Pagi yang cerah membuat Ziya bisa melupakan sejenak masalah yang menghimpit hidupnya. Dia menghitung semua pekerjaan hari ini, mulai bersih bersih, masak, nyuci dan sekarang tinggallah mandi.
Ziya mengoleskan hand body lotion setelah mandi dan memakai cream di wajah. Setelah usai dengan semua ritualnya diapun melangkahkan kaki ke meja makan. Disana sudah ada Nabila dan ayahnya.
"Sarapan apaan ini? Nampak hanya nasi goreng saja, krupuk pun tak ada" Nabila memainkan sarapan nya dengan sendok.
"Nabila, syukuri saja rezeki yang kita dapat hari ini agar tambah berkah."
"Semua ini karena ayah, kenapa ayah harus bangkrut sekarang?" Ucapan Nabila terasa menyanyat hati Ardi. Ardi tak habis pikir, kenapa Nabila masih kekanak-kanakan walau usianya lebih tua dari Ziya.
"Kakak, semua sudah takdir Tuhan. Kita tidak bisa menolaknya. Kita harus iklas menjalani semua ini."
Nabila membanting sendoknya dan berlalu ke kamar. Ziya menggelengkan kepalanya tapi tangannya memegang erat tangan ayahnya memberi kekuatan.
"Ayah makan yang banyak, setelah ini minum obatnya" Ziya tersenyum, lalu mulai menyuapkan nasi kemulutnya dengan sendu.
"Hemmh enak sekali nasi goreng nya. Selain pinter meracik obat bu dokter juga pandai meracik bumbu ternyata rasanya pas dilidah. Ayah jadi pengen nambah"
"Ayah pinter banget mujinya. Ziya sampai melar ini loh membusung karna pujian ayah" Ziya menimpali pujian ayahnya, yang dianggap Ziya hanya sebagai basa basi. Padahal sebenarnya Ardi berkata jujur.
Tak berapa lama Ziya dan ayah hampir usai sarapan. Nabila keluar dengan baju casualnya tapi terlihat rapi dan elegan. Melambaikan tangan pada Ziya. Kode untuk mendekat.
"Dek Ziya aku minta uang" Itulah kelebihan Nabila, walau dia tak begitu dekat dengan adiknya,tapi tak pernah dia hanya sebut nama.Selalu diikuti kata dek. Ziya berusaha tenang menghadapi sikap kakaknya. Untuk saat ini dia harus banyak berhemat agar kebutuhan nya tercukupi.Tapi lihatlah kakak yang tak punya rasa tanggung jawab ini.
"Uang kita pas pas an kak? kakak mau kemana rapi begini?"
"Sudah cepetan,ada uang nggak aku buru buru nih"
"Sebantar kak,aku ambilin dulu".Ziya kekamar mengambil dompet.Dengan tak sabar Nabila merampas dompet Ziya dan mengambil semua uang didalamnya.
"Kak jangan semua...!!!
"Syuuuut! Nabila membungkam mulut adiknya.
"Berisik anak kecil, diam" Nabila melotot dan mengembalikan dompet Ziya. Nabila nampak celingukan mencari sosok ayahnya.
"Aku ada urusan yah, aku keluar sebentar ya".Owhh ternyata berpamitan.
"kaaak..! Ziya mengejar kakaknya sampai depan.Terlihat seorang yang pastinya pria memakai topi dan kaos oblong, tapi Ziya tak mampu menebak siapa orang nya. Nabila dengan santai dibonceng pria tersebut dan berlalu.
Ziya pun masuk kembali ke dalam rumah. Dilihatnya sang ayah yang semakin ringkih duduk perlahan di sofa yang mulai mengelupas kulitnya. Dia tiba tiba merasakan sesak didadanya. Matanya mulai sedikit buram dengan cekatan Ziya menyapu matanya, menghilangkan jejak air mata yang hampir jatuh.
"Ayah, kenapa tidak istirahat dikamar saja?" Seraya mendekat, lalu memijit mijitin pelan kaki ayahnya.
"Ayah ingin duduk duduk saja disini, adem" Tersenyum tulus.
"Ayah!, Ziya kemarin mendapat tawaran pekerjaan dari dokter Cahyono, kata beliau kekurangan tenaga medis di rumah sakitnya"
"Benarkah, wah itu sangat bagus. Semoga dapat berkah nak?" Membelai lembut rambut anaknya.
*Yanti lihatlah anakmu sekarang,sudah menjadi dokter seperti yang kau ucapakan saat kau menimangnya di waktu kecil.Tapi maafkan aku Yanti,aku gagal mendidik Nabila.
Kau selalu menegur saat aku memanjakan dirinya. Dan lihat kenyataannya kau selalu benar*.
Ardi memejamkan matanya, dan menghirup nafas mengenang saat saat kebersamaan nya dengan sang istri.
Kini senja mulai menghiasi langit yang sedikit mendung. Nampak ketiga penghuni rumah yang berdiam tanpa suara. Ardi memutar tasbihnya sesekali menghitung bacaan yang dia ucapkan tanpa suara. Nabila fokus pada hpnya. Sedangkan Ziya mengetik surat lamaran pekerjaan yang akan diserahkan pada RS Sebening Kasih besok pagi.
Tak berapa lama datanglah dua mobil mewah masuk ke halaman rumah. Ziya belum menutup pintu pagar.
Ketiga penghuni rumah otomatis saling pandang penuh selidik. Nabila melongok ke jendela.
"Mobil siapa itu ayah" Nabila penasaran.
Waoooow mobilnya keren banget,pasti pemiliknya kaya raya.
Sedangkan Ziya merasa was was takut bila itu pemilik uang yang dipinjam ayahnya.
Ardi walau nampak tenang ,tapi perasaan nya juga nampak tak enak.
Dua pemuda turun dari mobil diikuti dua orang lagi dengan baju kembaran. Sepertinya bodyguard.
Kedua orang tersebut nampak memperhatikan sekeliling, lalu berjalan santai kearah pintu yang kebetulan masih terbuka juga.
"Permisi ...!" Ucap salah satu pemuda, ya dia Rizal.
"Ah ya ada apa tuan" Nabila berdiri menjawab.
"Apakah benar ini rumah tuan Ardi?"
"Betul adakah yang bisa kami bantu? kali ini Ardi yang menjawab. Ziya masih berdiam diri menunggu reaksi apa selanjutnya dari orang orang dihadapan nya.
"Bolehkah kami masuk dulu?"
"Ah ya silahkan tuan tuan" Nabila menggerakkan tangan tanda memberi izin.
Lhoo ...bukankah dia pemuda yang waktu itu jatuh dari motor?"batin Ziya. Dia juga bisa melihat sorot mata tajam Aditya menatap kearahnya.
Ziya masih diam sibuk memikirkan apa yang harus dia lakukan, jika benar itu penagih hutang, apa yang mesti dia lakukan. Sedangkan uang pun hanya cukup untuk makan sehari hari itupun harus berhemat. Sebelum dia gajian kalau diterima bekerja.Masih kalau lho ya itu belum pasti.
"Dek buatin minuman sana untuk tamu kita" Nabila membuyarkan lamunan Ziya.
Ziya berlalu kedapur untuk membuat minuman. Dan dugaannya semakin diperkuat, setelah dia melihat dua orang diluar saja seperti berjaga jaga.
Jika mereka benar penagih hutang,aku harus mampu menyakinkan mereka untuk memberikan waktu labih lama lagi .Bukankah dia pernah aku tolong? Setidaknya berikan keringanan sebagai imbalan gtu. Ahhh bukankah kita harus iklas menolong sesama
"Ziya kini menyuguhkan tèh untuk para tamunya.
"Silahkan tuan" Tersenyum ramah.Tapi saat melihat manik mata Aditya ada rasa canggung dan juga takut.
"Langsung saja pada intinya tuan Ardi,saya sebagai asisten tuan Aditya." Menunjuk Aditya dengan sopan." Ingin menyampaikan bahwa kedatangan kami kesini untuk menagih hutang anda yang sudah jatuh tempo." Rizal berucap tanpa basa basi seperti preman rentenir.
Ardi semakin menekan dada detak jantung nya lebih kencang dari sebelumnya.Ardi mengambil nafas dalam dalam.
"Maaf tuan, tapi kami sudah tidak memiliki apapun lagi, berilah kami waktu lebih lama lagi tuan, kami akan berusaha membayar nya" Ziya mencoba bernegosiasi.
"Aku tidak mau tahu, itu sudah jadi kesepakatan kedua belah pihak.Mau tidak mau kau harus bayar sekarang, waktu empat tahun kukira bukan waktu yang singkat"
"Aku tau tuan, tapi..!berilah kami waktu lagi, agar bisa mendapatkan uang kembali." Ardi kini mencoba memohon.
"Mau sampai kapan ha..kukira waktu empat tahun sangatlah cukup untuk membayar,tapi nyatanya anda tidak membayarnya sedikitpun." Rizal suaranya mulai meninggi.
"Maafkan keteledoran saya tuan?" Ardi semakin meratapi nasibnya. Saat itu dimana dia dikhianati oleh bawahannya. Dan dia mengundurkan diri dari jabatan kepala sekolah. Bersamaan dengan meninggalnya sang istri karna kecelakaan.
"Maafkan ayah saya tuan,dan berbaiklah pada ayah saya, ayah saya pasti akan membayarnya." Ziya mengatupkan tangannya memohon.
Aditya melihat wajah sendu milik Ziya merasa iba.
"Baiklah, aku akan memberi kalian keringanan.Tapi dengan satu syarat?"
**Bersambung...
Wahh apa ya syaratnya...
Readers semua yang aku cintai mohon bantulah author dengan vote dan komen. Author siap menerima saran yang membangun.Terima kasih**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Mommy Gyo
up thor
2021-08-11
0
via vie
ntar dl thor... jadi critanya si aditya itu kaya?
d awal cerita koq dia cm boncengin adikny pake motor sih? ...
hellooo....😏
2021-04-01
0
Sekapuk Berduri
syarat apa tuh
2021-02-09
0