Dengan tergesa-gesa Olivia masuk ke dalam rumahnya, bahkan ia tidak peduli lagi dengan mobil yang tidak terparkir rapi. Ia butuh penjelasan dari sang ayah sekarang juga, ayah sebelumnya tidak memberitahu bahwa calon suaminya ini masih remaja dan jauh dari kata dewasa, sikap menyebalkannya juga sungguh membuat Olivia sangat kesal kepadanya.
"Ayah!!" teriaknya kencang.
Mulai sekarang Olivia bisa di kategorikan sebagai anak durhaka, beberapa kali ia memanggil ayahnya dengan nada meninggi hingga mengejutkan ayahnya yang sedang santai akan menyuruput kopi, minuman itu hampir tumpah dibuatnya, beruntung gerakan refleks ayah cepat sehingga tak setetes pun kopi itu mengenai tubuhnya. Olivia melangkahkan kakinya dan menghentakkannya beberapa kali, kini ia berada di hadapan ayahnya.
"Ada apa putri kesayangan ayah?" tanya ayah bersikap manis, dia tahu Olivia pasti akan mengamuk setelah bertemu dengan calon suaminya.
"Ayah kenapa tidak bilang kalau lelaki yang di jodohkan denganku itu ternyata masih anak kecil?" sorot mata Olivia menyelidik.
"Tenang sayang duduklah dulu, kita bicara sambil minum kopi. Bagaimana mau?" ayah menyodorkan kopi hitamnya pada Olivia.
"Tidak! aku ingin mendengar penjelasan ayah sekarang juga, lagipula aku tidak mau kopi hitam. Aku mau kopi susu" ayah terkekeh mendengarnya, meski marah Olivia tetap terlihat lucu.
"Bu tolong buatkan kopi untuk Olivia" teriak ayah pada istrinya. Selama mengalami kebangkrutan keluarga Olivia tak dapat membayar gaji pelayan akhirnya ibulah yang menghandle semua keperluan keluarga.
"Ayah kenapa menjodohkan aku dengan lelaki yang masih bocah? bahkan tinggi badan kami cukup mencolok, sikapnya juga. Eeerrrr" Olivia bercerita sambil mengangkat kedua bahunya. "Sikapnya sangat sangat sangat sangat sangat menyebalkan, aku tidak suka" ia memajukan bibirnya sambil menjatuhkan dirinya duduk di kursi samping ayah.
"Benarkah? setahu ayah dia anak yang baik, kalau masalah tinggi badan nanti juga dia akan tumbuh, tunggu saja" ucap ayah menenangkan.
"Iya saat dia tumbuh nanti aku keburu menjadi perawan tua" timpalnya masih ketus dan tak terima.
"Tidak, ayah rasa kamu akan awet muda. Lihat saja ibumu walaupun sudah tua tapi menurut ayah dia masih terlihat seperti baru berusia 20 tahun. . ditambah 20 tahun. Hahaha" ayah meledek ibu.
"Ayyyaaahhh!!" tegur ibu datang dengan membawa secangkir kopi sambil membelalakan matanya.
"Eh hanya bercanda istriku, tapi betul bagiku kamu masih terlihat abege, abege tua. Hahahaha" ayah masih jahil.
"Oh begitu, baiklah hari ini tidak ada jatah makan malam untuk ayah! abege tua ini tidak mau memasak" mendengar hal itu mimik wajah ayah seketika berubah memelas.
"Ampun sayang, iya aku minta maaf. Aku tidak akan meledekmu lagi jadi jangan lupa masak ya, kalau tidak makan malam nanti cacing-cacing di perutku akan berteriak terus membuatku tidak bisa tidur. Ayo cantik jangan marah ya" ayah memasang senyum manisnya, entahlah meski sudah berusia tua kedua orangtua Olivia memiliki sikap humoris yang sudah melekat pada tubuh dan tulangnya dan ibu selalu luluh jika ayah memanggilnya 'cantik'.
"Baiklah tapi jangan menghubungkan aku dengan topik pembicaraan kalian"
"Iya sayang" jawab ayah menurut, ibu kembali ke dapur sedangkan Olivia hanya bisa memicingkan matanya melihat interaksi konyol ayah dan ibunya.
"Ayah, kenapa ayah tidak menjodohkan aku dengan anak sulung keluarga Hutomo?" Olivia melanjutkan menuntaskan segala pertanyaan yang ada di benaknya.
"Maksudmu Daniel? dia sudah menikah Olivia"
"Oh" Olivia sedikit kecewa.
"Lalu bagaimana menurutmu?"
"Apanya?"
"Ya itu calon suamimu"
"Kami akan terlihat seperti adik kakak ayah, jika aku berjalan-jalan dengannya orang akan mengira aku sedang momong anak kecil"
"Sepertinya tidak buruk" ucap ayah enteng.
"Ayah!!"
"Hahahaha, maaf sayang tapi ayah rasa lama kelamaan kamu pasti akan menyukainya"
"Tidak! dia cebol ayah, bagaimana bisa aku menyukainya"
"Olivia kamu jangan menghinanya, jika nanti dia lebih tinggi darimu apa kamu masih akan memanggilnya cebol?" ayah menatap hangat putrinya.
"Saat dia tumbuh tinggi, aku akan jauh lebih tinggi"
"Tidak sayang, usiamu sudah cukup dewasa dan setahu ayah laki-laki lebih cepat tinggi di bandingkan perempuan" Olivia menjadi terdiam, laki-laki yang masih remaja memang akan terus bertambah tinggi tapi hal itu tidak merubah suasana hatinya. Ia masih sangat kesal pada ayah dan calon suaminya.
"Apa ayah tidak memikirkan umur kami yang berbeda jauh? aku 22 tahun sedangkan dia baru berumur 16 tahun"
"Cinta tidak mengenal umur sayang"
"Tapi aku tidak mencintainya"
"Belum, suatu hari pasti kamu akan jatuh cinta padanya. Ayah yakin"
"Tidak mau dan tidak akan pernah!!"
"Mau taruhan?" tawar ayah.
"Taruhan? taruhan apa?" Olivia menjadi penasaran.
"Jika selama satu tahun ini kamu tidak jatuh cinta padanya mari kita batalkan pernikahan ini. Bagaimana?"
"Ayah sebaiknya tidak membuat taruhan yang aneh-aneh tentang pernikahan" teriak ibu menimpali dari dalam.
Olivia sempat berpikir, tak ada salahnya bukan. Ia memang tidak menyukai calon suaminya.
"Baik, aku menerima tantangan ayah. Tidak peduli apa pun yang terjadi jika aku benar-benar tidak jatuh cinta padanya ayah tidak boleh memaksaku menikah dan jangan pura-pura sakit" Olivia memperingatkan.
"Siap, tapi jika kamu jatuh cinta padanya kalian harus segera menikah" Olivia menganggukan kepalanya mantap. Mereka berjabat tangan dan sepakat dengan taruhannya. Ibu pun menghampiri, dia hanya bisa menggelengkan kepalanya, anak dan ayahnya sama saja. Sama-sama konyol.
***
Olivia masih merahasiakan tentang calon suaminya pada teman-temannya, ia tidak ingin ditertawakan oleh Shada dan Clarisa. Olivia sedang bertemu Shada di sebuah taman, Clarisa tidak bisa ikut karena kesibukannya.
"Jadi bagaimana apa kamu sudah bertemu dengan calon suamimu Liv?" tanya Shada setelah cukup lama mereka bercengkrama.
"Belum" Olivia berbohong.
"Oh padahal aku sangat penasaran"
"Nanti saat acara pertunangan, kalian pasti akan bertemu dengannya"
"Iya sih, jadi kalian berencana untuk berpacaran dulu sebelum menikah?" tanya Shada sambil menyeruput minumannya.
"Begitulah" jawab Olivia singkat.
"Apa karena dia orang yang sangat sibuk?"
"I-iya"
"*Iya sibuk dengan sekolah dan lesnya" ucapnya dalam hat**i*.
"Oh dia pria yang sibuk ya, hati-hati loh nanti kalau sudah menikah dia akan jarang pulang" bayangan Shada calon suami Olivia itu adalah seorang CEO sesuai dengan dugaan Clarisa.
"Mana ada sekolah dan les yang bikin tidak pulang, hadeehhh"
"Aku juga nanti akan bekerja, biarlah dia sibuk dengan kegiatannya" kilah Olivia sambil tersenyum kikuk. Tiba-tiba saja ponselnya bergetar, ia melihat sejenak membuka layar ponselnya, sebuah panggilan dari nomor tak di kenal. Pikirnya hanya orang iseng saja, Olivia membiarkannya.
"Kenapa tidak di angkat?" tanya Shada memperhatikan.
"Nomor baru sepertinya orang iseng"
"Oh"
Namun ponselnya kembali bergetar, ini panggilan yang ketiga kalinya.
"Siapa sih!" Olivia mulai kesal.
"Lebih baik terima saja Liv, mungkin panggilan penting" saran Shada.
Olivia menggeser tombol hijau pada layar ponselnya.
"Halo" sapa Olivia.
"Hei kenapa daritadi tidak mengangkat teleponmu!!" teriak seseorang dari sana.
Refleks Olivia menjauhkan benda pipih itu dari telinganya. Ia tahu siapa penelpon ini.
"Kau! darimana kau bisa dapat nomor ponselku?"
"Itu tidak penting, besok kau harus ke rumahku. Ibuku ingin menemuimu"
"Lalu apa itu penting?"
"Sangat penting! ingat jangan membuat ibuku menunggu, tepat pukul 10 kau harus sudah berada di sini. Jangan sampai terlambat! Bye!!!"
Tuut Tuut Tuut
Panggilan itu berakhir, Olivia menatap kesal ponselnya. Belum selesai ia berbicara Rey sudah memutus sambungan teleponnya.
"Dasar tidak sopan!"
"Ada apa Olivia? sepertinya kamu sangat marah? siapa yang menelponmu?"
"Dia calon suamiku" ceplos Olivia lupa.
"Wah sekarang kalian sudah telpon-telponan ya" goda Shada.
"Ti-tidak kok, ini pertama kalinya dia menghubungiku"
"Jujurlah Olivia, kalian sudah bertemu kan?"
"Ummm anu anu. . akh! iya baiklah aku akan jujur. Sebenarnya Shada aku sudah bertemu dengannya"
"Lalu?" Shada ingin mendengar cerita sahabatnya.
"Cebol" itulah kata yang pertama keluar dari mulut Olivia membuat Shada mengerutkan dahinya.
"Shada kamu pasti akan mentertawakanku, calon suamiku ini ternyata masih berumur 16 tahun, aku dan dia sangat berbeda. Tinggi badan, sifat, ahhh" Olivia menghela napasnya namun reaksi Shada ternyata tak sesuai perkiraan.
"Ternyata cukup muda juga ya" Shada mengulas sebuah senyuman.
"Aku tidak habis pikir kenapa ayahku sampai hati menjodohkan aku dengan seorang anak kecil"
"Mungkin karena hanya dialah satu-satunya harapan ayahmu, jadi apa boleh buat kan" Shada memang selalu berpikiran positif.
"Kamu harus bertemu dengannya Shada, dia sangat menyebalkan. Aku membencinya sejak pertemuan pertama"
"Benci dan cinta hanya berbeda tipis Olivia"
"Tidak aku tidak akan jatuh cinta padanya, amit-amit" Olivia mengetuk kepalanya dengan kepalan tangannya
"Benarkah? aku tidak yakin" goda Shada.
"Kamu sama saja seperti ayahku" Olivia membalikkan pandangannya sambil mengerucutkan bibirnya, ngambek.
"Jangan marah Olivia" Shada menggoyang-goyangkan lengan sahabatnya.
"Jangan-jangan kamu adalah saudara kembar ayahku, kamu sangat membelanya, perkataan kalian sama"
"Kamu gila Olivia!!" mereka pun tertawa renyah bersama.
***
Semoga terhibur ya 💕
Maaf jika garing atau kurang menarik ✌
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Ninu3
novel lucu bagus lanjuuut baca
2025-01-13
0
Laila Molek
ihh.aku sukaaa..lucuuu..😁😁
2022-02-09
0
afrena
bbeuh ayah dan anak sama saja sama2 konyol dan kocak. kira gimana ya klu olivia benar jatuh cinta dg bocil🤣🤣🤣🤣
2022-01-24
0