"Haha jangan kaget begitu. Tapi sebelum aku menjelaskan apa tugas kalian, kita masih harus menunggu seseorang lagi," ucap dekan.
"Siapa itu, Pak?" tanya Terry.
KLAKK!
Pintu mendadak terbuka dan tampaknya seorang gadis lagi masuk ke ruangan itu.
"Selamat pagi," sapa si gadis tersebut.
"Loh ...?" tanya Nisa dan Terry terheran-heran secara bersamaan.
Namun, terjadi ketegangan antara Nisa dan gadis yang baru saja datang itu, dialah Natasha. Mereka berdua tak pernah akur, bisa dibilang mereka saling menganggap satu sama lain sebagai musuh. Alasannya adalah karena Natasha menyukai Ricky dan berniat untuk merebutnya dari Nisa.
"Oh, Natasha sudah datang. Nah, sebelum aku menjelaskan, kalian bertiga silakan duduk dulu!" pinta sang dekan.
"Baik Pak," jawab mereka bertiga bersamaan.
Setelah ketiga mahasiswa itu duduk secara berhadapan dengan dekan, pria paruh baya tersebut kembali berucap, "Ehem, tugas khusus yang diberikan kepada kalian ini namanya adalah percobaan praktik lapangan. Tujuan dari proyek ini adalah riset untuk mengetahui secara langsung apakah mahasiswa di universitas ini memang layak dibutuhkan dalam dunia kerja."
"Maaf menyela, tetapi kenapa harus melibatkan aku?" tanya Nisa.
"Hei, kamu itu diberi kepercayaan khusus sama Pak Dekan, harusnya kamu itu merasa terhormat!" bisik Terry.
"Iya-iya ..." ucap Nisa dengan nada malas.
"Haha, tak apa Nisa. Pertanyaanmu itu tetap akan aku jawab. Proyek ini termasuk proyek penting, jadi bukan sembarang orang yang bisa ditunjuk. Karena proyek ini dilakukan khusus untuk beberapa orang, supaya tidak mempengaruhi kegiatan belajar mengajar, jadi pihak universitas memilih kalian bertiga yang nilai akademiknya paling tinggi di seluruh angkatan." ucap Dekan
"Proyek ini kan penting, jadi pasti tidak boleh ada kesalahan. Supaya tetap fokus dengan proyek ini, selama proyek berlangsung kita bebas dari tugas dosen, kan?" tanya Nisa dengan tatapan berharap.
"Soal itu silakan konsultasi sendiri dengan dosen," jawab dekan yang seketika membuat raut wajah Nisa murung.
"Hahh ... paling malas sama si botak," gumam Nisa.
"Lalu apa yang harus kami lakukan, Pak?" tanya Natasha.
"Pertanyaan bagus! Yang harus kalian lakukan sangat sederhana. Kalian hanya diharuskan melamar pekerjaan dengan identitas kalian sendiri sebagai mahasiswa dari universitas ini, tetapi tanpa menyebutkan apapun mengenai proyek percobaan ini! Lalu, aku sarankan kalian untuk menargetkan perusahaan besar. Dan yang paling penting, kalian dilarang memakai perusahaan milik keluarga kalian sendiri!"
"Eh?! Tapi kenapa?" Ketiga orang itu terkejut.
"Aku paham betul latar belakang kalian tidaklah biasa. Pertama Natasha, keluargamu memiliki perusahaan entertainment. Kedua Terry, keluargamu mengelola perusahaan garmen. Lalu Nisa, meskipun tak terlalu besar tapi keluargamu punya department store. Sedangkan proyek ini adalah untuk menguji kemampuan kalian, dan jika kalian menggunakan perusahaan keluarga sendiri maka hasilnya akan meragukan." jelas sang dekan.
"Tapi kenapa proyek percobaan itu baru ada sekarang, Pak? Perasaan tahun-tahun kemarin tidak ada hal seperti ini." tanya Nisa.
"Soal itu karena beberapa hari yang lalu ketika rapat petemuan, ketua komite datang ke universitas dan secara khusus menekankan agar proyek ini dikerjakan. Nah, kalian selaku peringkat tiga besar pasti menjadi pilihan yang terbaik. Dan kamu Nisa, meskipun kamu peringkat tiga tapi kamu punya nilai tertinggi dalam bidang keterampilan. Jadi aku menaruh harapan padamu," ucap dekan.
"Iya Pak ..." jawab Nisa dengan senyum terpaksa.
Sial, menaruh harapan apanya? Pasti dekan kampret ini sengaja mempersulitku.
"Kalian kan bertiga. Jadi, aku harap kalian bisa bekerjasama dengan baik! Jika proyek percobaan ini berhasil, maka perusahaan besar akan secara khusus memprioritaskan universitas kita untuk memenuhi kekurangan tenaga kerja yang kompeten. Jadi kerjakan dengan sungguh-sungguh karena ini demi kebaikan semua orang."
"Baik, Pak ..." jawab mereka bersamaan.
"..." Natasha diam lalu melotot ke arah Nisa.
Aku ini Natasha, dengan latar belakang keluargaku, aku pasti bisa dapat perusahaan besar. Sedangkan kau, Nisa Sania sialan pasti dapat perusahaan jelek untuk proyek ini, sama jeleknya seperti penampilanmu! Harusnya senior Ricky itu milikku, tapi gara-gara kamu jadinya aku diabaikan! sama sekali. Aku benci kau! Dasar jal*ng!
"..." Nisa lalu membalas tatapan Natasha.
Belakangan ini aku sial sekali. Dan sekarang disuruh kerja sama bareng Natasha. Yah ... kalau itu sih mending, tapi kalau bareng si cecunguk Terry ini, rasanya aku mau bertobat!
"Sudah itu saja, jika ada yang ingin ditanyakan silakan temui dosen pembimbing kalian. Sekarang kalian boleh keluar."
"Baik, Pak." Ketiga orang tersebut langsung keluar dari ruangan.
Setelah ketiga orang itu pergi, tingkah laku dekan tampak mencurigakan. Dia mengambil ponselnya dan segera menelpon seseorang. Saat panggilan telepon itu tersambung, sikap yang ditunjukkan oleh dekan jadi sangat sopan.
"Bagaimana? Kau sudah melakukan apa yang aku suruh?" tanya seseorang yang berada di telepon.
"Sudah, saya berhasil menipunya, dan sepertinya dia tidak curiga karena saya mengikutsertakan mahasiswa lain bersamanya. Apakah ada hal lain yang bisa saya lakukan?" tanya dekan.
"Tidak ada. Terima kasih telah mengerjakannya dengan baik."
"Haha, itu bukan apa-apa. Saya bisa melakukan apa saja demi Tuan Besar Kartawijaya. Terlebih lagi Anda selaku sponsor terbesar di universitas ini. Jika ada apa-apa, silakan hubungi saya lagi."
Di sisi lain di luar ruangan dekan, ketiga orang itu saling menatap sinis karena tidak cocok dengan satu sama lain
"Sania, kamu rencananya mau target ke perusahaan mana untuk proyek ini?" tanya Terry pada Nisa.
"Kepo!" jawab Nisa yang langsung berjalan pergi.
"Dasar ... padahal aku tanya supaya nanti nggak sama!" kesal Terry.
"Sudahlah Kak, dia itu memang nyebelin!" celetuk Natasha.
"Ya, soal itu aku juga tahu," jawab Terry.
Sehabis dari ruangan dekan, Nisa tidak mencari dosen pembimbingnya. Dia malah langsung ke kantin karena teringat pesanan milkshake cokelat yang dia titipkan pada Jenny.
Dia menghampiri sebuah meja di mana dia melihat kedua temannya berada di sana. "Loh? Ini kok dua gelas, Jen? Aku kan pesannya cuma satu." Nisa kebingungan.
"Ya, ini sih satu lagi buat dia! Dia juga yang bayar," ucap Jenny sambil menunjuk ke arah belakang Nisa.
Nisa lalu menoleh ke belakang. "Anjirr! Ricky, kok tiba-tiba di sini?!"
"Ya, ini kejutan. Tapi bisa nggak sih gaya bicara kasarmu itu dikurangi? Masa ke pacar sendiri bilang kayak gitu," keluh Ricky.
"Yah ... aku kan kaget jadinya bicara begitu. Ngomong-ngomong ... ini kan masih jam kerja, kamu di rumah sakit?" tanya Nisa yang berusaha mengalihkan topik pembicaraan.
Sial, sekarang Ricky di sini. Tiba-tiba aku teringat soal perjodohan sialan itu.
"Hari ini nggak ada janji temu dengan pasien, makanya kesini. Ditambah ... aku juga sudah kangen denganmu." Ricky membuang muka, terlihat wajahnya yang memerah.
"Sania!" panggil Isma.
"Hm?" tanya Nisa.
"Aku sama Jenny mau pergi. Kita nggak mau jadi nyamuk. Bye!"
Kedua gadis yang merasa jadi pengganggu itu pergi meninggalkan Nisa dan Ricky. Ricky yang senang dengan kepergian mereka berdua langsung mengajak Nisa untuk duduk bersama. Tetapi, saat ini Ricky merasa ada yang janggal dengan tingkah laku pacarnya.
"Nisa, kenapa dari tadi seperti menghindari pandanganku?"
"Eh?!" Nisa terkesiap.
Harus jawab apa nih? Dari tadi aku terus kepikiran soal perjodohan itu. Tapi aku nggak bisa cerita ke Ricky. Maaf Ricky, aku minta maaf banget ...
"Maaf!" ucap Nisa tanpa sadar.
"Hah? Minta maaf soal apa?" tanya Ricky kebingungan.
"S-soal ..."
Ahh ... sial, malah keceplosan. Mulutku kenapa nggak bisa dikontrol?! Tapi sudah terlanjur, jawab terserah deh!
"Anu ... Ricky, tadi malam kan aku membentakmu pas telepon. Kamu nggak sakit hati, kan?" tanya Nisa dengan senyum canggung.
"Hahaha, jadi karena itu. Soal itu jangan terlalu dipikir. Tapi ... ternyata kamu khawatir soal perasaanku, romantis banget sih pacarku ini~" ucap Ricky dengan nada gembira sambil memeluk Nisa.
"Hei, jangan di sini! Ada banyak orang yang melihat!" Nisa tersipu malu lalu menundukkan kepalanya.
Ricky lalu melepaskan pelukannya. "Ayo, aku antar pulang! Kamu nggak ada kelas, kan?" tanya Ricky.
"Iya, ayo pulang!" Nisa bersemangat.
Sebenarnya aku masih ada kelas, tapi masa bodoh dengan itu! Lebih baik aku bolos agar bisa bersama Ricky lebih lama.
Ricky sambil tersenyum lalu menarik tangan Nisa, mereka berdua bergandengan meninggalkan kantin kampus itu.
Namun, di sisi lain dari kejauhan ada yang panas melihat kemesraan pasangan itu. Dia tidak adalah Natasha, saat ini dia sedang bersama dengan teman-temannya yang juga tidak begitu menyukai Nisa.
"Lihat tuh! Dasar cewek barbar, pelukan di tempat umum. Dasar nggak tahu malu! Iya kan, Nat? Natasha?" tanya seseorang.
"Iya ... benar! Dia itu bukan cuma barbar, tapi jal*ng tak tahu malu!" ucap Natasha dengan penuh kekesalan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 198 Episodes
Comments
~**Alfi_Pjm** ~💜💜💜
🤍💜🤍💜🤍💜
2024-03-07
0
Mak Aul
namanya Sania apa Tropical😆
eh serius ding nanya, sania apa nisa tor?
2022-04-11
0
Novriani Damanik
love you thor
2022-01-06
0