Syahril baru selesai membenahi fitting lampu agar tepat di tengah ruangan. Widya dan Tya sibuk merapikan barang mereka. Rahma menyapu ruangan yang akan dipakai tidur. Sementara Retha dan Danu sibuk membuat kawat untuk menjemur pakaian. Bian tertidur pulas di bangku panjang teras rumah.
Retha menatap Bian dari kejauhan. Mengagumi wajah tampannya, dengan mata sipit dan hidung mancungnya. Serta bibir tipis berwarna merah yang kontras dengan kulit putihnya. Bian tidak terlalu tinggi, tubuhnya tidak terlalu gemuk ataupun kurus. 'Pas dan idaman'. Pikir Retha
Ctak...
Kawat yang hendak dililitkan Danu pada sebuah kayu tak sengaja terlepas dan mengenai dahi Retha yang memegang ujungnya.
"Aduh. Dahi gue berdarah." ujar Retha memegang dahinya
Danu melompat turun dari kursi dan menghampiri Retha. "Sorry Tha. Aduh, Gue nggak sengaja. Lagian sih Lu megangin kawat matanya kemana-mana." balas Danu sambil meniup pelan luka Retha
"Lu duduk dulu. Gue beliin plester dulu." ujar Danu
"Udah nggak usah Dan. Gue nggak apa kok. Luka dikit doang." balas Retha mengusap dahinya
"Heh, itu kena kawat. Bahaya ntar kalau tetanus gimana? bolong tuh jidat." ujar Danu asal
"Ye doa Lu jelek. Au ah Gue pergi aja. Lu pasang aja sendiri tu jemuran. Males Gue." balas Retha sambil masuk ke dalam rumah.
Danu cekikikan sambil bergumam, "Makanya fokus. Nglihatin Bian mulu sih Lu."
Retha pun menghampiri Rahma. Dia ikut membantu membersihkan ruangan. Menyiapkan karpet untuk istirahat dan menatanya sedemikian mungkin agar nyaman untuk ditiduri. Rahma yang menyadari dahi Retha memerah pun memegangnya.
"Auw perih Ma. Masih baru ni luka main pegang-pegang aja." Ujar Retha kesal
"Kena apa sih tu jidat. Sampe berdarah gitu? Lu adu jidat ya sama Danu di depan?" olok Rahma
" Hih, enggaklah Ma. Gue kena kawat jemuran tu. Danu nggak fokus megangnya." jelas Retha.
"Heh Ma, Lu nggak cari makan. Kita-kita udah laper banget nih. Udah siang. Lu jadi bendahara nggak peka." protes Widya
"Iyaaa iya.. Gue juga baru kelar beres-beresnya. Lu tuh ngomel aja nggak lihat orang lagi apa. Dah ni Gue mau beli makanan."ujar Rahma
"Nih Gue ada jajan. Lu makan aja dulu." tawar Retha sambil mengeluarkan beberapa snack
"Harusnya dari tadi. Pelit banget Lu Tha." ujar Tya
"Yee udah dikasih masih aja ngomel. Dasar Lu ya emang ABG rempong." ujar Rahma
"Udah ah Ma. Ayo beli makan. Gue juga udah laper." ajak Retha
Retha mengambil jaket dan hendak meminjam motor Danu untuk membeli makanan. Sesampainya di teras...
"Dan pinjem motor ya." ujar Rahma
"Mau kemana?" tanya Bian yang baru bangun tidur.
Retha menatap Bian sekilas dan menunduk.
"Mau beli makan tuh anak-anak udah pada laper." ujar Rahma
"Gue aja yang beli. Dan ayok." ujar Bian
" Nah? beneran kalau Lu yang mau beli. Gue bisa tidur siang. hehe" ujar Rahma sambil menyerahkan beberapa lembar uang
Danu pun menurunkan motornya dari teras dan berboncengan mencari makan.
Retha kembali terdiam. Duduk di bangku panjang tempat Bian tidur dan mengingat momen saat dia tidur di punggung Bian. Kembali dia tersenyum sendiri. Asyik melamun dia tak menyadari bahwa Danu dan Bian sudah sampai dengan beberapa bungkus makanan.
"Woy." kaget Danu
Retha yang tersentak pun akhirnya terjungkal dari bangku. Kembali dia berbaring di lantai. Jatuh untuk kedua kalinya. Danu tertawa keras sampa mengundang beberapa temannya keluar.
"Ada apa sih?" tanya Syahril.
Syahril menoleh ke arah Retha dan bangku yang terbalik dan ikut tertawa. Disusul beberapa teman lainnya yang ikut tertwa menyaksikan kejadian itu.
Rahma pun berseloroh, "Lu kenapa ya? Hobi banget jatuh. Emang Lu bener-bener pengen bikin paha penyet apa? Udah kempes tu pantat Lu jatuh-jatuhin mulu. Asli nih Lu pulang nggak punya Pantat?"
Bian tersenyum mendengar teman-temannya. Melihat Retha yang cemberut sambil terduduk di lantai seolah paham perasaannya. Bian menghampiri Retha, mengulurkan tangannya.
"Ayo bangun. Lantainya kotor." ujar Bian
Retha mendongak. Dengan ragu tangannya mengulur. Menatap mata cokelat Bian yang meneduhkan membuatnya kembali berdebar. Dia jatuh dalam pesona Bian. Lagi dan lagi.
"Retha. Ayo bangun. Makanannya dah dateng nih." ujar Bian lagi karena Retha tak kunjung berdiri.
Retha pun bangkit dan menepuk-nepuk celananya. Mereka semua masuk dan menikmati nasi bungkus yang dibeli Danu.
Waktu berjalan cepat, tak terasa hari sudah menjelang malam. Dengan penerangan minim, mereka berkumpul untuk membahas rencana peninjauan besok.
Danu memimpin rapat dan membagi tim menjadi dua. Retha, Bian, Widya dan Syahril satu kelompok dan Danu, Rahma, Tya dan Asti satu kelompok. Seolah disengaja, kedua sahabatnya menjadikan Bian satu kelompok dengan Retha.
"Nah, besok Group Retha coba survei langsung ke masyarakat soal produk kita. Kalau tim Gue ngadakan event di kantor desa. Gue harap kalian semua bisa kerja sama yang baik ya. Ini demi kemajuan kantor kita. Mungkin ada yang mau ditanyakan?" ujar Danu
Diam. Tidak ada yang bicara kecuali Retha. "Gue tanya Dan, kapan makan malamnya? Gue udah lapar."
Sontak semua anak tertawa. "Gue suruh nanya soal kerjaan Retha. Kenapa Lu bahas makanan mulu sih." ujar Danu
"Iya nih,orang tadi Gue lihat, Lu udah makan jatah Asti karena dia nggak mood makan. Sekarang Lu udah laper aja. Karet kali ya perut Lu tu." seloroh Widya
"Hey, si Retha kan lagi masa pertumbuhan jadi wajar dia makannya banyak." ujar Rahma
Semua kembali tertawa.
"Ya udah kalau Lu laper. Ayo ikut Gue nyari makan." Ajak Bian
Retha pun terkejut. "Aku? Kamu ngajak aku?" tanyanya
"Iya Margaretha Nurcaya Putri. Lu kan tadi bilang Lu lapar. Ayo cari makan. Sekalian beliin makanan buat anak-anak." balas Bian tersenyum
"Berangkat sana Tha sama Bian. Nih duitnya." ujar Rahma menyerahkan uang pada sahabatnya.
Retha pun segera memakai jaket dan mengikuti Bian ke teras. Bian menyalakan mesin motornya. Retha naik dan sedikit memberi jarak.
"Jangan jauh-jauh. Pegangan Tha. Ntar Lu jatuh lagi. Lu tau kan jalanan disini kayak gimana?" ujar Bian
Seketika Retha memeluk erat Bian. Bian pun tersenyum dan menoleh. "Ya nggak kekencengan gitu juga pegangannya. Gue nya bisa mati nggak bisa nafas."
Retha kembali mundur. "Sorry sorry." balasnya kikuk
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments