Olivia mematung, seorang laki-laki yang ada di hadapannya membuatnya membelalakan mata seolah tak percaya. Pikirannya melayang, apa dia tidak salah lihat? apa dia tidak salah dengar? lelaki di hadapannya ini adalah tuan muda yang di maksud oleh pelayan juga sebagai calon suaminya yang sedari tadi telah di tungguinya. Awalnya ia sangat berharap akan merasakan jatuh cinta pada pandangan pertama, kini rasanya semua akan mustahil, jangankan jatuh cinta terpesona saja tidak. Olivia dapat memandang lelaki itu dengan pandangan yang mengarah ke bawah, tinggi badan mereka nampak mencolok, Olivia memiliki tinggi 165cm sedangkan lelaki di hadapannya memiliki tinggi sekitar 155cm.
"Ada apa dengan wajahmu? kenapa ekspresimu begitu?" tanyanya menyelidik memandang tajam seolah akan menerkam Olivia, dengan segera ia menggelengkan kepalanya.
"Aku hanya tidak percaya" jawabnya polos.
"Jangan bilang kalau kau mengharapkan aku memiliki tubuh yang tinggi dan dewasa!!" ucapnya sedikit kesal, merasa di remehkan oleh Olivia.
"Yah ucapanmu benar semua" Olivia kembali tidak menyaring perkataannya, semakin membuat lelaki di hadapannya bertambah marah.
"Batalkan saja jika kau tidak suka, kita tidak usah menikah lagipula aku juga tidak peduli dengan hal semacam itu" ucapnya acuh.
Mendengar perkataannya Olivia menjadi terdiam sejenak, Olivia tidak bisa begitu saja membatalkan pernikahan ini. Ia sudah berjanji dengan ayahnya, nasib perusahaan sangat penting bagi keluarganya, juga jika pernikahan ini batal mungkin ayahnya akan sangat syok dan kembali sakit.
"Aku tidak bisa membatalkan pernikahan ini" ucap Olivia lesu.
Lawan bicaranya ini kemudian menatapnya, dia memperhatikan calon istrinya tersebut lekat. Rambut hitam panjang terurai, mata berwarna cokelat gelap, kulit putih mulus, tubuhnya tinggi dan langsing. Ya penampilannya tidak buruk, dia merasa tidak keberatan pada Olivia, gadis yang usianya lebih tua ini masih terlihat polos.
"Akkhh kalau begitu kita jalani saja, perkenalkan namaku Raiden Hutomo, umurku 16 tahun, aku masih berstatus pelajar kelas 2 SMA" mendengar pernyataannya membuat Olivia kembali tercengang.
"Apa? masih SMA?"
"1 tahun lagi aku akan menjadi mahasiswa" lugasnya enteng.
"Alamaaaakkkk Brondong sekali Ciiinnn" Olivia menelan salivanya.
"Aku tadi sudah diberitahu oleh kedua orangtuaku jika calon istriku akan berkunjung ke rumah"
"Tung-tunggu dulu, kau tidak berpikir kita akan langsung menikah kan? ma-maksudku kau masih terlalu kecil"
"Aku tahu, aku masih seorang pelajar umurku belum matang untuk menikah"
"Jadi?"
"Ya kita hanya akan bertunangan sampai umurku cukup nanti dan benar-benar menikah"
Olivia menatapnya aneh, bagaimana seorang pelajar bisa berkomentar tentang pernikahan dengan mudahnya, seolah-olah menikah hanya sebuah permainan.
"Ada apa?" tanya Raiden dengan wajah datarnya.
"Aku rasa kau menyebalkan"
Raiden mengeryitkan dahinya, jika biasanya para perempuan akan memujinya tampan dan menyukainya. Kali ini tidak, setidaknya Olivia tidak seperti teman-teman SMA dan teman di tempat lesnya. Tentu saja karena dia lebih dewasa.
"Kalau sudah tidak ada keperluan lagi, pulanglah. Aku ingin beristirahat. Niatmu ke sini sudah terwujudkan? kita sudah bertemu" Raiden berbicara dengan acuh sambil berjalan menaiki sebuah tangga yang tak jauh darinya.
"Iissshhh tanpa kau bilang pun aku akan pulang!! dasar cebol!!" ucapan itu terulang lagi karena Olivia sangat kesal di buatnya.
"Kau!!" Raiden sempat menoleh sambil mengepalkan tangannya, dia melihat Olivia berjalan gusar berpamitan pada sang kakak yang hanya bisa mendengarkan obrolan mereka tanpa berkomentar sedikit pun.
Raiden melanjutkan langkah kakinya cepat kemudian dia berdiri di samping jendela menyingkap sedikit gorden yang menggantung di kamarnya, dia dapat melihat Olivia yang berjalan dan masuk ke dalam mobilnya, kendaraan roda empatnya itu melesat cepat keluar dari halaman rumahnya.
"Cukup menarik" Raiden tersenyum menyeringai.
"Siapa yang menarik? maksudmu calon istrimu itu?" sebuah suara terdengar mendekatinya. Raiden dengan segera menutup gorden tersebut dan membuka pakaian bagian atasnya.
"Mobilnya yang menarik" jawabnya mengalihkan.
"Ciihhh kakak dapat melihatnya, sepertinya kamu tertarik pada Olivia" Daniel tersenyum menggoda adiknya.
"Tidak, siapa juga yang tertarik pada gadis tua itu" Raiden mengambil sebuah handuk yang tergantung, dia berencana akan membersihkan tubuhnya yang lengket.
"Masih tidak mengaku, oia kakak sangat penasaran, apa kamu yakin Rey akan menerima perjodohan ini?" Rey adalah panggilan kecil untuk Raiden.
"Mau bagaimana lagi kak, kakak kan sudah menikah memangnya anak papa tersisa siapa lagi"
"Memangnya kamu tidak ingin menemukan sendiri calon istrimu?"
"Semua perempuan bagiku sama saja, akh sudahlah kak aku mau mandi" Rey mulai berjalan meninggalkan Daniel, dia memang sedikit tertutup jika mengenai masalah pribadinya.
"Ya sudah kalau begitu" Daniel melangkahkan kakinya menuju pintu keluar.
"Kak apa menyukai perempuan yang usianya lebih tua dari kita itu normal?" tanya Rey tiba-tiba, dia hanya memperlihatkan kepalanya saja dari balik tembok.
"Kamu tidak sakit jiwa kok, tenang saja" Daniel tersenyum manis.
"Jawabanmu tidak sesuai dengan pertanyaanku" Rey memasang wajah malas membuat Daniel malah tertawa.
"Rey kakak rasa kamu harus berolahraga mulai dari sekarang, kasihan jika Olivia harus menunduk jika ingin menciummu" Daniel memajukan bibirnya sambil menunduk meledeki adiknya namun sebuah gayung terlempar hampir mengenai kepalanya.
"Pergi sana!!" usirnya pada sang kakak.
"Apa tadi dia memanggilmu, cebol ya cebol"
Kali ini bukan hanya gayung yang terbang, sebuah sabun batang melayang menabrak tembok di sisi kanannya.
"Ampun maafkan aku cebol" Daniel masih tertawa namun kemudian dia berjalan sambil menutup pintu.
Melihat kakaknya yang sudah pergi, Rey akhirnya kembali dengan bertelanjang dada. Dia mengambil gayung dan sabunnya yang melayang tadi. Dia sempat berjalan melewati sebuah cermin besar dan berhenti sesaat memandangi tubuhnya.
Rey membalikkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri.
"Apa benar aku harus berolahraga?" Rey mengangkat kedua tangannya yang kurus, tak ada otot hanya sebuah kulit dan tulang. Dia menekan dan menarik kulit tangannya seolah itu akan menjadi otot namun begitu di lepaskan, hanya kulit dan tulang lagilah yang terlihat.
"Terlalu kurus, sepertinya memang harus, kalau begitu aku akan berolahraga tangan terlebih dahulu" sebelum mandi Rey memutuskan untuk berolahraga di dalam sana, dia mengangkat gayung berisi air penuh mengangkat dan menuangnya kembali ke dalam bak berkali-kali seraya menghitungnya. Konyol namun begitulah pemikiran lelaki yang masih berstatus murid SMA.
***
Olivia menginjak pedal gasnya cukup dalam, ia masih tidak mempercayai hal yang terjadi hari ini. Bagaimana sang ayah bisa menjodohkannya dengan si cebol? Olivia rasa ia harus secepatnya mendengar penjelasan yang sejelas-jelasnya dari ayah yang terkadang jahil itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
abdan syakura
angkat Barbel,Rey
pul up...
byk2 mkn kch pnjg..
🤣🤣🤣
2023-01-30
0
Anonymous
asli bikin ngakak,,aduh gusti,,udah brondong ,cebol pula lgi lengkap sudah iy oliv🤣🤣
2022-05-23
1
@shiha inayah
duh Oliv,,, km beneran di jodohin SM brondong,, anak kelas2 SMA ,,, baru 16th,,, hahaha,,, 🤭🤣🤭🤣🤭🤣🤭🤣 udah terima aja biar cebol jg ga apa² masih bisa tumbuh tinggi masih dlm masa pertumbuhan ..
2022-02-15
1