Pada hari jum’at diadakan sebuah pelatihan tentang kepemimpinan yang dibawakan oleh seorang mentor bernama Joseph Lerington. Dia adalah seorang kesatria sekaligus seorang filsuf berumur 50 tahun yang sangat berpengalaman di bidangnya. Dia memiliki ciri-ciri rambut putih beruban, iris mata berwarna biru, berkulit putih keriput, postur tubuh sedang dan mengenakan sebuah baju zirah sederhana.
Pada saat itu Mentor Lerington menyuruh mereka semua membuat sebuah kelompok yang terdiri dari 8 anggota di masing-masing kelompok. Levy pun segera mencari Helnart dan Mark untuk membentuk sebuah kelompok. Levy berniat untuk membentuk sebuah kelompok yang sangat kuat.
“Helnart! Mark! Apa kalian berdua sudah mempunyai kelompok?” Tanya Levy kepada Helnart dan Mark.
“Belum.” Jawab Helnart dengan singkat.
“Aku juga belum.” Jawab Mark.
“Baiklah, apa kalian berdua mau membuat kelompok denganku?” Tanya Levy.
“Tentu saja.” Jawab Mark.
“Aku ikut, dengan begini tinggal 5 orang lagi.” Kata Helnart.
“Apa aku boleh bergabung dengan kalian?” Munculah seorang pemuda berambut cokelat panjang dengan gaya rambut ponytail, beriris mata cokelat, berkulit putih, berpostur sedang dan terdapat sebuah replika rapier di pinggang kirinya. Dia adalah Henry Juniper, anggota fraksi hijau dan mantan anggota fraksi biru. Dia ingin bergabung dengan Levy, Helnart dan Mark.
“Aku juga!” Datang lagi seorang pemuda berambut hitam pendek berdiri ke atas membentuk seperti duri, beriris mata hitam, berkulit cokelat, berpostur kekar, tinggi badan dan membawa sebuah replika greatsword di punggungnya. Dia adalah Yonah Aulgrin, anggota fraksi hijau dan mantan anggota fraksi biru.
“Boleh aku bergabung dengan kalian?” Kali ini muncul seorang pemuda berambut pirang pendek lurus, beriris mata hijau, berkulit putih, tinggi badannya hampir menyamai Levy dan membawa sebuah replika halberd. Dia adalah Edmund Ardier, anggota fraksi hijau dan mantan anggota fraksi biru.
“Boleh kami bergabung dengan kelompok kalian?” Kemudian datanglah 2 orang pemuda. Yang satu bercirikan berambut hitam, beriris mata hitam, berkulit putih, tinggi badan sedang dan membawa replika senjata berupa arming sword dan perisai. Dia adalah Payden Iragnix, anggota fraksi hijau dan mantan anggota fraksi biru. Yang satu lagi bercirikan berambut cokelat, beriris mata cokelat, berkulit putih, tinggi badan sedang dan membawa
replika senjata berupa sepasang kapak. Dia adalah Alfonso Pryderi, anggota fraksi hijau dan mantan anggota fraksi biru.
“Dengan begini kelompok kita sudah lengkap.” Kata Helnart.
Hari-hari pun berlalu, pertarungan demi pertarungan telah dilewati dan tanpa disadari kelompok yang dibentuk oleh Levy dan kawan-kawan yang berhasil menjadi kelompok yang terbaik dan belum pernah kalah sekalipun. Pada hari ini adalah hari terakhir dimana Mentor Lerington akan mengajar mereka semua karena mereka akan melaksanakan ujian kelulusan. Pada hari ini juga Mentor Lerington mengadakan sebuah duel antar kelompok. Kelompok yang bertanding dan ketentuan kelompok tersebut bermain secara menyerang atau bertahan diundi secara acak. Pihak yang bertahan akan menang apabila berhasil menahan pihak yang menyerang selama 30 menit, sedangkan pihak yang menyerang akan menang apabila berhasil merebut bendera di dalam benteng sebelum 30 menit. Setiap kelompok yang menang akan mendapatkan nilai tambah sedangkan yang kalah tidak mendapatkannya.
Pengundian pun dimulai, Levy dan kawan-kawan pun mendapatkan giliran pertandingan kedua melawan tim dari fraksi ungu dimana Alvey Wilfenburg dan Adrian Abramelin berada. Posisi Levy dan kawan-kawan tidak diuntungkan karena mereka harus bermain secara bertahan. Namun bagi Levy dan Helnart ini adalah kesempatan emas untuk membalas kekalahan mereka dulu.
Setelah pertandingan pertama selesai, maka dimulailah pertandingan kedua antara kelompok Levy dan kawan-kawan melawan kelompok Adrian Abamarley dan kawan-kawan. Seperti yang sudah diperkirakan, serangan dari Adrian Abamarley sangat terarah dan juga cepat. Dengan cepat mereka berhasil menumbangkan Edmund Ardier, Alfonso Pryderi dan Yonah Aulgrin sekaligus. Ini semua berkat strategi yang disusun Alvey Wilfenburg. Namun pertandingan masih terus berlanjut.
“Celaka, mereka berhasil menumbangkan formasi depan kita! Padahal dari segi serangan mereka bertiga termasuk yang paling kuat.” Henry Juniper mulai panik.
“Tenang saja, mereka belum mengetahui senjata rahasia kita.” Kata Levy sambil tersenyum.
“Kau serius mau bertaruh dengan itu, Sylgia?” Tanya Henry yang tampak terkejut mendengar pernyataan Levy.
“Tentu saja, kenapa tidak?” Jawab Levy sambil tersenyum.
“Ku akui kau memang gila, Sylgia!” Kata Henry.
“Prioritas utama kita adalah menang. Ingat itu baik-baik!” Kata Levy.
Sementara itu Mark dan Helnart pergi untuk menghadang tim penyerang. “Wilfenburg!!!” Helnart berteriak dengan keras memanggil Alvey Wilfenburg untuk menantangnya dan tanpa basa-basi lagi Helnart langsung menyerang Alvey Wilfenburg dengan katananya namun berhasil ditahan oleh Alvey Wilfenburg menggunakan senjata replika yang berbentuk sided-hilt arming sword.
“Kalian semua, cepat rebut benderanya! Biar aku yang mengatasi ini karena waktu kita terbatas!” Alvey Wilfenburg langsung menyuruh mereka untuk mengambil bendera sementara dia yang akan melawan Helnart.
Sementara itu ketika Adrian Abramelin dan yang lainnya hendak menuju ke tempat bendera, mereka dihadang oleh Mark. Mark langsung menyambut mereka dengan serangan tombak andalannya. Namun Mark hanya berhasil menghalau 3 orang dan Abamarley beserta 3 orang lainnya berhasil meloloskan diri dari sergapan Mark. Mereka
juga sempat berhadapan dengan Henry Juniper, namun mereka berhasil menumbangkannya karena jumlah mereka lebih banyak.
“Apa kabar, Abramelin? Sudah lama kita tidak berkompetisi seperti ini lagi.” Kata Levy dengan senyuman dan tatapan tajam ke arah Adrian Abramelin.
“Sylgia?! Kau penjaga terakhir di benteng ini ya?” Tanya Adrian Abramelin.
“Tidak,
masih ada 1 orang lagi di atas. Kalian semua baru bisa menang setelah
mengalahkannya.” Kata Levy.
“Kalau tidak salah orang itu adalah Payden Iragnix. Dari tadi aku belum melihat dia, aku tidak menyangka kalau kau akan bergantung pada orang lemah sepertinya.” Kata Adrian Abramelin dengan nada mengejek.
“Tentu saja, kenapa tidak?” Kata Levy penuh percaya diri.
“Hahahahahaha! Saat kau mengalahkanku dulu, aku sempat mengira dibalik kelemahanmu ternyata kau punya otak yang cerdas dan ternyata aku salah! Kau berhasil menang dariku waktu itu hanya karena keberuntungan!” Kata Adrian Abramelin dengan sombong.
“Orang sepertimu tidak akan pernah bisa melihat sebuah gambaran besar, itu semua karena matamu sudah tertutup oleh kesombonganmu sendiri.” Kata Levy.
“Kalian bertiga, cepat ambil benderanya! Biar aku yang menghadapi Sylgia!” Adrian Abramelin pun langsung menyerang Levy dengan replika zweihander miliknya dan Levy pun menahannya dengan replika short sword miliknya. Pertarungan sengit di antara keduanya pun sudah tidak terelakkan lagi.
Sementara itu 3 orang lainnya berhasil sampai lantai teratas benteng dan hendak mengambil bendera. Namun Payden Iragnix sudah berdiri disana sambil menatap mereka bertiga dengan tatapan sayu.
“Ini akan mudah, si tukang tidur itu tidak ada apa-apanya!” Kata salah seorang dari mereka. Namun ketika mereka melayangkan serangan kepada Payden Iragnix serangan mereka berhasil ditahan oleh tameng milik Payden Iragnix.
“Mustahil, bagaimana bisa dia bisa secepat itu?” Kata salah seorang dari tim penyerang.
***
Sehari yang lalu sebelum pertandingan dimulai. Tampak Levy sedang berbicara dengan Payden Iragnix di sekitar taman. Mereka seperti membicarakan sesuatu yang sangat serius.
“Iragnix, aku sudah mengetahui semua rahasiamu!” Kata Levy sambil menatap tajam kepada Payden Iragnix.
“Ra-rahasia apa?! Aku tidak mengerti apa yang bicarakan, Sylgia!” Payden Iragnix terlihat gugup.
“Biar kuperjelas! Di akademi ini orang yang paling ahli dalam teknik pertahanan adalah John Aragos. Dia sangat ahli dalam menggunakan perisai dan arming sword, sehingga dia memiliki keseimbangan yang bagus dalam hal menyerang maupun bertahan.” Jelas Levy.
“Lantas apa hubungannya denganku?” Payden Iragnix semakin tidak mengerti.
“Alasan kenapa kau selalu mendapat nilai jelek sepertiku bukanlah karena kau lemah. Kau kurang mahir dalam hal teknik berpedang. Namun dibalik itu semua aku tahu teknik perisaimu setara dengan Aragos. Kau terus bertahan tanpa bisa menyerang balik, itulah penyebabnya kau selalu kalah bertarung.” Jelas Levy.
“Kau sudah tahu ya? Yah aku tahu kalau aku ini memang seorang pecundang!” Payden Iragnix langsung tertunduk lesu.
“Aku punya firasat kalau Mentor Lerington akan melakukan hal aneh lagi di hari terakhir dia mengajar seperti biasanya. Aku ingin kau mengeluarkan kemampuan terbaikmu saat kita benar-benar terdesak! Aku ingin membuat tim kita mendapat gelar sebagai yang tak terkalahkan!” Kata Levy.
“Tapi aku ini hanya bisa bertahan loh!” Kata Payden Iragnix.
“Tenang saja, aku percaya padamu Iragnix!” Kata Levy.
***
Sementara itu saat pertandingan kedua masih berlangsung, Levy dan Adrian Abramelin saling beradu pedang dan mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Ini adalah sebuah momen pertarungan yang langka karena seorang pengguna short sword bertarung dengan sengit dengan seorang pengguna zweihander termasuk ke dalam golongan greatsword.
“Hebat juga kau, Sylgia! Aku tidak menyangka kecepatan seranganmu berkembang dengan pesat.” Adrian Abramelin memuji kecepatan Levy.
“Aku sudah menunggu hari ini! Hari dimana aku bisa bertanding ulang denganmu dan membalas kekalahanku!” Kata Levy.
“Coba saja kalau kau bisa!” Adrian Abramelin langsung memberikan serangan kepada Levy namun Levy berhasil menghindar. Kemudian mereka berdua pun saling beradu serangan lagi.
Di tempat lain terlihat Helnart juga sedang bertarung melawan Alvey Wilfenburg. Pertarungan mereka juga tidak kalah hebatnya. Mereka berdua terlihat sama cepat dan sama kuatnya. Mereka berdua sudah tampak kelelahan sehingga membuat napas mereka berdua tampak tersengal-sengal dan keringat mengucur deras dari tubuh mereka. Namun mereka berdua masih ingin terus melanjutkan pertarungan ini.
“Kau ini memang orang yang keras kepala ya, Silverfang? Tapi aku salut padamu karena berhasil memojokkanku sampai sejauh ini.” Kata Alvey Wilfenburg memuji Helnart.
“Terima kasih atas pujianmu.” Helnart pun langsung melancarkan serangan kepada Alvey Wilfenburg. Mereka berdua terus beradu pedang dengan kecepatan yang sangat tinggi sampai pada akhirnya mereka sama-sama terjatuh karena sudah sangat kelelahan.
“Ah melelahkan sekali! Ku rasa cukup sampai disini!” Kata Alvey Wilfenburg sambil terbaring di lantai.
“Kau ini memang tidak pernah berubah ya, Wilfenburg?” Kata Helnart yang juga terbaring di lantai. Kemudian mereka berdua pun tertawa bersama-sama.
Sementara itu Levy dan Adrian Abramelin masih terus bertarung. Serangan demi serangan pun dilancarkan dan ada satu pun yang mau mengalah. Sampai pada akhirnya salah satu dari mereka tumbang.
“Celaka!” Tiba-tiba tangan Adrian Abramelin keram karena terlalu banyak mengayunkan senjatanya dan dia pun menjatuhkan senjatanya. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Levy dan dia pun langsung menghunuskan pedang ke leher Adrian Abramelin. Levy juga menggeser jauh zweihander milik Adrian Abamarley dengan kakinya karena khawatir dia akan melakukan trik kotor lagi.
“Abramelin, biar ku jelaskan kenapa kau bisa kalah! Zweihander milikmu yang tergolong ke dalam greatsword memanglah senjata yang sangat kuat. Senjatamu bisa memberikan dampak yang sangat fatal. Namun kekurangan senjata tersebut adalah bobotnya yang sangat berat. Hal ini berbanding terbalik dengan short sword milikku yang dianggap senjata lemah karena panjang bilahnya yang pendek. Namun senjataku memiliki kelebihan yaitu bobotnya yang ringan dan kecepatan dalam penarikan karena bilahnya yang pendek, sehingga ketika musuh belum sempat mengayunkan bahkan menarik pedangnya aku sudah bisa menyerangnya duluan. Senjata yang diberikan pada kita memang replika, tapi ingatlah kalau benda ini dibuat berdasarkan bobot aslinya!” Jelas Levy.
30 menit pun sudah berlalu dan tidak disangka-sangka Levy dan kawan-kawan berhasil memenangkan pertandingan ini. Ternyata Payden Iragnix berhasil mempertahankan bendera dari 3 orang tim penyerang dengan hanya bermodalkan teknik perisainya. Dengan begini kelompok Levy dan kawan-kawan berhasil untuk menjadi yang tak
terkalahkan. Pada masa ini Levy terlihat sangat bahagia karena dia mendapat teman-teman dan prestasi yang baik. Di dalam benaknya dia ingin waktu pada saat tahun ketiganya ini berhenti karena baginya saat inilah masa-masa yang menyenangkan. Namun hal itu tidak mungkin terjadi dan waktu pasti akan terus berjalan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments