.......
.......
.......
...HAPPY READING...
.......
.......
.......
Tak ada badai, tak ada hujan, setelah malam yang panjang itu, George selalu menempel bagaikan lem dengan Caitlin.
George bahkan tak pergi bekerja, dia mengutus Hasan mengurus perusahaannya selama dua hari ini, entah karena apa.
Caitlin yang tidak mengerti apapun hanya diam, dia juga tak mau bertanya takut salah dan dibentak tuannya itu.
"Caitlin, nanti kita..." George tidak melanjutkan kata-katanya, dia melirik kecil sekitar dapur yang diisi beberapa pelayan "Ehem... bisa pinjem Caitlin sebentar kan" Pelayan yang mendengar langsung shock, tidak biasanya tuan mereka meminta seperti itu, jika butuh langsung seret.
Mereka serempak mengangguk, mempersilahkan Caitlin untuk di bawa tuannya yang bersikap aneh mulai dari pagi.
Dengan senang hati, George menarik tangan Caitlin ke kamarnya.
George menutup pintu, tapi tidak menguncinya. Caitlin terdiam ingatannya tentang peringatan Hasan yang mengatakan bahwa tidak boleh masuk kamar George, Caitlin pun menatap George yang menarik tangannya untuk duduk di sofa.
"Maaf tuan, bukannya tuan tidak suka ada orang lain yang masuk ke kamar tuan?" Caitlin bertanya sambil meremas jemarinya.
George terkesiap, dia juga bingung bahkan mereka sudah melakukan hal 'itu' di kamarnya bukan di kamar tamu yang biasanya dipakai George bersama mantan budak b j-nya yang lain.
"Em, siapa yang bilang begitu?" George balik bertanya sambil mengangkat alis.
"Pak Hasan tuan, saya dilarang masuk waktu itu, saat saya ingin memberi baju tuan" George menganggukkan kepala, dan mulai mengusap dagunya berpikir. Padahal dia sendiri yang mengerjai Caitlin waktu itu.
"Ya sudah, kalo kamu saya kecualikan, kamu bisa bebas keluar masuk kamar saya, tapi sekalian bersihkan juga" Jawab George enteng dan hanya dibalas anggukan kecil oleh Caitlin.
"Jadi saya mau ngajak kamu keluar rumah, kita belanja keperluan kamu nanti" George memandang wajah Caitlin dengan senyuman kecil.
"Ta-tap-pi_" belum selesai Caitlin berbicara, George langsung memotong ucapannya.
"Tidak ada tapi-tapian, saya sudah mengizinkan" sahut George lagi.
"Ya sudah ayo kita siap-siap" George bangkit berdiri, tetapi tiba-tiba aktivitasnya terhenti saat mendengar Caitlin berbicara.
"Tuan bisakah saya bertanya?" kepala Caitlin menunduk membuat George mendengus.
"Angkat kepalamu jika berbicara dengan orang lain Caitlin, saya tidak suka kamu seperti itu" dengan susah payah Caitlin mengangkat wajah menatap sayu wajah George.
"Baiklah tanyakan saja apa yang mau kamu tanyakan, supaya kita cepat pergi belanja" George kembali duduk dan menatap wajah sayu yang sangat cantik milik Caitlin.
"Umur tuan... berapa?" George tersenyum tipis, melihat wajah Caitlin yang memerah malu, meski gemas juga hanya bertanya umur harus pakai lama.
"Umur saya 28 tahun, belum tua-tua amat kok" jawaban George membuat pipi Caitlin semakin memerah ditambah senyuman George yang sangat mematikan.
"Masih ingin bertanya?" Caitlin memutar otak, apakah dia memang harus bertanya atau tidak, tapi dia benar-benar penasaran.
"Ehem... em saya ingin bertanya lagi tuan, em malam itu kenapa tuan mengatakan saya yang pertama? Dan maksudnya bayar itu apa tuan?" pertanyaan Caitlin keluar dengan sangat cepat, hanya satu kali tarikan nafas.
Caitlin bingung saat mengingat kata-kata George, karena yang Caitlin tau dari Bu Noni wanita paruh baya yang menjelaskannya, George sudah sering membawa wanita ke mansion ini dan berakhir di kamar tamu yang sedang dihuni Caitlin, dan menurut Caitlin mereka juga melakukan hal yang sama seperti yang terjadi semalam.
Wajah tampan George bersemu merah. George tersenyum lebar, meski hatinya berdesir ingin langsung menyambar bibir Caitlin *plak... mesum bener-_-
"Memang kamu yang pertama" jawab George lagi, membuat kerutan di dahi mulus Caitlin semakin kentara.
"I-iya maksudnya yang pertama bagaimana tuan, kalau saya sih memang tuan yang... per-ta-m-a" jawab Caitlin sambil menatap iris mata abu-abu milik si iblis George.
"Kamu yang pertama saya puaskan, yang pertama merasakan milik saya" Bisik George di dekat telinga Caitlin, membuat Caitlin menganga dan segera mengerjapkan matanya berkali-kali.
"Ma-mak-sudnya?" Caitlin masih tidak percaya, dia memang bukan manusia yang terlalu polos,tapi dia bingung, tidak mungkinkan Bu Noni berbohong, pikirnya.
"Mungkin kamu tidak percaya, seperti yang kamu tau, saya sudah sering membawa wanita ke rumah ini" Caitlin ingin bertanya lagi, darimana George tau bahwa dia mengetahui sifat buruk tuannya itu.
"Saya tau kok, karena saya liat kamu dekat dengan para pelayan saya" lanjut George seakan tau apa yang dipikirkan Caitlin.
"Saya selalu menempatkan setiap wanita yang saya pilih seperti kamu di dalam kamar tamu itu, dan tanpa pengecualian" Hati Caitlin seakan sakit, dia juga sadar bahwa dia hanya budak nafsu tuannya itu. Tapi, kenapa rasa sesak di hatinya?
"Tapi mereka hanya bekerja memuaskan saya, tanpa ada timbal balik seperti semalam, dan ya yang pertama saya puaskan dalam hidup saya adalah kamu, soalnya saya takut kena penyakit, kan manatau dia sudah pernah melakukan itu di luar sana, dan saya senang kamu belum pernah melakukan hal itu" Perkataan George membuat jantung Caitlin melompat, dia mematung dengan pompaan jantung yang semakin kuat.
"Mereka hanya melakukan °bj, hingga saya puas dan setelah pelepasan saya selalu meninggalkan mereka, seperti itulah setiap harinya, sampai saya bosan dan membuang mereka satu persatu" George menerawang mengingat beberapa wanita yang disentuhnya, teriakan wanita yang juga meminta lebih, yang diabaikan oleh George.
Caitlin semakin terdiam, dia sudah tau apa itu b j, karena tadi dia sudah mencarinya di google, dia meratapi nasibnya yang tidak masuk menjadi salah satu wanita itu. Andaikan dia hanya memuaskan tuannya tanpa di sentuh kembali, dia akan senang karena kembali dengan lengkap tanpa kekurangan.
"Makanya saya membisikkan bahwa kamu yang pertama." Lanjut George santai, tanpa memikirkan beberapa kalimat yang membuat luka di hati Caitlin.
Caitlin hanya menunduk, dia menjadi satu-satunya wanita yang tak beruntung, ia satu-satunya wanita yang kembali dengan kotor, ibarat pakaian dialah pakaian kotor yang tak dapat dibersihkan lagi meskipun memakai segala pembersih terbaik.
Menyadari wajah murung Caitlyn, George semakin bingung 'bukankah dengan dia yang pertama dia menjadi istimewa?' Pikirnya.
George menepuk bahu Caitlin pelan, membuat Caitlin tersadar dan langsung memandang satu tuannya.
"Bisakah kita pergi belanja sekarang?" George bertanya sambil menarik tangan Caitlin
"Kita pakai baju ini saja, pakaiannya masih layak kok."
Keduanya pun melangkah keluar kamar, memasuki halaman depan mansion, dan masuk ke dalam mobil di depan rumah itu.
Awalnya, Caitlin tidak mau duduk di samping George, tetapi dengan paksaan mengatakan bahwa dia bukan supir, akhirnya keduanya duduk bersebelahan, di kemudi dan jok penumpang di depan. Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing, satu memikirkan topik yang ingin dibahas, dan satu lagi meratapi nasib.
'Nasib... nasib...'
.......
.......
...🌼...
.......
.......
Sesampainya di pusat pembelanjaan terbesar di kota, keduanya keluar dari mobil yang sudah di parkir.
"Jika di luar jangan panggil saya tuan, panggil nama saya saja, dan ingat jalan jangan menunduk... mengerti?" Caitlin hanya mengangguk dan mulai menegakkan kepalanya, memandang orang-orang yang berlalu lalang, dia rindu suasana ini, biasanya sepulang kuliah dia akan berkumpul dengan teman-temannya di keramaian.
"Ayo..." saat beberapa langkah, Caitlin merasakan tangannya digenggam, menoleh ke kanan dia mendapati wajah tenang George.
"Em tuan, kenapa harus digenggam?" Caitlin bertanya dengan gugup, jantungnya berpacu dengan cepat, siapa saja pasti akan deg-degan jika di sentuh oleh pria tampan, apalagi pria tampan itu Chanyeol... *plak... abaikan-_-
George mengangkat alis, "Sudah aku bilang kan, jangan panggil aku tuan, jika di luar panggil nama saja" sahut George tanpa mengalihkan pandangan, tetap menatap lurus ke depan. George tak sadar, mulutnya sudah mengubah kata saya menjadi aku.
Caitlin pun kembali diam, dia mencoba terbiasa dengan genggaman hangat tangan tuannya.
Setelah berkeliling dan mengambil banyak pakaian dan segala keperluannya, yang menurut Caitlin sangat berlebihan karena sangat banyak dan bervariasi. Seperti baju dengan semua jenis, dress berbagai macam warna, celana berbagai jenis dan bentuk, sepatu, sendal rumah, sepatu berhak tinggi dan tas juga dibeli, entah untuk apa. Berbagai macam scincare dan alat make up, dan jangan lupakan berbagai keperluan wanita lainnya.
Bahkan barang-barangnya itu dibawa oleh George sendiri, George tidak mengizinkan Caitlin membawa belanjaan itu, entah siapa yang menjadi tuan dan budak sekarang.
"Kita makan dulu, aku sudah lapar" Caitlin mengangguk singkat dan mulai mengikuti tuannya. Setelah kenyang, keduanya memutuskan untuk pulang.
"George..." sapaan yang lumayan nyaring itu menghentikan aktivitas keduanya, George melirik singkat perempuan paruh baya di depannya. Wajahnya mengeras, dia tidak suka dengan pertemuan itu.
"Maaf saya sibuk" jawab George datar, dan langsung masuk ke dalam mobil, meninggalkan wanita paruh baya itu.
Caitlin yang melihat perubahan wajah sang tuan, tidak berani bertanya pasalnya dia sempat melihat air mata keluar dari mata sang wanita paruh baya.
'Mungkin itu privasi...'
.......
.......
...*To be continued...
.......
.......
.......
^^^*Btw lo pada dah tau kan apa^^^
^^^itu °bj |blow job|, Mon maap nih,^^^
^^^gue juga taunya dari gugel T_T^^^
^^^Biar nambah-nambah ilmu^^^
^^^tentang dunia^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
¡🐰<«Yury_An »>🐰¡
kek nya visual cowoknya Chanyeol😍
2021-08-09
2
Raina Zulaika
Love it 🤗
2021-08-09
0
Ratna Dewi Dewi
ehemmmm..jorssss,😂q trus keinget monyet sama tuannya yg baju kuning 😂😂😂
2021-07-17
7