Bab 3

Gelap kini sudah mulai terang, gelap malam kini sudah berganti dengan terangnya siang. Sinar mentari yang cerah yang mulai terlihat malu-malu menampakkan sinarnya, namun sayang cerahnya mentari pagi ini tidak secerah hati Indah pagi ini.

Mata yang bengkak, berkantung kelihatan lelah bahkan masih ada sisa air mata yang masih membasahi pipi Indah. Entah apa yang ada di pikiran gadis itu yang tengah baru merasakan manisnya cinta.

Hari sudah semakin siang Indah sama sekali tidak ada niatan untuk bangun dari tidurnya.

TOK TOK TOK

Pintu kamar Indah ada yang mengetuk tapi Indah tidak peduli.

TOK TOK TOK

"Indah" terdengar suara Fatimah dari luar pintu karena tidak ada jawaban Fatimah memutuskan untuk membuka pintu.

Clek!..Pintu terbuka tampaklah Fatimah yang berdiri di depan pintu lalu mendekat ke arah tempat tidur Indah. Setelah mendekat Fatimah menarik napas cukup panjang, dia bingung harus bersikap bagaimana pada Putri tercintanya dia bingung harus menjelaskan dengan cara seperti apa.

"Indah sayang" panggil Ibu.

Fatimah tau kalau Indah sudah bangun dari tidurnya tapi masih memejamkan matanya,

Fatimah berjalan ke arah ranjang Indah dan duduk di ranjang Indah sambil membelai lembut Indah di luar selimut yang menutupi Putri tercintanya itu.

"Jangan diam saja Indah, semua bisa di bicarakan baik-baik" Fatimah berusaha membujuk Putrinya.

"Kenapa Bu?" Indah bukan mejawab pertanyaan Ibunya tapi malah kebali bertanya.

"Kenapa Ibu dan Ayah tidak mengerti perasaan Indah" tanya Indah kembali yang sudah berlinang air mata sambil wajahnya masih di bawah selimut, tapi Fatimah masih bisa mendengar dengan jelas bahwa anak kesayangannya itu sedang menagis.

Ibu menarik napasnya panjang dan menghembuskannya dengan kasar.

"Indah tolong dengarkan Ibu sekali ini saja sayang" Fatimah berusaha merayu Anaknya agar mendengarkan ucapannya.

Fatimah bingung barus bicara bagai mana agar anak kesayanganya mengerti tapi sepertinya Indah tidak merespon ucapan Fatimah.

"Indah" pangil Fatimah dengan penuh kasih sayang pada Anak sematawayangnya itu.

"Indah Ibu sangat sayang sama kamu, kamu anak Ibu satu-satunya, bukan karena hanya kamu anak satu-satunya Ibu lalu Ibu terlalu menyayangi kamu, bukan begitu nak." ucap Fatimah menarik napasnya dengan panjang dan kembali mebuangnya dengan kasar.

"Kamu tau sayang, tidak ada orang tua yang tidak menyayangi anaknya, semua orang tua di dunia ini ingin anaknya bahagia," Ibu mejeda ucapannya dan kembali melajutkanya berharap anaknya bisa mencerna kata- katanya dengan baik.

"Kamu tau Sayang, Ibu mengandungmu dengan sangat bahagia di hati Ibu. walau terkadang Ibu sakit Ibu menahan ke inginan Ibu untuk kamu yang masih di rahim Ibu. Agar Ibu tidak pergi bersama teman-teman Ibu bersenang-senang di luar sana kamu tau sayang itu demi kamu yang waktu itu masih di rahim Ibu.

"Ibu takut sangat takut sekali. Ibu tidak mau menyakiti kamu di dalam sana bila Ibu kelelahan" ucap Ibu yang sudah berlinang air mata.

"Ibu takut Nak, takut sekali kalau terjadi sesuatu pada buah cinta Ibu yang masih di rahim Ibu" Fatimah melihat Indah diam saja dirinya kembali melanjutkan kata-katanya.

"Ibu bahkan tidak bisa memakan nasi berhari-hari karena rasa mual yang Ibu rasakan, dan kamu tau Sayang perjuangan Ibu untuk mu belum berakhir sampai di situ".

"Ibu melahirkan kamu dengan berlinang air mata, bermandikan keringat dan menahan sakit yang sangat-sangat sakit, dan mempertaruhkan nyawa Ibu di antara hidup dan mati Sayang, untuk melahirkan gadis yang sekarang di samping Ibu" ucap Fatimah yang sudah terisak di samping Putrinya. Sementara Indah, tampak sudah duduk di kasur sambil memeluk tubuh Ibunya yang sedang menangis.

Fatimah menjeda ucapanya, lalu melanjutkan kembali sambil mengelus kepala Putrinya.

"Kamu tau Sayang?, Ibu bahagia sangat. Bahkan ketika pertama kali melihat wajah mu, ibu lupa sakit yang Ibu rasakan Sayang yang ada hanya bahagia namun tidak sampai di situ".

"Ibu dan Ayah membesarkan mu berusaha selalu memberi mu yang terbaik semampu kami, menjaga kamu siang dan malam agar kamu baik-baik saja, bahkan nyamuk pun mengigit mu kami tidak rela Sayang," ucap Ibu yang sudah memeluk Putrinya, sementara Indah juga membalas pelukan Ibunya sambil menangis mendengarkan ucapa Ibunya.

"Lalu bagai mana mungkin Ayah dan Ibu merelakan mu pada lelaki yang sudah kami tau seperti apa kelakuannya?" Fatimah bertanya pada Indah.

"Indah" Fatimah mengangkat dagu Indah, dan metatap manik mata Putrinya yang di penuhi air mata.

"Ibu iklas mengandung, melahirkan, dan membesarkan kamu Sayang. Tapi Ibu tidak akan pernah iklas bila kamu di sakiti" ucap Fatimah pada Indah yang sudah menangis sambil memeluk Putrinya.

Indah diam seribu bahasa berusaha, mencerna ucapan Ibunya entah harus bagai mana. Jujur saat ini indah tidak ingin melukai hati Ibunya, tapi hati kecilnya pun tidak bisa berkata lagi karena cintanya sangat besar kepada Pacarnya itu.

"Bu tapi Indah cinta sama Andra, Indah takut kehilangan Andra Bu" kata Indah meluapkan segala pilu yang ada di hatinya.

"Ibu tau Indah. Ibu tau cinta kamu begitu besar padanya karena selama ini kamu tidak pernah menetang ucapan kami, dan baru kali ini Indah melakukannya dan sekali ini kamu menetangnya langsung menembus relung hati Ibu Indah. Sakit sangat-sangat sakit Nak" ucap Fatimah dengan lembut tapi penuh penekanan dalam kata-kata yang di ucapkanya.

"Pikirkan Sayang kamu harus pikirkan baik-baik dengan keputusan yang kamu ambil, kami tau kamu sudah dewasa bahkan kamu sudah menyelesaikan pedidikan kamu hingga jenjang S2. Ibu tau tidak mudah meraih itu semua kamu tau keputusan apa yang akan kamu ambil Sayang."

Indah bingung, benar-benar bingung lalu Fatimah bangun dari ranjang Indah berjalan keluar dari kamar Putri sematawayangnya itu, memberikan ruang untuk Indah memikirkan keputusan yang akan dia tentukan tentukan.

Setelah Fatimah keluar dari kamar itu dan pintu sudah tertutup, Indah menangis sejadi-jadinya bahkan melempar benda apa saja yang ada di hadapannya.

Kamarnya sudah sangat pecah hancur berantakan, sudah tidak ada lagi yang tidak ia lempari ke dinding semua pecah. Bahkan Indah juga melempar gelas di mana ada fhotonya dan pacarnya di gelas itu.

Serpihan kaca gelas jatuh kelantai menancap di kakinya. Kakinya terasa sakit tapi tidak sebanding dengan sakit yang ia rasakan saat ini.

Kakinya memang berdarah, tapi tidak sebanding dengan luka yang tidak berdarah di hatinya itu jauh lebih sakit, Indah terus berteriak sambil membayangkan wajah Andra, entah apa yang membuatnya bisa sangat memcintai Andra dan Indah tidak bisa jauh dari Andra.

Terpopuler

Comments

Benazier Jasmine

Benazier Jasmine

indah buta karna cinta apa blm liat kelakuan andra

2023-01-06

0

Linda Z

Linda Z

bucin nih si Indah....

2022-08-26

1

Amirha Amirha

Amirha Amirha

aq kira anak remaja yg bru tamat sma ehh ternyata udah S2 duh otak dtaruh dmna ya😂😂😂

2021-08-11

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!