Bab 2

Hari ini setelah pemakaman selesai, aku berjalan lemas keluar dari area pemakaman. Reno memapahku, sambil menyabarkan ku yang masih terus terisak sambil menyebut Nenek.

Meskipun aku mengenalnya hanya sebatas nama dan dia orang kepercayaan nenek untuk menghandle perusahaan keluargaku, tapi aku cukup merasa nyaman di sampingnya.

Aku turun dari mobil dibantu Reno, karna memang badanku terasa sangat lemas. Aku melihat om arya sahabat orang tuaku, menghampiri kami ketika sampai diteras rumah.

"Reno kamu terus disini jagain rasty seperti amanah dari nenek" Ucap om arya sambil menepuk pundak Reno.

"Iya pa" ucapnya tersenyum

Aku yang mendengar ucapan reno menyebut om arya dengan sebutan papa, sontak saja membuatku terkejut. Karna aku tidak mengetahui bahwa om arya memiliki dua anak.

Aku hanya mengetahui anak pertamanya, kak Listy yang usianya lima tahun di atasku. Om arya yang melihat ekspresi ku, saat melihatnya dengan mata membulat seolah tau aku sedang bertanya padanya.

Siapa reno dan mengapa reno menyebut nya papa, lalu dengan sigap om arya langsung menjelaskan.

"Rasty, ini anak kedua om, namanya Reno Aditya Prasetyo. Usia reno dua tahun diatas kamu. Saat om dan tante lisa buka cabang di Turky, ternyata saat itu pula tante lisa hamil Reno. Lalu om memutuskan untuk tinggal disana dan pulang ke Indonesia setelah tante lisa meninggal karena sakit.

Sebab itulah kamu tidak sempat kenal dengan reno, karna kami hanya membawa listy kemari, saat orang tuamu meninggal. Saat selesai kuliah, reno baru menyusul kemari dan sibuk mengurus perusahaan om" ucap om arya sambil tersenyum menjelaskan dengan singkat tentang reno.

" Oh, pantes" Ucapku yg sudah berdiri tegak tanpa dibantu reno saat mendengarkan penjelasan om arya.

"Okelah rasty, om pulang dulu selebihnya bisa kamu tanyakan langsung sama reno" Ucapnya tersenyum sambil mengusap kepalaku dan menatap reno masih dengan ekspresi yang sama.

Aku menganguk dan reno mengucapkan "Hati-Hati" kepada papanya yang sudah kuanggap seperti papaku juga.

Ketika masuk kedalam rumah, betapa terkejutnya aku melihat bik inah membawa sebuah tampah berisi bunga berbagai warna, ayam bakar, telur tiga butir dan kendi berasap.

Tercium bau yang cukup aneh, bau ini adalah bau menyan. Tak sama sepertiku, reno tidak terkejut melihat bik Inah membawa tampah itu hendak menaiki anak tangga. Namun langkahnya terhenti, ketika aku sedikit berteriak memanggil namanya.

" Bik, apa-apan bibik??" Tanyaku dengan nada heran bercampur kesal.

" Anu non, sudah mau magrib ini harus segera di letakan di balkon atas" ucap bik inah tertunduk takut.

" Apa?? untuk apa bik?? Buang sekarang!! " Bentak ku sambil menunjuk ke arah pintu.

" tidak boleh non. Nenek bilang ini harus tetap dikerjakan seperti biasa, kalau tidak non Rasty akan menghadapi masalah. " Ucap Bik Inah tetap sambil menatapku takut - takut.

Aku dan reno yang mendengar ucapan Bik Inah saling berpandangan

" Bik saya ini sudah besar, saya bisa jaga diri saya sendiri. Masalah itu memang akan selalu datang dan pergi, selama kita masih hidup di dunia ini " Ucapku lembut sambil tersenyum kepada Bik Inah meyakinkannya.

" Tapi non, ini masalah nya lain bukan seperti masalah biasa, bibik takut kalau non rasty kenapa-napa " ucapnya kembali meyakinkan rasty agar membiarkan nya menaruh tampah itu ke balkon atas.

Reno tampak mengerutkan dahinya ketika Bik Inah kembali berbicara.

"Bik, bibik percaya Tuhan?? ucapku sambil memegang pundak Bik Inah.

Bik Inah mengangguk cepat tanpa bersuara.

"Kalau gitu, bibik gak perlu takut bahwa semuanya sudah digariskan sang pencipta untuk kita." Ucapku sambil membimbing bik Inah berjalan ke arah pintu agar membuang sesaji aneh itu.

" Bibik bangga non rasty sudah sedewasa ini." ucapnya tersenyum pada saat ku didepan pintu.

"Masalah pula yang mengajarkan saya, agar bisa seperti sekarang ini. Jadi bibik gak perlu khawatir Insya Allah, saya tidak akan kenapa - kenapa. Yang penting bibik selalu berdoa yang terbaik buat saya." ucapku tersenyum sambil menghela nafas.

" Baik non, bibik buang dulu ini yaa non" ucap bik Inah lalu berjalan dengan wajah yang sedikit cemas aku, pun tersenyum sambil masuk kedalam menemui reno.

Perasaan merinding langsung menyergap bik inah saat membuang tampah berisi sajen di tong sampah halaman depan, seperti ada sosok yang mengawasinya.

Setelah membuang sajen itu, bik Inah menatap sekeliling halaman yang luas itu. Dia pun mengusap-usap tengkuknya yang semakin merinding.

Bik Inah berjalan menuju pintu utama dari rumah besar berwarna putih itu. Entah kenapa rumah itu kini terasa seperti diliputi hawa dingin yang tak biasa.

Terpopuler

Comments

Putri Minwa

Putri Minwa

lanjut

2023-03-21

0

Andhika Fauzan

Andhika Fauzan

mampir dulu...

2021-06-15

2

pasker rantau

pasker rantau

101

2021-04-14

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!