Bukan Mimpi Biasa
Hari ini, pagiku begitu terasa menyesakkan dada. Entah kenapa aku yang selalu menganggap semua keputusan ku benar, merasa hari ini adalah keputusan terbodoh yang pernah ku ambil.
Meninggalkan nenek yang ku punya satu-satu nya adalah kesalahan fatal bagiku, setelah mendengar kondisinya tak berdaya di salah satu Rumah Sakit di Jakarta.
Bukan tanpa alasan aku pergi meninggalkan wanita hebatku itu. Tetapi karena aku butuh waktu untuk sendiri, setelah dua kali mengalami kegagalan saat akan menikah.
Bukan pula seperti kisah cinta yang gagal pada umum nya, ditinggalkan karena ketahuan selingkuh atau tidak direstui orang tua.
Pernikahan ku gagal karena calon suamiku yang pertama harus meninggal saat seminggu akan melangsungkan pernikahan kami, tepatnya setelah selesai fitting baju pengantin.
Ketika aku menganggap ini adalah takdir dari sang maha Kuasa, aku bersusah payah mengobati hati yang luka karena kehilangan.
Akhirnya untuk kedua kalinya, aku kembali membuka hati itu pada pria yang begitu mencintaiku. Namun lagi-lagi takdir tak memihak ku.
Untuk kedua kalinya pula, calon suamiku harus meninggal saat akan menuju Gedung Pernikahan kami. Dimana tempat itu akan jadi saksi bersatunya dua keluarga besar.
Ketika sudah resah menunggu kehadiran calon suamiku yang sudah cukup terlambat. Saat itu pula polisi datang menghampiri nenek dan aku. Mereka mengabarkan, bahwa telah terjadi kecelakaan pada mobil pengantin yang dinaiki suami ku dan orang tua nya.
Kecelakaan itu mengakibatkan calon suamiku meninggal dan kedua orang tuanya kritis. Nenek ku wanita yang kuat. Sayangnya aku cukup lemah untuk menerima kenyataan dua kali gagal menikah, dikarenakan hal yang sama.
Semua yang melihat ku, mulai menatapku dengan tatapan sial. Mereka tidak salah, memang aku ini wanita pembawa sial. Wajar saja mereka berfikir seperti itu, karena pada kenyataan nya aku tidak bisa melawan apapun yang sudah terjadi.
Trauma cukup berat ku rasakan, sampai berhari-hari aku mengurung diri menyalahkan diriku.
Apakah aku tak pantas bahagia?
Apa aku ini kutukan bagi pasanganku?
Ada apa sebenarnya dengan semua ini?
Pertanyaan itu terus saja berputar dikepalaku.
Hingga aku memutuskan pergi ke Singapura dan tinggal di Apartment milik keluargaku. Perlahan-lahan luka batinku sembuh, membuat aku mulai kembali menerima keadaan dan pasrah pada Sang Pencipta untuk yang kesekian kalinya.
Lamunan ku buyar, saat pesawat mendaratkan rodanya di atas bumi pertiwiku. Dengan cepat aku melangkahkan kaki ku untuk menyelesaikan segala urusan di bandara dan segera keluar.
Disana sudah terlihat seorang supir keluargaku, tengah berdiri sambil menatap cemas ke arah kedatangan luar negri. Pak kardi yang melihat ku, segera melangkah cepat menuju mobil.
Butuh waktu kurang lebih satu jam untuk sampai di Rumah Sakit tempat nenekku dirawat. Sesampainya di depan pintu, aku terkejut melihat seorang lelaki yang tak jauh usianya dariku duduk di sofa dengan wajah lelah. Bahkan dia tidak menyadari aku di depan pintu karna matanya terpejam.
"Tok Tok Tok" ku ketuk pintu perlahan.
Ketika melihat ku, dia langsung bangkit dari posisi nya ke arahku dan menghampiri ku dengan cepat.
"Apakah kamu Rasty Anindia Herlambang? " tanya nya sambil menyebut lengkap namaku
Aku merespon ucapan nya dengan anggukan cepat.
" ohh syukurlah, ayo cepat nenekmu telah menantikanmu" ucapnya dengan ekspresi lega seolah begitu bersyukur.
Kami segera berjalan ke arah nenek ku yang telah dipasang berbagai alat medis penyambung kehidupan.
Aku langsung menggenggam tangan nenek ku dengan lembut, membuat air mataku langsung tumpah membasahi pipi. Lelaki itu tampak kembali menuju sofa, membiarkan ku menumpahkan segala rasa yang ada dihatiku.
"Nek, ini rasty udah datang, rasty janji gak akan kemana-mana lagi" ucapku sambil terisak
Namun tidak ada jawaban bahkan mencoba membuka matanya pun tidak.
"Nek bangun, bangun maafin rasti, bangun nek" berkali kali ku ucapkan kata bangun dan maaf, sampai akhirnya nenek mulai membuka matanya.
"Rasty" ucapnya dengan suara parau
Aku langsung menyambut antusias sambil tetap menggenggam tangan nenek.
"Nek ini rasty udah disini" ucapku sambil menghapus air mataku dan hanya ingin memperlihatkan kebahagiaan di wajah ku, karna ku tau nenek begitu tidak suka melihatku menangis.
"Rasty, jaga diri kamu baik-baik tetaplah bersama nak reno, dia akan menjaga mu" ucap nenek dengan susah payah.
Nenek seakan lupa, bahwa aku tidak akan dekat dengan lelaki manapun karna diriku ini wanita pembawa sial bagi mereka.
"Nek, nenek harus sembuh nanti rasty yang akan masak bubur buat makan nenek" Ucapku dengan bahagia.
Nenek berusaha tersenyum mendengar perkataanku.
"Rasty, hati-hati nak, dia akan datang untuk menganggumu" Ucap nenek semakin terbata.
Aku tetap diam tak ingin bertanya atau membantah, karna ini bukan waktu yang tepat. Lalu nenek mencoba berkata lagi walau begitu sulit baginya.
"Maafkan nenek, di lemari..."
titttt...
Tiba-tiba alat pendeteksi kehidupan itu berbunyi menandakan bahwa jantung nenek sudah berhenti seketika.
Lelaki itu langsung bangkit dari duduk nya mancari dokter, dan aku langsung menangis histeris sambil tetap menggenggam tangan nenek.
Note : Bantu Like ya kak 🙏🏻
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Putri Minwa
cerita yang bagus
2023-03-21
0
pasker rantau
mantap kk
hadir lagi
2021-04-08
1
Chyntia Rizky 🖋️
Yeay...seruuu
2021-01-08
3