Jatah Delon

Setelah suster yang mengambilkan alat kompres itu tiba, kini Alfy di bantu untuk mengompres kaki Jee. Tanpa terasa wanita hamil itu kini telah tertidur lelap lagi. Perjalanan yang panjang tentu membuat tubuhnya sangat merasakan lelah yang luar biasa karena keadaannya saat kini sedang hamil.

Alfy menatap senyum pada istrinya yang sangat pulas tidurnya. "Istri anda sangat cantik, Tuan.

Begitu terdengar pujian suster yang tengah memegangi kompresan itu. Alfy yang mendengarnya hanya mengangguk pelan. Yah hanya ekspresi itu saja yang bisa ia lakukan memangnya Alfy bisa melakukan apa lagi selain menjaga harga dirinya.

Cukup lama mereka mengurus kaki ibu hamil itu hingga akhirnya mulai membaik. Alfy meminta suster itu untuk keluar karena ia sudah bisa mengatasinya sendiri. Di kamar tinggallah Alfy yang terus memandangi wajah istrinya.

"Tuhan, terimakasih kau telah menghadirkan malaikat di hidupku, aku mohon satu saja Tuhan selamatkanlah anakku dan istriku nanti jangan biarkan hal yang kutakutkan akan terjadi lagi." gumam Alfy seraya menatap ke langit-langit kamar itu.

Ketakutannya beberapa tahun lalu masih terus menghantui fikiran pria itu sampai saat ini. Ia benar-benar tidak ingin jika Jee meninggalkannya seorang diri. Seumur hidupnya tentu Alfy tidak akan memaafkan dirinya jika sampai hal itu terjadi padanya.

Cukup lama pria itu terdiam meratapi ketakutannya sampai akhirnya rasa lelahnya menyerang tubuh pria itu, matanya seakan sudah tidak sanggup lagi menahan kantuknya. Pria itu merebahkan perlahan tubuhnya disamping Jee.

"Selamat istirahat istriku." ucapnya seraya mengec*p kening Jee lalu memeluk tubuh istrinya yang terasa mulai berisi.

Keduanya pun tertidur dengan lelapnya, sementara di luar rumah ibu hamil itu tampak satu mobil keluar beberapa orang yang berusia paruh baya. Para suster yang menyambut kedatangan setiap pasien di luar tampak memandang dengan wajah bingung.

Matanya tertuju pada perut dua wanita yang berdiri di depan mereka. Semua terlihat baik-baik saja dan perutnya masih tampak rata tidak ada menandakan ada yang hamil di antara mereka.

"Permisi Nyonya, kami antar ke dalam." Sambutan yang begitu ramah membuat Nyonya Flora dan Nyonya Syein tertawa terkekeh.

Semua menggeleng seakan kedatangan mereka seperti tengah membuat lelucon. Bagaimana tidak, mereka bisa melihat jelas raut wajah suster yang berusaha tersenyum ramah meskipun banyak rasa bingung di fikiran mereka.

"Maaf, bisa anda mengisi data yang sedang hamil Tuan?" tanya seorang wanita yang tengah berada di depan meja pendaftaran.

"Kami tidak ada yang hamil." jawab Nyonya Flora jujur.

Semua saling menatap bingung lalu keperlua apa mereka datang kemari jika tidak ada yang hamil, di tempat ini tidak melayani hal lain jika tidak berkaitan dengan kehamilan.

"Maaf Nyonya, jika tidak hamil apa anda bisa jelaskan tujuan anda kemari?" tanya dengan sopan.

"Kami hanya ingin menjaga anak kami yang sedang hamil di rumah ini." Tuan Reindra menjelaskan dengan cepat.

Wanita itu kembali tersenyum ramah meskipun kepalanya sedikit pusing menghadapi keluarga di depannya. "Maafkan kami Tuan, di sini penjagaan sudah sangat baik. Kami rasa tidak perlu satu keluarga dalam jumlah banyak seperti ini sampai datang kemari." jelasnya.

Tuan Reindra segera menyerahkan amplop tebal yang berisikan uang di atas meja. "Anggap saja saya menyewa kamar dengan harga lima kali lipat."

Wajah wanita itu tertegun seketika menelan kasar salivahnya melihat amplop tebal itu. Setelah lama akhirnya salah satu suster segera mengantarkan keluarga itu ke kamar mereka masing-masing.

"Pi, kenapa waktu Mami hamil tidak di bawa kesini saja sih?" Nyonya Flora tampak menatap sekeliling rumah yang seperti istana itu. Kepalanya mendangak seakan tidak percaya dengan bangunan semegah dan senyaman itu.

"Hehe kan Papi dulu tidak seganas Alfy Mi, jadi bayi kita baik-baik saja tidak perlu di jaga ketat seperti di sini kan." jelas Tuan Indrawan tersenyum.

"Iya Pah, Mamah juga kenapa tidak di bawa kesini tempatnya nyaman sekali?" lanjut Nyonya Syein yang melanjutkan pertanyaan Nyonya Flora.

Tuan Reindra tampak menggaruk kasar kepalanya, ia baru terfikir mengapa dulu ia tidak membawa istrinya ke tempat ini entahlah semua tidak terfikirkan sejauh saat ini.

"Yasudah nanti Papah bawa kesini lagi kalo Mamah hamil yah." sahut Tuan Reindra tertawa terkekeh.

"Ih Pah, Mamah kan sudah tua masa iya masih mau punya anak? kan kita sudah ada cucu tiga lagi." bantah Nyonya Syein yang memukul lengan suaminya lembut.

Akhirnya mereka pun menuju kamar dan segera beristirahat, sedangkan Jee yang tersadar melihat suaminya tertidur di sampingnya seketika menangis.

"Ada apa, Sayang?" Alfy yang kaget mendengar isak tangis Jee segera terbangun matanya terlihat sangat merah karena kelelahan.

"Hey, ada apa Sayang? mana yang sakit kau merasakan apa?" Alfy begitu terlihat panik.

"Aku tidak bisa melihatmu tidur." jawab Jee dengan manjanya.

"Hanya itu, Sayang?" Suara Alfy tidak percaya dengan jawaban istrinya.

Jee enggan menjawab dan lebih memilih untuk menganggukkan kepalanya perlahan. Melihat isyarat dari istrinya Alfy hanya menepuk jidatnya.

"Astaga memangnya ada apa jika aku tidur, Sayang?" tanyanya lagi.

"Kepalaku terasa pusing melihatmu tidur."

Alfy melongo tidak percaya mendengar ucapan Jee apa maksudnya Alfy tidak boleh tidur begitu. Kalau benar seperti itu lalu bagaimana bisa Alfy bertahan hidup dengan kelelahan yang harus menahan kantuknya. Astaga Jee mengapa hamilmu terus membuat suamimu menderita seperti itu sih.

Apa segitu bencinya anak kembarmu pada Ayahnya sampai setega itu menyiksa Ayahnya. Sungguh tiga anak yang durhaka kalian belum lahir saja sudah menyusahkan Ayahnya.

"Yasudah tidurlah aku akan duduk di sebelahmu, Sayang." ucap Alfy dengan senyuman yang berat.

Jee kembali menutup matanya perlahan sambil beberapa kali membuka matanya memastikan Alfy tetap melihatnya tertidur.

***

Di kediaman Syein Biglous tepatnya di rumah belakang, Delon yang tengah menghampiri istrinya yang bermain bersama Zidan mendaratkan kec*pan di kening Zeyra.

"Kau ingin aku buatkan minum?" tanya Zeyra ingin berdiri dari sofa namun tangan suaminya dengan cepat menahannya lalu kembali membuatnya terduduk.

"Aku ingin..." ucap Delon mengedipkan matanya.

Zeyra melotot melihat kode genit suaminya tangannya menyubit kecil paha Delon. "Jangan gila." ucapnya berbisik.

"Zidan main sama Papah dulu yah, Nak. Mamah buatin Zidan susu." ucap Zeyra yang beranjak dari sofa meninggalkan Delon bersama putranya.

Terlihat wajah cemberut Delon karena Zeyra tidak menuruti keinginannya. Seketika senyumannya muncul di bibir merah pria itu. Ia melangkah ke arah Zidan yang bermain mobil-mobilan di lantai.

"Anak Papah kok belum tidur sih?" Delon memeluk tubuh bocah kecil itu yang terasa gemuk.

"Jidan macih mau main, Pah." jawabnya tanpa menghiraukan Delon ia terus asik mendorong-dorong mobilannya.

"Zidan sayang, tidur yah." bujuk Delon yang tidak mau mengalah.

Zidan terus bermain tanpa mau menghiraukan ucapan Papahnya, sampai beberapa kali Delon terus memintanya untuk tidur. Namun jawaban sama sekali tidak ia dapatkan dari mulut bocah itu.

"Zidan, tidur ayo ada hantu. Papah takut ih."

Tanpa Delon sadari Zidan bukannya menurut perkataannya justru saat ini bocah itu menangis histeris karena ketakutan. Matanya ia tutup dengan kedua tangan mungilnya tanpa mau mendengarkan perkataan Delon lagi. Saat ini Delon yang memeluknya merasa bersalah telah menakuti anaknya.

"Ada apa ini? teriak Zeyra yang sangat panik mendengar tangis putranya.

Zidan segera meminta Zeyra untuk memeluknya, Delon menyuruh Zeyra mengantarnya ke kamar di ikuti dengan langkah pria itu.

"Zidan, ini susunya sayang." ucap lembut Zeyra.

"Jidan takut, Mah. Papah bilang ada antu."

Zeyra yang mendengar ucapan anaknya menatap ke arah Delon dengan wajah kesalnya. Delon hanya tersenyum kecil seakan menunjukkan wajahnya yang memang salah.

"Tidak ada hantu, Sayang. Di sini ada Mamah sama Papah aja kok." jelas Zeyra lembut sambil mengelus kepala Zidan dengan lembutnya. Cukup lama anak itu menikmati belaian Mamahnya sampai akhirnya kedua matanya pun terpejam.

"Dia sudah tidur?" tanya Delon yang memastikan putranya terlelap.

Zeyra tidak menjawab dan hanya menatapnya kesal. Setelah memastikan Zidan nyenyak tanpa menunggu persetujuan Delon dengan cepatnya menggendong paksa Zeyra dari kamar anak mereka menuju kamarnya.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Zeyra terus protes saat di jalan.

Delon yang tampak berwajah tak sabaran beberapa kali mengec*p bibir cerewert itu. "Menurut saja padaku, aku sudah tidak sabar menahannya."

Dengan kasarnya tubuh Zeyra segera ia hempas ke kasur dan langsung meindihnya tanpa ampun. Mata sendu Delon terlihat jelas kali ini. Zeyra sangat gelagapan melayani lum*tan bibir suaminya yang semakin dalam tanpa memberinya ruang bernafas. Delon tampak lebih rakus dari sebelumnya tangannya yang sudah menguasai dua benda padat milik Zeyra tampak begitu menikmati sesekali ia menjepitnya untuk mendapat suara desahan dari mulut istrinya.

Dan hal itu benar ia dapatkan Zeyra tampak menikmati permainan yang Delon berikan padanya kali ini. Nafas Zeyra terdengar memburu mengikuti gerakan naik turun dadanya yang terpampang nyata di hadapan suaminya saat ini. Hanya baju lah yang membatasi benda itu dengan wajah Delon.

Terpopuler

Comments

Erlina Khopiani

Erlina Khopiani

like

2020-12-14

0

ciber ara

ciber ara

senangnya ad s2 nya makasih thor

2020-12-08

2

Dewi Ws

Dewi Ws

Like .

2020-12-08

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!