mendapatkannya, dan aku memilih penerbangan paling awal pagi tadi," ucap Fery yang merasa bersalah.
"Lalu apa yang terjadi di malam itu kak? benarkah kita sudah melakukannya?" pertanyaan Suci membuat Fery membuka kaca matanya dan Suci bisa melihat mata Fery yang sayu.
"Tidak ada, aku tidak menyentuhmu. Aku memanggil seorang wanita dan dia petugas hotel yang menggantikan pakaianmu, saat itu kamu muntah dan tertidur, mungkin karena pengaruh wine itu membuatmu terlelap," Fery menggantungkan tangkai kaca mata miliknya di kancing kemeja bagian dadanya, "kamu masih Suci, sesuci hatimu dan hari ini aku akan melamarmu, aku akan menikahimu secepatnya," Fery membelai lembut kepala Suci yang tertutup kerudung putih.
Perkatan Fery membuatnya lega namun ia kembali diingatkan pada duka, "jangan Kak ... jangan sekarang, aku gak mau Ibu semakin sedih," Suci kembali memalingkan wajah, meraba tanah makam ayahnya, "hari ini adalah hari duka, ibu pasti sedih jika mendengar lamaran Kakak disaat Ayah baru meninggal, ibu pasti akan semakin histeris kak huhuhu," Suci menutup wajah dengan telapak tangan yang dinodai tanah makam.
"Jangan menangis lagi ... tenanglah aku akan selalu ada untukmu, biarkan aku tetap mengatakannya kepada ibu," dengan satu tangan Fery merengkuh bahu Suci dan membawa ke dalam dekapannya.
"Tolong hargai keputusanku, Kak, aku rasa ini bukan saat yang tepat," Suci meminta dengan sungguh-sungguh dan semakin mererasa nyaman di dalam pelukan kekasihnya.
Fery kembali menatap makam dengan nanar, "baiklah ... jika itu sudah menjadi keputusanmu, aku akan menghargainya, tapi kamu harus tahu, mulai saat ini kamu sudah menjadi tanggung jawabku sepenuhnya, aku akan selalu menjaga dan melakukan yang terbaik untukmu, dan aku janji untuk itu!" janji Fery membuat Suci tersenyum dan lebih tenang.
*****
Sesak dada yang datang dengan tiba-tiba ini, mengakibatkan detak jantung ayah Suci melemah dan terlambat ditangani, awalnya tidak ada tanda-tanda kalau paman Anggun ini menderita penyakit yang terbilang serius semua tampak biasa dan baik-baik saja, namun saat ayah Suci kembali ke kampung seorang diri, ia merasa tubuhnya melemah dengan bermodalkan nekad ia pergi ke rumah sakit, untuk memeriksakan jantungnya, singkat cerita dengan ijin ayah Suci pihak rumah sakit menghubungi istrinya yang saat itu ada di Kota.
Segala upaya penyembuhan sudah dilakukan, namun sayang Tuhan punya rencana yang lebih indah untuknya, ayah Suci dinyatakan meninggal akibat serangan jantung yang dideritanya, cuaca yang tadi terlihat cerah tiba-tiba saja berubah gelap diselimuti awan hitam.
"Kita pulang ya, sepertinya sebentar lagi akan turun hujan, cuaca seperti ini tidak baik untukmu," Fery merayu mengajak Suci beranjak, namun Suci menggeleng ia menolak untuk meninggalkan makam.
"Sayangku, jangan seperti ini aku gak mau kamu sakit, pulang ya," Fery mengelus lengan Suci seakan memberikan perlindungan dan kekuatan untuknya.
"Terima kasih, karena Kakak sudah ada untukku..." lirih Suci. Fery hanya tersenyum dan membantu Suci berdiri.
Paman tidak perlu khawatir, saya akan menjaga Suci, apapun akan saya lakukan untuk kebaikannya
Fery membatin dan perlahan memapah Suci untuk keluar dari area pemakaman.
Di lain tempat.
Pemuda bertubuh atletis dengan gaya rambut yang sedikit gondrong berdiri di depan cermin, ia menyentuh dan memperhatikan wajahnya yang masih sedikit merah, ia menatap penuh dendam membayangkan wajah Fery yang sudah memukulnya di depan umum.
Dia adalah Nino, mantan rekan bisnis yang diputuskan Fery secara sepihak, perbuatan Fery benar-benar sudah sangat merugikannya.
Tok...Tok...Tok...(suara pintu di ketuk)
Nino bergegas membuka pintu kamarnya, "ada apa?" tanya Nino kepada pelayan di rumahnya , "pengacara sudah datang Tuan," tanpa menjawab apapun lagi Nino menuju ruang tamunya.
"Aku harap kau membawa berita bagus untukku," ucap Nino setelah duduk berhadapan dengan pengacaranya.
"Semua sudah beres Pak," ucapnya dan membuka tas hitam yang ia letakkan di atas meja,"hasil visum sudah keluar, kita sudah bisa menuntutnya, dan saya yakin pengadilan akan mengabulkan permintaan kita."
Nino menerima beberapa berkas hasil visum dari rumah sakit, "hahahahah aku tahu kalau kau bisa diandalkan, akan aku pastikan kali ini Fery akan mendekam di dalam penjara," Nino meletakkan lagi kertas itu di atas meja, "aku mau dia dituntut dengan dua pasal sekaligus, yang pertama, kau lihat wajahku ini?" Bayu menganggukkan kepala, "dan yang kedua ... tuntut dia karena sudah membatalkan kerja sama kami secara sepihak, aku tidak mau dia lolos!" Nino mengepalkan tangannya.
"Semua sudah saya siapkan Pak ! saya akan membentuk tim terbaik untuk memenangkan kasus Bapak ini, saya janji semua akan berjalan sesuai keinginan Bapak."
Nino masih merawang, "cari cara lain, aku ingin gadis kecil itu menjadi milikku, kalau saja Fery mau menyerahkan gadis itu untukku, maka aku akan membatalkan tuntutan ini!" Nino menatap tajam saat bicara membuat Bayu semakin segan kepada klient yang sudah lama dikenalnya.
"Apa gadis yang bernama Suci, yang pernah Bapak ceritakan?"
"Benar, ajak Fery bernegosiasi! pastikan dia mau melepaskan gadis itu untukku, kalau dia menolak, pastikan dia bernapas di balik jeruji besi," rahang Nino mengeras hanya dengan menyebut nama Fery saja, membuatnya tersulut emosi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
ani nurhaeni
liciik jugaa yaa si nino
2021-11-13
0
Siti Sitirahmawati
ngelepas suci bt lo?nyebur ja lo k laut... ngimpi lo ketinggian cuy...
2021-06-21
0
Nur saja😉
Nino yakin kamu bakal menang dari fery😂😂ngimpi😜😜😜
2021-04-03
0