Perputaran Nasib

Perputaran Nasib

Surat dari kerajaan

...SELAMAT MEMBACA...

Afsana Benazir menerima surat dari kerajaan, hanya dia satu-satunya wanita yang menerima surat berisikan untuk merawat pangeran, dari sekian banyaknya wanita yang dikirimkan lamaran hanya Afsana yang menerimanya. Hal ini disebabkan karena Pangeran kedua dirumorkan terkena kutukan dan terlihat buruk.

"Jagalah pangeran," kata Bramas, ayah Afsana sekaligus tangan kanan kaisar.

Afsana mengangguk dan dia telah siap berangkat menuju kastil pangeran kedua. Sebelum pergi dia memeluk ayahnya begitu erat, sungguh berat meninggalkan ayahnya sendirian namun, Afsana harus pergi.

Selama perjalanan, banyak yang dia pikirkan. Mulai dari seperti apa wajah pangeran kedua, sifatnya serta apakah benar bahwa pangeran kedua memiliki perilaku yang buruk.

"Nona, kita sudah sampai," kata Kusir tersebut.

Pelayan yang ikut bersama Afsana langsung membuka pintu kereta dan meletakkan pijakan untuk Afsana turun.

Kastil itu menjulang sangat tinggi, begitu kokoh dan damai. Afsana membiarkan orang-orang yang berasal dari dalam kastil membawa barangnya masuk sedangkan Afsana mengedarkan pandangannya hingga akhirnya tatapannya jatuh ke arah jendela. Seorang pria berdiri sambil menatapnya dari dalam jendela, hanya sepersekian detik mereka bertatap sebelum akhinya pria itu menutup gorden jendela dengan kasar.

"Nona, mari saya antarkan ke kamar," kata seorang wanita.

Afsana tersadar kemudian mengangguk.

Dia melewati lorong panjang yang gelap, di luar tiba-tiba hujan deras dan suara guntur memekakan telinga, kilat menakutkan selalu melintas terlebih lagi pencahayaan cukup minim. Kastil ini begitu suram saat kita memasukinya.

"Di mana ruangan Pangeran?" tanya Afsana.

Pelayan tersebut menunjukkan ekspresi agak takut saat Afsana bertanya.

"Pangeran mungkin sedang tertidur, anda bisa membersihkan diri terlebih dahulu dan merapikan barang," katanya diakhiri senyum sopan.

Afsana mengangguk kemudian dia memasuki kamarnya dan menyusun barang bawaannya.

"Nona bisa beristirahat terlebih dahulu sebelum bertemu dengan pangeran besok pagi."

"Baiklah."

...****...

Hujan masih turun dengan derasnya dan Afsana tidak bisa tidur sama sekali. Akhirnya dia memutuskan untuk keluar dari kamarnya dan berjalan-jalan di lorong yang gelap dengan lampu yang dia pegang sebagai penerang jalan.

Uhuk! Uhuk!

Afsana menghentikan langkahnya saat mendengar suara batuk. Dia mengikuti sumber suara dan berhenti di depan pintu yang cukup besar.

"Tidak dikunci," kata Afsana kemudian masuk ke dalam ruangan tersebut.

Afsana langsung mengerutkan hidungnya, bau tidak sedap memenuhi ruangan tersebut.

"Siapa yang mengijinkanmu masuk ke dalam kamarku?!"

Afsana tersentak mendengar seseorang bertanya dengan nada tinggi. Afsana meletakkan lampu minyaknya di sebuah meja kayu kemudian membulatkan matanya saat melihat bocah lelaki memeluk kedua lututnya, dia seperti ketakutan. Wajahnya tidak terlihat begitu jelas karena dia membenamkan sebagian wajahnya di lutut.

"Apakah dia pangeran kedua?"

Afsana mengabaikan pertanyaan itu dan memilih menghidupkan lampu kamar. Mata Afsana melebar sempurna saat melihat kondisi kamar ini serta pangeran kedua.

"Kau lancang!" Pangeran kedua berteriak lantang ke arah Afsana.

Afsana kini bisa melihat wajah pangeran kedua. Sebagian wajahnya bersisik seperti ular lalu di bawah matanya lumayan hitam, seperti orang kurang tidur. Jadi itu yang namanya kutukan, pikir Afsana.

Teriakan Pangeran tentu saja membangunkan para penghuni terutama para pelayan. Dan saat ini, mereka semua telah berdiri di depan pintu.

"Berani sekali kau masuk ke kamarku bahkan menatapku!"

Afsana tertegun kemudian dia mendekati pangeran kedua dan memeluknya dengan sangat erat. Tentunya hal itu membuat pangeran terkejut dan berusaha melepaskan dirinya.

"Nona, lepaskan Pangeran, anda bisa terkena dampak buruk," ujar salah seorang pelayan.

Mendengar hal itu, Afsana menatap para orang di depan pintu.

"Apakah begini cara kalian merawat seorang Pangeran?! Apakah ini layak disebut kamar?!"

Makanan dan alat makan yang sudah pecah berserakan di lantai, lalu sprei dan selimut terlihat begitu kotor dan juga kamar ini terlihat berdebu dan yang lebih memprihatinkannya lagi, Pangeran kedua begitu kurus dan tidak terawat, Afsana benar-benar murka. Mereka seperti memperlakukan pangeran layaknya hewan.

"Apa kau mengasihaniku? Lepaskan tanganmu dariku," kata Pangeran dengan tatapan tajam.

Afsana menautkan alisnya kemudian menangkup wajah pangeran dengan kedua tangannya. Dia memperhatikan sisik itu dengan lekat kemudian menggendong pangeran kedua yang begitu ringan.

Pangeran kedua yang bernama Diaz Esse Skotadi tersebut memberontak dalam gendongan Afsana.

"Pangeran, berhenti memberontak!" intrupsi Afsana sambil memukul bokong Diaz.

Hal tersebut membuat para penghuni terkejut sedangkan Diaz terbengong saat dirinya diperlakukan seperti anak kecil.

"Ganti semua kain di kamar ini, dan bersihkan juga, aku tidak bisa mentoleri jika kalian tidak melakukannya dengan baik dan cepat," kata Afsana kemudian membawa Diaz ke kamar mandi. Untungnya kamar mandi tidak terlihat kotor.

"Apa yang kau lakukan?!" Diaz merapatkan pakaiannya saat Afsana mencoba menanggalkannya.

"Anda harus mandi."

"Aku tidak mau!"

"Kalau begitu aku akan memaksa anda untuk mandi," kata Afsana kemudian membawa Diaz ke dalam air hangat yang sedikit demi sedikit mulai memenuhi bak mandi. Diaz menautkan alisnya, sepasang telinganya memerah saat Afsana berhasil membuka pakaiannya dan memandikannya di bak mandi. Usia Diaz adalah 20 tahun namun, tubuhnya seperti bocah berumur 8 tahun itu adalah kutukan, maka dari itu, Afsana pikir pangeran kedua masih anak-anak.

"Aku akan melaporkan hal ini pada Raja karena kau bertindak kurang ajar padaku," omel Diaz.

"Aku datang atas perintah Raja untuk merawat anda, jadi itu tidak akan membuatku takut," jawab Afsana.

Diaz mengepalkan tangannya. Saat itu juga, ada wanita yang dikirim ayahnya kemari namun, wanita itu justru memperlakukannya begitu buruk dan berkata "Kau pikir aku ingin merawatmu yang begitu menjijikkan? Aku hanya ingin mendapat hati keluarga kerajaan!" dan Diaz membuat wanita itu tidak bersuara lagi.

"Aku tidak menginginkannya! Lebih baik kau pergi!" kata Diaz.

"Anda lebih harum ketimbang tadi," komentar Afsana sambil mengguyur kepala Diaz yang usai dikeramas.

Sontak saja Diaz menjadi malu, dia diabaikan kemudian disindir. Wanita ini begitu berani padanya.

Diaz kini telah memakai pakaian yang rapi dan Afsana mengeringkan rambut Diaz dengan handuk.

"Apakah anda jauh lebih segar?" tanya Afsana.

Namun, dia tidak mendapatkan jawaban apapun sebab Diaz tertidur di pangkuannya. Afsana mengamati Diaz kemudian menatapnya dengan sendu.

"Dia begitu polos saat tertidur, pasti begitu sulit bertahan hidup dalam kondisi seperti itu," gumam Afsana.

"Ya, benar. Itu sangat sulit," jawab Diaz.

Afsana melotot saat Diaz tiba-tiba terbangun, bukan hal itu saja, bahkan tubuh Diaz berbuah menjadi dewasa, tubuhnya begitu gagah.

Afsana sontak memukul wajah Diaz hingga ringisan lolos dari mulut Diaz.

"Tu-ubuhmu mengembang? Aku mengkhayal?" Afsana benar-benar tidak berkutik terlebih lagi Diaz langsung mengubah posisinya dengan menindih Afsana di bawahnya.

"Ini namanya kutukan," bisik Diaz.

...BERSAMBUNG......

Terpopuler

Comments

Rizky Anindiya

Rizky Anindiya

seru.baru baca udah dapet feel nya..keren👍

2024-03-04

0

Anramu

Anramu

"mengembang"😭☝️

2024-03-02

0

gaby

gaby

Baru gabung kak, aq penggemar novel time travel atau bertema kerajaan.

2024-03-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!