TAKDIR CINTA
"Apa kau mau melihatku mati ditangan Fery? bagaimana kalau dia tau aku melakukan itu kepada orangnya?" Nino meletakkan gelas berisi wine tersebut dan menatap tidak percaya pada Milla yang masih berdiri.
"Jangan takut, anggap saja ini sebagai hiburan untuk menghilangkan penat, lagi pula Fery tidak akan mungkin berani marah atau memukulmu! kau lebih penting di dalam proyek ini, kau yang merancang dan sudah mendapat ijin langsung dari Ariel, jadi posisimu lebih penting dari Suci, aku yakin mereka tidak akan melepasmu demi Suci itu,"
Milla bicara dengan sangat halus, dan insting bak predator yang dimiliki Nino membuatnya sudah berkhayal dan mulai berdiri dan berjalan mendekati Suci, dan itu membua Milla semakin bangga dengan dirinya.
"Ekhmmm kenapa kau masih berdiri di sini?" tanya Nino kepada Suci yang merasa tidak nyaman di tempat ini, "perkenalkan namaku Nino, aku sudah kenal dengan atasanmu dan Fery bicara banyak tentangmu," Nino mengulurkan tangan, "ayolah ! aku tidak ada niat jahat, lihat Milla dan yang lainnya ada di sana!" Nino menunjuk Milla yang melambailan tangan memanggil Suci, perlahan Suci menerima jabatan tangan Nino, "Suci," lirih Suci dan segera menarik tangannya.
"Sampai kapan kau akan berdiri di sini? ayo kita duduk di sana!" Nino berjalan mendahului Suci.
"Tidak ! aku keluar saja," ucapan Suci membuat Nino kembali memutar badan dan melihat Suci.
"Bukankah itu tidak sopan? kamu jangan takut, aku mengenal Fery dengan baik, jadi aku tidak akan berbuat yang tidak-tidak, ayolah!" Nino menarik tangan Suci dan mengajaknya mengikuti langkahnya, Suci berusaha melepaskan tangannya namun Nino semakin erat memegangnya sampai Suci terpaksa duduk di samping Milla, dan saat ini Suci berada diantara keduanya.
"Suci ayo bersulang!" Milla sumringah dan memberikan gelas berisi minuman untuk Suci, "tidak, aku tidak pernah minum itu! " Suci menjauhkan gelasnya sampai setetes minuman itu lolos dari gelas.
"Ini cuma minuman soda biasa, lihatlah yang lain juga minum ini," Milla menunjuk beberapa orang yang ada disekitar mereka.
"Tapi ak---
"Ambil saja !" Milla memaksa Suci memegang gelas tersebut, "kau tau Suci, dulu aku sering menemani Fery ke klub malam, apa kau juga pernah menemaninya juga?" Milla sengaja memancing amarah Suci, "Fery orang yang manis, dia baik kepada siapapun juga, termasuk dengan beberapa wanita yang ada di sana!" ucapan Milla membuat Suci memegang tangkai gelas itu dengan erat.
"Itu' lah kenapa aku sempat berfikir buruk tentangmu, aku pikir kau seperti wanita yang biasa menemani malam Fery," Milla melirik tangan Suci yang sudah bergetar dan ia tersenyum kearah Nino.
"Aku bahkan pernah mencarikan wanita untuknya," Nino membuka suara dan itu berhasil membuat perhatian Suci tertuju kepadanya, "sebagai sekretaris kau pasti sangat mengenal siapa Fery yang sebenarnya, sebagai laki-laki dewasa dia pasti sudah sering bermain dengan wanita," ucapan Nino membuat tenggorokan Suci mendadak kering, tanpa sadar Suci menenggak minumannya sampai habis.
"Akhhh!" lidah Suci tidak merespon dengan baik, rasa minuman ini sangat asing untuknya mendadak kepala Suci menjadi sedikit pusing.
"Suci, apa kau baik-baik saja?" Milla mengambil gelas kosong dari tangan Suci.
"Hmm aku sedikit pusing..." ucapnya lirih.
"Aku cari obat untukmu ya, tunggulah di sini!" tanpa menyiakan waktu, Milla pergi meninggalkan Nino dan Suci yang duduk tidak jauh dari beberapa rekan mereka yang lain.
Nino sedikit menggeser duduknya mendekati Suci, "kamu baik-baik saja?" tanya Nino dan menyentuh pundak Suci, "iya, kenapa minuman itu rasanya aneh?" Suci menunjuk gelas kosong, dan Nino mengisi dan memberikannya lagi untuk Suci, "peganglah ini tidak terlalu buruk!" gelas itu sudah berpindah ke tangan Suci.
Nino terus saja menceritakan hal yang buruk tentang Fery, dan itu membakar hati dan pikiran Suci, sampai Suci kembali meresapi minuman itu.
****
"Ayo Bos! angkat ponselmu Bos! sebelum terlambat !" asisten Fery yang baru masuk ketempat ini, begitu terkejut saat melihat Suci ada di tempat ini, bahkan sudah duduk disamping Nino sembari memegang gelas di tangannya, ia maju satu langkah namun dengan cepat memutar badan dan berlari ke luar bar ini.
Saat ini asisten Fery sudah memacu mobilnya dengan kecepatan yang tinggi, entah sudah berapa kali ia menghubungi Fery, namun tidak ada satu panggilan pun yang dijawab Fery, "kemana sih dia? buang jauh ponselmu itu Bos! dasar gak berguna!" kapan lagi ia bisa memaki Bosnya ini? ia semakin kesal. Tidak butuh waktu lama sampailah ia di tempat terakhir ia meninggalkan Fery dan Yogi.
"Bos ! Bos !" asisten Fery lari terbirit, bahkan ia tidak memikirkan mobilnya yang saat ini sudah terparkir sembarangan, "Bos ! Bos !" teriakannya mengundang perhatian semua orang.
"Bos ! Bos !" dengan napas yang tidak beraturan ia menyerahkan ponsel tepat dihadapan Fery, "lihatlah Bos!" ucapnya.
"Ada apa?" Fery mengambil ponsel itu, "ada apa? kenapa kau seperti ketakutan begitu?" Fery masih memperhatikan asistennta.
"Li-lihatlah Bos, Suci di-dia---
"Suci?" Fery memotong ucapan asistennya dan beralih melihat ponsel yang sudah menampilkan gambar wanitanya, wajah Fery berubah warna, dengan wajah yang memerah, rahang yang sudah mengeras bahkan gertakan giginya sudah terdengar karena emosi yang ada di dalam jiwanya, sebuah foto dimana Suci duduk dengan laki-laki di tempat yang tidak seharusnya.
Tanpa banyak bicara, Fery beranjak dengan masih memegang ponsel ditangannya, "mau kemana dia?" tanya Yogi saat urusannya di toilet sudah selesai, ia heran melihat Fery keluat cafe dengan langkah yang panjang.
"Sudah biarkan saja, itu urusan rumah tangga mereka, " ucapnya yang sudah bernapas dengan lega, "kalian berdua sama-sama gila!" seru Yogi dengan kesal.
Fery melajukan mobil dengan kecepatan tinggi, ia menembus angin malam dengan dipenuhi amarah yang membuncah, berani-beraninya Nino mendekati wanitanya, lihat saja apa yang akan dia lakukan setelah ini.
****
"Ak-ak-aku pu-pusing se-sekali..." Suci sudah mulai mengigau, saat minuman itu sudah bereaksi di dalam tubuhnya, ia sudah tidak sanggup berdiri, "pergi! per-pergi! kau jahat, kau ja-jahat," ucapnya namun Nino menggenggam erat tangan Suci.
"Lepaskan tanganmu darinya!" Teriakan Fery terdengar lantang di ruangan itu, Nino terkejuta saat Fery memegang kuat kerah bajunya, "berengsek! apa yang kau lakukan kepadanya huh? berani sekali kau menyentuhnya!" Fery membentak tepat di hadapan Nino.
"Tenanglah, aku hanya ingin menghiburnya saja," elak Nino.
"Tutup mulutmu! jangan pernah berani menyentuh wanitaku!" Fery menghempaskan Nino dengan kasar, kemudian merangkul Suci yang terlihat kebingungan dan memegang kepalanya.
"Kau sudah berlaku tidak sopan kepadaku! aku akan mengadukanmu kepada Ariel dan aku akan membatalkan kerja sama ini!" ancaman Nino membuat Fery geram.
"Lebih baik aku kehilangan segalanya, dan menjadi miskin dari pada aku kehilangan wanitaku! " bentak Fery.
Bug! satu pukulan mendarat di wajah Nino
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Agustin Ria Astuti
aku mampir lagi thor
2022-06-29
0
ani nurhaeni
mampiirr
2021-11-13
0
Rere
udh nonton novel tentang anggun dan Ariel lanjut lg kesini penasaran sm kisah suci n Fery
2021-06-24
1