Kutukan Pangeran

...SELAMAT MEMBACA...

"Ini namanya kutukan," bisik Diaz.

Afsana hendak berteriak karena sangat terkejut dan takut namun, Diaz lebih dulu membungkam mulut Afsana dengan tangan besarnya.

"Hmmm!"

"Aku akan menghukummu karena berani memukul bokongku dan memandikanku dengan paksa," kata Diaz kemudian menggendong Afsana menuju kamar mandi.

"K-kenapa bisa kau jadi besar? Ap-apa yang coba kau lakukan dengan membawaku ke kamar mandi!" raung Afsana dan terus memberontak. Tubuhnya digendong seperti memamggul karung beras.

Diaz tersenyum miring lalu menjawab, "Aku akan membalas budi karena kau mau memandikanku," jawab Diaz.

"Aku berharap kau jadi bocah lagi!" teriak Afsana disusul suara petir dan saat itu juga dia terjatuh ke lantai dan menimpa tubuh Diaz yang mendadak kecil.

Mereka saling menatap satu sama lain.

"Eh, doaku terkabul," kata Afsana.

Sedangkan Diaz memaki dalam hati karena tubuhnya kembali mengecil. Afsana langsung menjauh dari Diaz kemudian menyilangkan tangan di dada.

"Si cebol ini benar-benar kelewatan," ucap Afsana.

"Apa? Cebol katamu?!"

"Tidak! Anda harus tidur dan biarkan aku menjernihkan pikiranku," kata Afsana dengan raut wajah pucat, dia masih ketakutan dan terkejut.

Diaz menatap Afsana dengan intens kemudian dia berpikir, setidaknya Afsana memiliki kesan yang sedikit baik saat pertama kali melihatnya karena biasanya orang lain akan jijik padanya.

"Pergi sebelum aku berubah lagi dan benar-benar memandikanmu," ucap Diaz dengan dingin.

Afsana menelan salivanya kemudian pergi dari sana. Namun, sebelum itu dia memandang punggung Diaz dengan tatapan sulit terbaca.

...*****...

Para pelayan mendekati Afsana yang duduk di sisi kasur dengan lingkaran hitam samar di matanya, dia tidak tidur semalam.

"Pangeran memang seperti itu, kamarnya berantakan seperti itu karena dia membenci seseorang masuk ke kamarnya dan dia tidak mau makan beberapa hari dan setiap kali kami membawakannya makanan dia akan melemparkannya lalu jika kami menyentuhnya dia akan menghukum kami saat dia berubah menjadi normal sesuai umurnya. Maka dari itu, kondisi pangeran terlihat buruk, kami bukannya mengabaikannya," urai kepala pelayan.

Dan Afsana hanya mengangguk kemudian melihat kedua tangannya.

"Jadi, semalam aku memukul bokong pria dewasa bahkan memandikannya?" cicit Afsana dengan tatapan kosong.

"Em, begitulah, Nona."

Tok! Tok!

"Permisi, Nona. Pangeran meminta anda untuk membawakannya sarapan. Dia menolak jika kami yang membawanya," kata seoramg pelayan yang baru masuk.

"Semangat, Nona! Kami akan mendukungmu dari belakang," kata beberapa pelayan.

Afsana tidak tahu, bagaimana bisa dia akrab dengan penghuni kastil ini dalam waktu sehari, mungkin karena mereka korban dari Pangeran kedua.

...****...

Afsana memasuki ruangan tersebut dan mendapati Diaz telah duduk di sofa.

"Makanlah selagi masih hangat, Pangeran," ujar Afsana.

Diaz menatap Afsana dengan raut wajah kesal kemudian menghabiskan sarapannya, sudah tiga hari dia tidak makan.

"U-untuk kejadian semalam, aku benar-benar minta maaf, Pangeran."

"Aku akan memaafkanmu dengan satu syarat," kata Diaz ssetelah meneguk air.

"Syarat?"

"Kau harus terus bersamaku karena saat berubah menjadi kecil, fisikku begitu lemah," jelas Diaz.

"Baiklah."

"Termasuk menjagaku selama tidur siang," kata Diaz lagi.

"Apakah dia berpikir aku tidak butuh tidur siang juga?"

"Baiklah."

Diaz mendekati Afsana, kemudian menunjuk wajah Afsana yang sulit ia gapai.

"Siapa namamu dan berapa umurmu?"

"Namaku Afsana Benazir, usia 22 tahun."

"Kau lebih tua dariku, pantas saja mukamu boros," jawab Diaz kemudian berjalan melewati Afsana.

Bibir Afsana berkedut, rasanya dia ingin menyumpal mulut kurang ajar Diaz namun, dia tidak boleh lupa bahwa Diaz begitu berbahaya saat berubah jadi dewasa.

"Panggil aku Diaz, jangan pangeran."

Afsana langsung menoleh ke arah Diaz. Rasanya begitu aneh saat Diaz kecil mengatakan hal itu.

"Saat kau sudah kuterima di sini, maka kau tidak bisa pergi kemanapun tanpa izin dariku," jawab Diaz.

Diaz kemudian mendekati Afsana dan saat itu tubuh Diaz kembali membesar, untung saja dia memakai pakaian yang sangat besar demi mencegah perubahannya tiba-tiba.

Afsana mundur beberapa langkah, Diaz terus mendekatinya dengan ekspresi sulit terbaca.

"Surat yang kau terima adalah dekret dari Raja. Selain merawatku apa kau tahu, ketentuan lain yang tertera di sana?" tanya Diaz.

Afsana menggeleng sedangkan Diaz tersenyum sinis.

"Kau secara sukarela menyerahkan dirimu sebagai pasanganku, karena siapapun yang menerima surat itu maka akan menjadi tunanganku," jelasnya.

...*****...

Di dalam sebuah hutan, terdapat rumah besar tanpa penjagaan. Di dalamnya terdapat terdapat makhluk yang menyerupai ular besar. Hanya sebagian tubuhnya yang menyerupai ular sedangkan sebagiannya lagi manusia, mereka menyebutnya sebagai imoogi.

Dia tinggal di dalam hutan dan seolah menjadi penguasa di hutan tempatnya tinggal.

"Aku dengan jelas mengutuk Putra mahkota, tapi kenapa dia bisa menduduki takhta tanpa cacat sama sekali? Apakah kekuatanku tidak bisa mengenainya?!"

Orang-orang berjubah hitam yang berdiri di hadapannya hanya diam, enggan menjawab. Mereka semua adalah manusia yang bekerja serta menyembah Imoogi.

Namun, tidak berselang lama, seorang wanita memasuki ruangan tersebut dan berlutut untuk hormat pada imoogi yang bernama Rui tersebut.

"Tuan, ternyata pria yang terkena kutukan anda bukanlah Putra mahkota melainkan Pangeran kedua."

Rui mendesis, dia masih ingat betul kejadian tiga tahun lalu, dimana seorang bocah berusia 17 tahun berhasil menaklukkan bangsa ular yang dia pimpin. Dan Rui memberikan kutukan pada bocah itu sebelum tertidur selama 3 tahun dan baru bangkit saat ini. Dia akan balas dendam atas kematian kaumnya dan orang yang sangat dia cintai.

"Dimana sekarang dia berada?" Rui bertanya.

"Maaf, Saya belum mendapatkan informasi lebih banyak."

"Jangan kembali padaku sebelum mendapatkan keberadaannya," titah Rui.

Wanita itu mengangguk dan berubah menjadi ular hitam.

...*****...

Matahari terasa sangat terik saat siang hari dan Afsana harus menjaga Diaz yang terlelap di pangkuannya, pria itu berubah menjadi kecil lagi setelah mengatakan bahwa dia akan menjadi tunangannya.

Afsana masih berpikir keras tentang penyebab kutukan yang mengikat Diaz. Pria ini sebenarnya sangat tampan, hanya saja sisik di sebagian tubuhnya menutupi setengah pesonanya. Diaz kecil memiliki sifat yang mudah marah dan suka memerintah sedangkan Diaz dewasa terlihat begitu mengintimidasi dan bertindak semaunya. Jadi, Afsana pikir lebih baik Diaz menjadi kecil terus agar dia mudah merawatnya. Jujur saja, saat Diaz berubah menjadi dewasa Afsana begitu berdebar apalagi Diaz dewasa suka sekali menakut-nakutinya. Tapi, memikirkan jika Diaz tidak bisa kembali normal membuat Afsana sedih, pasti hidup bersama kutukan sangat menyiksa diri.

"Bagaimana melepaskan kutukannya?" pikir Afsana.

...BERSAMBUNG......

Terpopuler

Comments

Anramu

Anramu

astagaa cebol😭

2024-03-03

0

cella_cuteee

cella_cuteee

apa afsana adalah kunci utk diaz melepas kutukan itu?

2021-06-14

0

Vinna Fy

Vinna Fy

tak kasijmh jempol yang banyak,,semangat berkarya ya thooorrrr

2021-04-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!