Istri Seksi Milik Pengacara Tampan 2

Istri Seksi Milik Pengacara Tampan 2

Meninggalkan Indonesia

Alfy dan Jee yang baru saja bangun dari tidurnya merasa terganggu karena beberapa kali kamar mereka terdengar ada yang mengetuk dari luar. Dengan cepat Jee segera beranjak dari kasurnya melangkah ke arah pintu kamar itu.

"Ada apa, Pi?" tanyanya sembari mengusap-gusap wajahnya yang masih polos.

Tuan Indrawan tidak menjawab apa pun tangannya segera menyodorkan sebuah amplop putih padanya. Jee menerima dengan wajah penasaran.

"Apa ini, Papi?"

"Kemasi barang kalian, dan pergilah!" Suara Tuan Indrawan terdengan tegas.

"Maksud Papi, mengusi Jee begitu?"

Tuan Reindra yang tidak menjawab segera meninggalkan putrinya yang masih bertanya-tanya dan melihat tiket atas nama dirinya dan suaminya. Ia segera melangkah cepat dengan perut yang sudah semakin besa.

"Sayang, bangun!" Jee terus menggerak-gerakkan tubuh Alfy dan menatap terus tiket di tangannya.

"Em...ada apa sih?"

Rasanya masih sangat mengantuk Alfy bingung mengapa Jee tiba-tiba membangunkannya padahal selama kehamilan istrinya, Jee tahu Alfy tidak akan berangkat ke kantor pagi-pagi.

"Ayo cepat bangunlah. Papi memberikan tiket ini pada kita, aku tidak tahu mengapa tiba-tiba menyuruh kita pergi salah kita apa?"

Alfy yang terkejut mendengar ucapan istrinya segera terbangun dari tidurnya, tangannya segera merebut cepat tiket itu. "Hongkong? ada apa ini?" ucapnya penasaran.

"Sayang, tunggu sebentar yah. Aku akan bicara pada Papi dulu ada apa sebenarnya."

Jee yang menunggu suaminya di kamar memilih untuk segera mandi, sementara Alfy yang sudah berada di lantai bawah mendengar penjelasan mertuanya. Ia segera menyetujui perintah Tuan Indrawan, meskipun Nyonya Flora dan Nyonya Syein kurang setuju mengingat kandungan Jee sudah semakin besar rasanya sangat bahaya jika harus pergi jauh-jauh.

"Ingat Fy, jaga istrimu baik-baik jangan sampai terjadi sesuatu! jika tidak kepalamu akan Papi penggal hidup-hidup." ancam Tuan Indrawan dengan tegasnya.

"Iya Pi." jawab Alfy dengan cepatnya kemudian kembali melangkah ke kamarnya dengan wajah bahagia,

Sesampainya di kamar ia segera meminta Jee untuk bersiap pergi, Jee terus bertanya kemana mereka akan pergi dan apa yang terjadi.

"Sayang, ada apa sih? katakan padaku!"

"Kau mengapa diam saja? apa ada yang salah dariku tolong beritahu aku?" lanjut Jee yang tanpa henti bertanya membuat Alfy pusing.

"Cup." Suara kec*pan pada bibir cerewet itu mampu membungkam bibir seketika.

"Diam saja, percayakan pada suamimu ini dan lakukan apa yang aku perintahkan." Suara Alfy terdengar berat.

"Tap-" (Jee kembali tidak bisa mengatakan apa pun ketika bibirnya di tutup oleh jari telunjuk Alfy).

"Lakukan, atau kita akan sarapan yang mengerikkan pagi ini!"

Mendengar kata sarapan mengerikkan Jee merasa ketakutan dan akhirnya memilih diam tidak melanjutkan ucapannya. Dengan cepat ia mengemasih barang seperti yang Alfy perintahkan lalu mengganti pakaiannya sementara Alfy yang tengah duduk menatapnya dalam tidak mengatakan satu kata pun.

Jee menyadari tatapan suaminya, sayangnya ia tidak memiliki keberanian untuk bertanya lagi. Memilih penasaran atau ia akan merasakan kembali keganasan suaminya yang sudah lama tidak di lakukan. Alfy memang belakangan ini selalu melakukannya dengan sangat lembut karena takut jika istrinya kenapa-kenapa begitu juga dengan sang buah hati.

Jika sampai terjadi sesuatu pada kandungan Jee mungkin bukan penyakit lagi yang membunuh Tuan Reindra tapi Alfy sendiri yang akan membuat Tuan Reindra menutup usianya karena syok kehilangan calon cucu kesayangannya.

Setelah cukup lama mereka berada di kamar kini Alfy yang juga baru selesai membersihkan diri mulai berdiri di hadapan Jee dengan bertelanj*ng bulat. Mata Jee seketika membulat tak percaya ia tertegun melihat tingkah suaminya.

"Kau mengapa seperti itu?" tanya Jee dengan paniknya seraya menundukkan wajahnya.

"Aku ingin perlakukan aku seperti bayi juga." pintah Alfy yang tidak masuk di akan istrinya.

"Apa katamu, seperti bayi? kau sudah gila yah?" pekik Jee yang baru saja ingin beranjak dari hadapan Alfy namun seketika tubuhnya di tarik ke dalam pelukan Alfy yang masih belum menggunakan sehelai kain pun.

"Layani aku sebelum bayi kita lahir, kau pasti tidak akan bisa memberiku waktu lebih banyak." suara bisikan Alfy di iringi hembusan nafas di telinga Jee membuat seluruh darahnya mengalir seperti sangat deras.

Ada rasa geli yang menggugah hasrat Jee saat itu, matanya terlihat sendu merasakan sentuhan suaminya yang mulai mendekat, dan mendekatkan lagi wajahnya ke bagian telinga hingga ke leher jenjang istrinya. Alfy menyadari Jee yang mulai menikmati hal itu, keadaan keduanya masih terlihat menempel sempurna Alfy yang memeluk Jee erat kini semakin mengeratkan pelukan itu lagi.

Keduanya tampak menikmati suasana di kala itu, terlebih lagi Alfy yang tidak mengenakan apa pun begitu leluasa membuat Jee semakin merasakan rasa keinginan. Hembusan demi hembusan terus ia lancarkan di beberapa bagian leher istrinya.

Tanpa sadar Jee mulai mengeluarkan suara desahan kecil yang semakin membuat Alfy bersemangat melakukan lebih jauh lagi. Tangan pria itu mulai menelusuri dua benda padat di tubuh Jee yang terasa semakin berisi semenjak kehamilannya. Beberapa kali tangannya terus menekan bagian ujung dan terlihat tubuh Jee yang semakin menggeliat tak karuan karena ulah suaminya.

"Ayo, Sayang lakukan!" Suara berat bergemetar Jee terdengar pelan di telinga Alfy seakan meminta hal yang lebih jauh lagi.

Alfy dengan cepatnya segera membawa Jee ke atas kasur dan mereka melakukannya begitu penuh kenikmatan, Jee sangat puas dengan permainan suaminya sampai beberapa kali tubuhnya menegang tak karuan begitu pun dengan Alfy. Kini keduanya sudah mulai terbaring dengan wajah lelahnya, tapi mengingat jam penerbangan yang satu jam lagi akhirnya mereka segera bangun dan membersihkan diri kembali.

Setelah selesai kini Alfy dan Jee bersiap kemudian turun ke lantai bawah, di sana sudah terlihat keluarga yang tengah menunggu mereka untuk berangkat.

"Aunty mau temana cih?" Suara penasaran Zidan terdengar nyaring.

"Sayang, aunty harus istirahat sama dede bayinya yang di dalam perut jadi harus keluar dari sini." Suara lembut Zeyra seraya mengelus pipi tembem putranya.

Zidan segera berlari memeluk kedua kaki Jee, "Aunty, Zidan itut yah?"

Jee tertawa mendengar Zidan merengek padanya mengapa ia sangat menyukai tinggal bersama Jee dari pada bersama Mamah dan Papahnya.

Zeyra kembali membujuk putranya. "Zidan, kau tidak boleh ikut dengan aunty. Nanti dedek bayinya jadi tidak mau keluar kalau lihat Zidan merebut Ibunya kan?"

"Memangnya dedek bayinya bisa marahyah, Mah?" tanya Zidan dengan polos.

Zeyra tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Akhirnya Delon menggendong Zidan untuk mengajaknya bermain ke lapangan golf. Zidan pun menurut dan melepaskan pelukannya pada kaki Jee, sebelum kepergian Zidan ia mengec*p sekali kening bocah menggemaskan itu. Ada rasa berat meninggalkan Zidan tetapi Jee berfikir mungkin ia tidak akan lama perginya.

Meskipun sampai saat ini ia belum tahu kemana mereka akan pergi. Alfy dan keluarga belum memberitahunya. Ada pertanyaan dalam hatinya entah ini karena memang benar kehamilannya atau karena kesalahan yang mereka tidak sadari sehingga Tuan Indrawan menghukumnya lagi.

 

 

 

 

Terpopuler

Comments

Fii

Fii

apa gpp hamil bsar naik pswat

2021-11-23

0

Neng Yana

Neng Yana

hadir

2021-02-19

2

Agus Setyono

Agus Setyono

hadiiiiiiirrrrrrrrr

2021-01-12

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!