Dengan sangat hati hati, Denny membantu Aditya menaiki tangga. Sang tamu yang baru masuk pun menyapa dengan suara lantang.
"Halo apa kabar tante" Mendekati Maya." Apa kabar om Adtya" suara cempreng gadis itu sudah memenuhi ruang tamu. Denny menghindar bukan karena tak suka, tapi karna suara yang keluar dari gadis itu membuat tak nyaman.
"Ada apa Winda kamu kemari?" Iya dialah Winda tetangga juga teman kecil Aditya.
"Ini tante aku antar kue dari mama" Menyodorkan bingkisan pada Maya.
"Terima kasih Winda"
"Iya, sama sama tante.Tante kenapa semua menghindari Winda ya?"
"Ih kamu sehh kalau ngomong sedikit pelan gtu biar nggak sakit yang ngedengernya".
"Maaf tante, Winda kan nggak sengaja"
"Hehhh belajar lah dari sekarang Winda"
"Biar bisa merebut hatinya Aditya ya tante!kata mama seperti itu"
Maya mengambil nafas dalam dalam, nggak kebayang apa jadinya bila punya mantu suara cempreng seperti Winda. Bisa jadi rumah Tarzan bila itu terjadi. Maya bergidik membayangkan.
"Udah ya tante aku pulang dulu"
Alhamdulillah batin Maya.
"Iya Winda anak baik, terima kasih kuenya ya" Maya berucap sambil bersiap nutup telinga.
"Sama sama tante" Benarkan halilintar menyambar.
✓✓✓✓
π
Pagi kini telah tiba Ziya mengucek matanya pelan, karena terlalu letih dia tertidur hingga siang. Jam menunjukkan pukul 8 pagi. Kenapa tak ada yang membangun kan aku? pikir Ziya.
Diingatnya semalam kakaknya pulang jam 10 malam. Walaupun tidak terlihat mabuk,tapi Ziya mencium bau alkohol dari tubuh kakaknya. Ziya merasa prihatin, kepergian ibunya lima tahun lalu berdampak buruk bagi kakaknya. Nabila menjadi liar dan Ziya tau semua itu karena teman Nabila yang mempengaruhi nya.
"Pagi bik!" sapa Ziya pada bik Narsih yang sudah lama menjadi pembantu di rumah Ziya.
"Pagi non!" Ziya menatap sekeliling suasana sepertinya berbeda.
"Kemana semua orang bi?"
"Tuan pergi ke toko material neng, dan neng Nabila masih tidur"
"Baiklah saya mandi dulu bi" Entah kenapa pagi ini Ziya perasaan nya kurang enak.
Setelah mandi, saat turun dilihatnya sang ayah berbincang bincang dengan Dua orang,ada tamu rupanya. Batin Ziya.
Tapi Ziya menangkap wajah cemas ayahnya. Ketiga tamu Ardi (Ayah Ziya)pergi dengan membawa bungkusan yang menurut Ziya adalah uang.
Ziya berjalan mendekati ayahnya.Tapi belum sampai. Ada tamu lain lagi nampaknya lebih rapi dari yang sebelumnya. Ziya hanya memperhatikan dari tangga. Dari atas nampak juga Nabila yang sepertinya baru bangun tidur.
"Kakak sudah bangun ya.."
"hemmh"
"Apakah kakak semalam minum lagi"
"Diam kau anak kecil"
"Kaka kasihan ayah kak, yang selalu bersedih lihat kaka seperti ini!"
"Aku hanya bersenang senang,apa masalahnya"
Belum selesai berucap, Nabila ngelonyor pergi dengan menabrak bahu Ziya.
Sedangkan dari arah ruang tamu dilihatnya sang ayah terlihat tegang, berbicara dengan muka sedih. Beberapa kali sang ayah nampak memijat pelipisnya terduduk lemas seperti banyak beban. Ziya pun mendekati.
"Selamat pagi tuan tuan ada apa ini?
"Selamat pagi nona" seorang yang memakai jas tersebut berdiri dan mengulurkan tangannya." Kami dari pihak Bank nona.Tuan Ardi tidak mampu membayar pinjamannya kepada kami. Jadi hari ini terpaksa kami akan menyita rumah beserta isinya juga toko, silahkan anda keluar dari rumah ini sekarang juga nona"
Ziya terlihat syok dengan apa yang terjadi. Ziya menoleh pada ayahnya nampak Ardi hanya diam seperti kehilangan nyawa.
"Bila anda tak percaya ini surat buktinya nona'
Ziya menerima surat yang disodorkan pihak Bank. Ziya membacanya dengan cermat kakinya terasa lunglai dan lemas seketika.
"Silahkan kosongkan rumah ini sekarang juga, atau kami yang akan melakukannya dengan cara kami sendiri?"
"Tidaaaak, kalian tidak akan bisa mengusirku dari rumah ini." Nabila nampak histeris dan mencoba hendak menyakiti pihak Bank. Ziya mencoba menghalangi kakaknya.Dibantu oleh dua orang yang berbadan kekar.
"Kakak kita harus merapikan barang-barang kak, hutang ayah terlalu besar." Nabila malah melorot kelantai sedangkan ayahnya nampak semakin terpuruk.
"Maaf tuan tuan berikan kami waktu, kami akan segera keluar dari sini" Ziya bernegosiasi.
"Satu jam nona"
"Baik"
Ziya melihat sebentar kepada ayah dan kakak nya.Tak ada respon dari mereka.Akhirnya Ziya naik ke kamarnya membereskan baju baju dan beberapa barang berharga miliknya.
Lalu berjalan ke kamar sebelah membereskan barang barang kakaknya. Sang bibi datang membantu, dengan berurai air mata Ziya terus memebereskan baju ayahnya. Mengemasi barang barang berharga peninggalan ibunya juga.
Semua sudah berada dalam 5 koper besar. Pihak Bank masuk dan memastikan.Melihat koper koper itu petugas Bank memberikan kode untuk mengeluarkan koper dari dalam rumah.
Ziya menuruni tangga dengan langkah gontai. Setiap kenangan disudut rumah berputar di memory otaknya. Nampak Nabila langsung bangkit dan menarik kopernya, tak rela jika harus melepas rumah yang ditempatinya sejak kecil.
Namun kekuatan kedua bodyguard pihak Bank jauh lebih kuat. Nabila terpelanting dan jatuh di teras rumah. Ziya berlari mengejar dan berusaha membantu kakaknya berdiri.
Sedangkan ayahnya nampak berdiri dan memegangi dadanya seperti menahan sakit.
"Ayah!" teriak Ziya.
Spontan ayahnya jatuh kelantai. Pak Agus pun datang dengan membantu setelah meletakkan tas yang mungkin isinya baju.
"Siapkan mobil pak kita bawa kerumah sakit"
"Maaf nona, tidak ada mobil lagi"
Ziya terpengarah mendengar ucapan Agus." Tadi siang sudah diambil oleh leasing neng".
"Telpon ambulan pak" Ziya berpikir cepat. Diusahakannya memberikan pertolongan pertama pada ayahnya tapi nihil ayahnya tak kunjung sadar.
"Bibi tolong amankan koper kami dan bila bisa carikan kontrakan ya bi. Aku akan kerumah sakit dulu, ini uangnya bi. Ziya menyodorkan sejumlah uang yang tersisa dari dompet dia dan ayahnya"
Saat ambulan datang orang dari pihak Bank juga selesai dengan tugasnya. Ziya juga melihat koper mereka sudah berada diluar gerbang. Sedangkan Nabila duduk disebelah Ziya tanpa berucap apapun,air matanya masih menetes. Ziya memegang bahu kakaknya mencoba menguatkan.
Padahal dia juga dalam keadaan kacau saat ini.
Ziya berjalan cepat mengikuti perawat membawa ayahnya ke UGD." Silahkan urus administrasi dulu nona" Ziya mengangguk dan beranjak ketempat pendaftaran. Nabila hanya diam diruang tunggu UGD.
Nabila sudah tau apa yang terjadi dengan ayahnya. Tapi dia bukannya membantu permasalahan yang dihadapi sang ayah malah menyalahkan. Nabila menganggap ayahnya gagal membahagiakan anaknya.
Ziya berlari lari ke tempat pendaftaran. Menyodorkan kartu, untung selama ini dia selalu menyisihkan uangnya, kemungkinan dia bisa bertahan untuk sementara waktu sebelum mendapatkan pekerjaan. Diapun tak berniat tanya pada kakaknya, tentang uang mengingat kakaknya yang selama ini egois dan suka hura hura.
Lama menunggu akhirnya kamar UGD terbuka. Tampak dokter pria keluar.
"Bagaimana keadaan ayah kami dokter?" Ziya memastikan kondisi ayahnya.
"Ayah anda mengalami penyumbatan pembuluh darah nona, hingga membuat jantung nya berhenti"
"Bagaimana keadaannya sekarang dok"
"Dia sudah siuman nona, dan akan kami pindahkan keruang rawat inap"
"Terima kasih dokter!"
happy readers semoga suka dengan cerita receh saya love you all
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
syafridawati
like fan fav mampir
2022-03-10
0
agungedi
Alhamdulillah sudah siuman
2021-06-27
0
@Hαиıтα 🍀⃝⃟💙
like thor buat kamu..👍👍
2021-06-20
0