Malam itu Retha mempersiapkan segala keperluannya. Pakaian, peralatan mandi dan juga membawa snack serta obat-obatan untuk persiapan. Retha juga membawa selimut dan baju hangat, mengingat dia akan berangkat dini hari yang memungkinkannya kedinginan di jalan. Retha memasukkan barangnya ke tas ransel besar miliknya. Tak lupa dia membawa serta boneka kecil pemberian orang tuanya dulu. Entah kenapa sampai sekarang Retha tidak bisa tidur tanpa bonekanya.
Kling.. Kling.. notifikasi ponselnya berbunyi
[Tha, Lu mau boncengan ma siapa?] ~Rahma
[Danu lah. Lu sama Bian] ~ Retha
[Knp? Bukannya Lu suka Bian. Mending Lu sama dia aja sambil membiasakan diri. 😁] ~Rahma
[Bisa mati konyol Gue gue gara-gara jantungan. Kemarin aja diboncengin udah keringetan Gua. Grogi.] ~Retha
[🤣 Udah deh, Lu nurut sama Gue. Gue pastiin kali ini Lu bisa deket sama dia. Jadi Lu harus boncengan ma Bian. Oke.] ~Rahma
[Ogah Ma. Lu kok maksa sih. Gue maunya sama Danu. Gue bisa salting nanti.] ~Retha
Tidak ada balasan. Retha melihat jam di ponselnya. 22.06. 'Pasti dah molor nih bocah.' Retha pun juga segera tidur. Dia tidak mau mengantuk di perjalanan sehingga akhirnya tertidur saat dibonceng.
Suara sepeda motor berhenti tepat di depan rumah Tante Retha. Retha segera berpamitan pada tantenya dan menghampiri Danu. Dia sengaja minta tolong Danu untuk menjemputnya karena dia takut bersepeda malam-malam.
Danu pun melajukan motornya dengan kecepatan sedang.
"Tha, Lu sama Bian ya ntar." ujar Danu
"Lah kenapa? Nggak ah. Kok Lu sama Rahma nyuruh Gue boncengan sama Bian sih. Lu kan tau gue suka sama dia. Gue takut kalau ntar Gue kedinginan trus peluk-peluk dia ntar dianya ilfeel ma Gue." protes Retha
"Tapi Lu seneng kan Tha kalau bisa deket sama dia?" tanya Danu.
"Seneng sih seneng tapi Gue malu juga kalau deket dia terus. Lu tau kan Gue nggak cantik. Gue malu boncengan ma dia. Kesannya kayak si tampan dan si buruk rupa." ujar Retha
Danu tertawa. "Bagus dong, romantis berarti." goda Danu
Retha yang kesal mencubit kecil pinggang Danu.
"Sakit Tha. Lu ma mainnya kasar. Nyubit-nyubit mulu." komentar Danu
" Salah sendiri Lu godain gue mulu." ujar Retha.
Setiba di kantor anggota tim yang lain sudah berkumpul. Termasuk Bian dengan motor bebeknya. Rahma sudah berdiri di depan gerbang sambil membawa dua tas besar. Retha turun dari motor dan menghampirinya.
"Ma, Gue sama Danu ya. Gue bawain deh barang-barang Lu." rayu Retha
Rahma menggeleng. "No no no. Gue mau sama Danu. Cause Gue mau mampir-mampir. Lu kan tau Gue yang dipercaya bawa keuangan. Jadi kebutuhan Lu semua tanggung jawab Gue. So Gue harus boncengan sama ketua."
"Aduh Ma, Lu ngertiin Gue dikit napa." balas Retha memelas
"Tha, emang kenapa sih? Lu nggak mau Gue bonceng. Atau Lu malu naik motor biasa gini?" tanya Bian tiba-tiba.
Retha menoleh. "Em bukan gitu An. Cuma.. Aku.. aku takut kalau mabuk aja. Kan kita naik motor malem-malem trus dingin. Kalau aku muntah gimana." ujar Retha beralasan
Bian tersenyum "Nggak apa-apa nanti kita berhenti bentar kalau Lu mau muntah. Gue jalannya nggak ngebut kok."
"Tuh, dengerin. Gue udah jelasin Lu ma nggak mau ngerti sih." imbuh Rahma sambil tersenyum jahil
Retha menghela nafas.
"Udah ayo naik. Keburu telat ntar sampe sana kesiangan." ajak Bian
Retha pun naik ke motor Bian. Begitu pula Rahma naik ke motor Danu.
"Pegangan Tha. Takutnya Lu masih ngantuk. Ntar jatuh lagi." ujar Bian
Retha tersenyum. Tangannya perlahan menyentuh pinggang Bian. Jantungnya berdebar lagi. Selalu seperti ini setiap dekat dengan Bian. Bian pun mulai berkendara. Langit malam tak menyurutkan mereka untuk mencapai tujuannya.
Angin malam yang begitu dingin membuat Retha sedikit menggigil. Tanpa sadar Retha merapatkan pegangannya.
"Lu kedinginan Tha?" tanya Bian.
"I...iyaa An. Dii.. ngin Bangeet" balas Retha gemetar.
Bian menghentikan motornya sejenak. Melepas jaket tebalnya dan memberikannya pada Retha.
"Pakai ini. Biar nggak kedinginan." ujar Bian
"Nggak An. Ntar.. kamu masuk angin. Ini pegunungan loh An. Aku.. nggak apa kok." tolak Retha
"Udah pake aja. Gue kan cowok. Udah biasa. Lu pake sekarang. Ntar kita ketinggalan loh." ujar Bian
Retha memakai jaket yang diberikan Bian. 'Hangat' pikirnya. Aroma segar tercium di hidungnya. Parfum Bian. Tanpa sadar, Retha memeluk Bian. Berusaha membagi hangatnya jaket yang dia pake dengan Bian. Bian yang merasa dipeluk erat, ikut menggenggam telapak tangan Retha. Retha pun terlelap.
Bian yang tau Retha tertidur mengurangi laju kendaraannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments