Makanan Kambing

Di kamar Zeyra yang tengah asik menikmati kekuatan goyangan Delon terus besuara memenuhi ruangan kamar itu. Keduanya tidak sadar dengan hadirnya dua pasang mata yang melangkah terus mendekat ke arahnya. Delon memang tidak sadar jika saat menggendong Zeyra ia sampai lupa untuk kembali menutup pintu kamarnya.

Sepasang mata itu semakin mendekat langkahnya seakan tengah mengintip-intip dan memperhatikan kepemilikan Delon dari belakang kedua orang itu. Matanya menyelinap penasaran melihat sesuatu di bawah sana terus bergoyang keluar masuk.

Seketika terdengar suara tepukan tangan, Delon langsung menghentikan gerakannya. "Zidan." Suara Zeyra yang terkjeut.

Keduanya segera berlari masuk ke dalam selimut. "Zidan ngapain?" tanya Delon.

Zidan hanya tertawa dengan tangan yang terus saling menepuk. Zeyra secepat mungkin segera memakai pakaiannya.

"Papah main kuda-kudaan yah sama Mamah? Zidan juga mau ikut dong." jawabnya dengan polos.

"Hus, Zidan tidak boleh, ayo ikut Mamah." ajak Zeyra yang sudah menggendong tubuh anaknya ke arah kamar Zidan. Sementara mata Zeyra melotot kesal pada Delon.

Sesampainya Zidan dan Zeyra di kamar Zeyra kembali menyuruh anaknya untuk tidur, namun Zidan yang merasa sudah tidak mengantuk sama  sekali hannya menggelengkan kepalanya.

"Mah, tadi Mamah main kuda-kudaan sama Papah kok Jidan nggak di ajakin cih?"

Zeyra kembali menghembuskan nafasnya kasar mendengar pertanyaan yang menyebalkan itu. Ia kembali membuat dirinya harus bisa menjawab dengan sabar.

"Zidan sayang, Mamah sama Papah tadi lagi olahraga buat orang dewasa. Jadi Zidan anak kecil tidak boleh ikut." jelas Zeyra dengan lembutnya sembari mengelus lembut rambut anaknya.

Zidan yang mendengar penjelasan Zeyra mengangguk pelan tanda mengerti. "Em...begitu yah Mah, berarti kalau Zidan sudah dewasa boleh yah ikut Mamah sama Papah olahraga begitu?"

"Astaga Zey, mengapa kau sangat bodoh sekali sih. Ini semua gara-gara Delon nih kenapa dia ceroboh sekali sih." umpat kesal Zeyra.

"Sudah ayo kita mandi sayang." ajak Zeyra menggendong Zidan agar bisa mengganti topik pembicaraan mereka.

***

"Astaga kemana dia?" Alfy yang panik melihat Jee tidak ada di sekitar kamarnya Segera ia pun berlari keluar. Alfy sangat takut jika Jee jauh darinya sedikit pun mengingat kandung istrinya yang sudah semakin besar di tambah lagi anak yang ada di dalam kandungan istrinya sangat banyak jika di bandingkan dengan ibu hamil pada umumnya.

"Ada apa, Tuan?" tanya seorang suster yang terkejut ketika melihat Alfy membuka ruangan senam.

Semua mendadak kaget dan menghentikan gerakan mereka. Alfy yang menatap satu persatu tidak menemukan istrinya di sana. Ia kembali berlari membuka pintu ruangan yang di dalamnya terdapat banyak ibu-ibu hamil tengah menari lembut. Alfy berlari kembali tanpa menutup pintu ruangan.

"Tuan, ada apa?" suster yang sedari tadi mengejar Alfy penasaran.

"Istri saya, istri saya dimana?" Alfy terdengar panik sambil beberapa kali mengguncang tubuh wanita di depannya.

"Istri anda, Tuan? dia ada di ruangan keluarga." jawabnya dengan menunjuk ke arah ruangan yang terbuka di dekat situ.

Alfy dengan cepatnya melangkah memasuki ruangan itu matanya terbelalak menatap seisi ruangan seperti mimpi. Tangannya beberapa kali ia usap kasar memastikan jika yang ada di depannya saat ini adalah keluarganya.

"Mamah, Papah, Mami, Papi." ucapnya pelan.

"Sayang, kau sudah bangun?" tanya Jee dengan tersenyum lebar segera menghampiri istrinya.

"Mereka..." ucapan Alfy menggantung seraya terus berusaha menyadarkan dirinya.

"Iya mereka ternyata semua juga ikut kesini hanya beda jam penerbangan katanya. Iya kan Mi?" tanya Jee meminta dukungan dari Nyonya Flora.

"Iya Fy, kau mau berapa lama berdiri di situ saja?" sahut Nyonya Flora tertawa.

Akhirnya Alfy melangkah bersama Jee mendekat ke arah orangtuanya. Mereka kini duduk di satu ruangan.

"Mah, bagaimana bisa kalian sampai di sini?"

Nyonya Syein tersenyum melirik ke arah suaminya. Seakan megatakan jika ini semua tentu ulah mereka dan sebagai istri tugasnya hanya menurut saja pada suami.

"Iya Fy, kami takut jika kalian berdua saja di sini Papah khawatir kau akan memakan istrimu setiap hari dan tentu berbahaya untuk ketiga cucu kami kan?" sambung Tuan Reindra yang sangat memahami putranya.

Alfy tertegun mendengar kejujuran Tuan Reindra. "Iya Pah, tapi jangan jujur begitu juga dong." bantah Alfy yang merasa malu di dengar mertuanya.

Semua tertawa mendengar ucapan Alfy yang menatap kesal dengan wajah baru bangunnya. "Nyonya Alfy, anda saatnya untuk mengikuti senam saat ini."

Suara seorang suster tengah membuka pintu dan membuat seisi ruangan menatapnya. "Oh iya, terimakasih." jawab Jee lembut.

"Kau tunggu di sini yah?" Jee yang baru akan beranjak tiba-tiba tertahan tangannya. Matanya kembali menatap suaminya.

"Aku akan pergi bersamamu." ucap Alfy.

"Tapi..." (ucapan Jee terpotong ketika mendengar suster menjawabnya).

"Baik Tuan, itu akan jauh lebih baik jika anda juga ikut bersama Nyonya." jawab suster dengan mempersilahkan keduanya.

Keduanya pun meninggalkan ruangan itu menuju ruangan senam khusus ibu hamil. Disana Alfy terus berada di belakang Jee untuk membantunya bergerak dan menahan tubuh istrinya dari belakang. Sama seperti yang di lakukan pasangan-pasangan lainnya. Setelah selesai sesi senam kini saatnya mereka bernyanyi mengikuti arahan di depan.

Alfy yang mendapat giliran bernyanyi dengan Jee merasa kaku. Matanya menatap tajam Jee seakan tidak terima jika harus melakukannya.

"Tuan ayo lakukan!" pintah suster itu.

Alfy hanya terdiam, Jee menyenggolnya agar menjawab. "Ah iya." jawab Alfy tanpa sengaja.

Tangannya mulai memegangi pinggang berisi istrinya, suaranya mulai terdengar membungkam sambil mengeluarkan nada nyanyian seakan mengeluarkan nyanyian dari lubuk hati yang paling dalam.

"Hem...hem...hemmmm...hem...hem." begitu terdengar dengan nada yang berbeda-beda.

Semua melongo tidak percaya begitu kah nyanyian dari pria tampan ini. Jee terus tertawa sambil memegangi perutnya tanpa bisa mengikuti gerakan dari lantunan lagu itu.

"Nyonya, ayo gerakkan tubuh anda." ucap suster itu.

"Baik, sus." jawab Jee yang menahan tawanya.

"Tuan, sampai kapan lagunya terganti?" tanya suster itu.

Alfy yang tersadar dengan pertanyaan itu melotot kesal. Namun terus ia mengeluarkan nyanyian khasnya itu meskipun sungguh tidak iklas rasanya menjadi bahan tertawaan.

"Hah...ini semua Papah lakukan untuk kalian bertiga. Awas kalian melawan sama Papah yah tidak akan Papah maafin." ancam Alfy dengan menatap ke arah perut buncit Jee.

Setelah beberapa lama momen lucu itu kini waktunya Jee untuk memakan bersama suaminya di pinggir danau yang indah itu. Keduanya tampak menikmati suasa sejuk yang terus meniup rambut keduanya. Jee tergiur dengan makanan Alfy.

"Eits...apa yang kau lakukan, Sayang?" Alfy mengetek tangan istrinya ketika ingin mengambil makanan di piringnya.

Jee cemberut seketika melihat reaksi suaminya. "Aku ingin itu." tunjuk Jee pada makanan berminyak penuh dengan bumbu pedas.

"Tidak, kau tidak boleh. Makanmu sebentar lagi akan datang." jawab Alfy.

Jee tersenyum seketika menepuk kedua tangannya ia sudah membayangkan makanan apa yang akan ia dapatkan di tempat mewah itu terlebih lagi hari ini ia sudah sangat menghabiskan tenaganya dengan banyaknya kegiatan.

"Selamat makan." Suara pelayan dengan ramahnya menyuguhkan piring di hadapan Jee. Wajah Jee seketika sedih saat melihat makanan yang kebanyakan berisi sayuran segar tanpa ada warna-warna bumbu di sana.

Pelayan itu pergi meninggalkan Alfy dan Jee yang menatap makanannya. Air mata Jee seketika jatuh menahan sakitnya hati melihat makanan yang di suguhkan.

"Hey, sayang. kau jangan menangis." ucap Alfy mengusap air mata istrinya.

"Aku tidak bisa makan seperti itu, Sayang. Itu makan kambing kata orang." jelas Jee terdengar sedih.

Alfy yang tidak tega tampak menoleh ke kiri dan ke kanan memastikan tidak ada orang yang melihat mereka. Tangannya dengan cepat menyodorkan sendok yang terlihat makanan lezat di sana. Jee tersenyum lebar dan langsung melahapnya cepat.

"Sudah yah makan lagi itu kau tidak boleh makan banyak-banyak." ucap Alfy.

Jee mengangguk senang akhirnya ia semangat menghabiskan makanannya setidaknya bumbu yang di sendokan pertama masih terasa di lidahnya kali ini.

Terpopuler

Comments

Maya Astuti

Maya Astuti

😄😄😄😄So sweet alfy ngerti banget sama istrinya,meskipun harus lihat situasi dlu

2021-08-15

0

ScarLet Shafa

ScarLet Shafa

alfy bener2 suami yg pengertian

2020-12-26

1

Erlina Khopiani

Erlina Khopiani

like...

2020-12-14

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!