Usaha Pelarian Seorang Istri
Nisa Sania Siwidharma, gadis manis yang berumur 19 tahun. Saat ini dia selalu merasa bahwa dirinya sudah cukup bahagia. Terlahir di keluarga yang serba berkecukupan, semua anggota keluarga yang lengkap, mengenyam pendidikan di universitas ternama, terlebih lagi dia punya seorang kekasih yang sangat mencintainya. Hidupnya tampak begitu sempurna.
Namun, mulai dari saat ini hidupnya akan segera berubah. Masalah demi masalah satu per satu mulai menimpa dirinya. Semua itu berawal dari malam ini.
...KISAH DIMULAI...
...-◇-<◇>-◇-...
TAP TAP TAP ...
Suara langkah kaki terdengar menuruni tangga, langkah kaki itu semakin mendekat ke arah ruang keluarga. Gadis yang telah berpakaian piama itu melihat kedua adik laki-laki nya sudah menanti dirinya.
"Maaf, aku sedikit terlambat. Apa film nya sudah mulai, Rei?" tanya Nisa pada Reihan.
"Mau mulai nih, sini Kak cepetan!" teriak Reihan. Nama lengkapnya adalah Reihan Raka Sutadharma, adik pertama Nisa. Kekurangannya banyak, kelebihannya cuma terletak pada wajahnya yang tampan.
"Biar makin asyik aku sudah pesan pizza, tapi nanti Kak Nisa yang bayar!" sahut Dimas. Nama lengkapnya Adimas Rian Sutadharma, yang paling kecil di antara tiga bersaudara. Dia punya mulut yang super blak-blakan.
"Apa-apaan?! Dasar adek sialan, pasti pesan nya yang banyak! Ngaku, nggak?!" bentak Nisa.
"Iya~ terus kenapa? Kakak nggak terima?" tanya Dimas dengan muka minta dihajar.
"Berani sama aku?! Awas ya, sini kutampar mulutmu itu pakai sekop!"
"Wahai Kakak dan Adikku, izinkan diriku ini memberikan nasihat suci. Janganlah dikau sekalian bertengkar, karena itu hanya akan membuat dikau sekalian ketinggalan bagian awal yang menegangkan dari film ini," ucap Reihan sambil menunjuk ke arah televisi.
"Dih, sok suci!" ucap Nisa dan Dimas bersamaan, mereka berdua juga sama-sama memandang Reihan dengan tatapan jijik.
Mereka bertiga akhirnya diam dan menonton film dengan tenang. Saat mereka menikmati film tersebut, ayah mereka tiba-tiba datang. Dia langsung mengambil remote dan mematikan televisi.
"Loh? Kok dimatiin sih?" tanya Nisa dengan ekspresi kesal.
"Iya nih, padahal pas bagian seru-serunya," sahut Reihan.
"Huh, kalian ini ... sudah cukup nonton TV nya!" bentak sang ayah yang kemudian beralih menatap Nisa. "Nisa, ikut ayah sekarang!"
"Ke mana?" tanya Nisa penasaran.
"Ke ruang kerja Ayah, ada hal penting yang harus dibahas denganmu. Lalu untuk Reihan dan Dimas, cepat kembali ke kamar kalian dan belajar!"
"Nggak mau ah, nggak ada PR," jawab Dimas dengan nada malas.
"Iya, mending lanjut nonton film," sahut Reihan.
"Kata siapa belajar cuma sewaktu ada PR?!"
"Kakak!" Reihan dan Dimas sama-sama menuding ke arah Nisa. Tetapi di sisi lain Nisa hanya memasang senyum canggung kepada ayahnya.
"Haiss ... kalian jangan mencontoh kakak kalian yang pemalas. Cepat ke kamar dan belajar!"
"Baik, Ayah ...."
Kedua bocah remaja itu langsung menurut dan pergi dengan pasrah. Sedangkan Nisa, dia diajak pergi ke ruang kerja ayahnya. Sesampainya di sana, Nisa sedikit terkejut karena ibunya juga sudah berada di sana.
"Oh, kau sudah datang. Sini, duduk di sebelah ibu!" ucap sang ibu dengan senyuman yang lembut.
"Baik," jawab Nisa yang kemudian duduk di sofa yang sama dengan ibunya.
Seketika suasana menjadi tegang saat pria itu duduk berhadapan dengan Nisa. Ayah Nisa bernama Gilang Sutadharma, dia adalah seorang direktur utama dari perusahaan milik keluarga, yaitu Moon Department Store.
"Nisa, sebelum ayah mengatakan padamu. Kau harus mempersiapkan diri agar jangan kaget." Gilang merubah ekspresinya dan memberikan isyarat mata kepada Rika, istrinya.
"Ayahmu benar, Nak." Rika kemudian memegang tangan putrinya itu.
"Kenapa sepertinya serius? Sebenarnya ada masalah apa? Ayah sakit atau ibu hamil lagi?"
"Sembarangan!" Rika lalu mencubit tangan Nisa.
"Aww ... sakit Ibu, iya-iya aku nggak akan bicara sembarangan lagi!"
"Huh, lain kali jangan diulangi lagi!" Rika lalu beralih menatap suaminya. "Kau saja yang bilang padanya."
Gilang lalu mengambil napas panjang dan berkata, "Ini memang masalah serius. Masalah ini sudah ayah pertimbangkan dengan baik, sudah ayah diskusikan dengan ibumu juga. Nisa, dengarkan ayah baik-baik! Ayah memutuskan bahwa kau ... akan menikah!"
"Menikah?! Bercanda, ya ...?"
"Tidak."
Setelah mendengar jawaban dari sang ayah, Nisa langsung terdiam beberapa saat. Dia syok dan bingung. Namun setelahnya dia bertingkah aneh, dia melihat ke kanan dan kiri, memperhatikan seluruh isi ruangan. Bahkan dia memeriksa vas bunga yang berada di atas meja.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Gilang dengan tatapan heran.
"Cari kamera tersembunyi. Dengar ya Ayah, ini sama sekali nggak lucu buat konten prank! Penipuan pernikahan itu konten sampah!"
Rika geleng-geleng kepala. "Haiss ... ini bukan prank. Di sini juga tak ada kamera. Ibu mohon bersikap seriuslah, Nisa!"
"Serius? Bagaimana bisa aku serius?! Aku dan Ricky belum ada rencana untuk menikah. Apa Ricky melamarku lewat ayah? Kalau begitu aku akan telepon dia sekarang!" Nisa mulai panik.
"Jangan, tidak perlu telepon dia. Sebelum itu kau dengarkan dulu cerita ayah!" bentak Gilang yang dengan wajah yang terlihat sedikit frustrasi.
"Baik ..." jawab Nisa dengan nada pasrah.
"Lima tahun lalu, saat perusahaan keluarga kita sedang dalam masalah keuangan, ayah dan pamanmu berusaha pergi ke sana kemari mencari bantuan dana. Tapi semua bank saat itu tidak mau memberi pinjaman karena beredar rumor bahwa perusahaan akan segera bangkrut. Semua aset pun sudah digadaikan. Untungnya masih ada satu perusahaan besar yang mau memberi pinjaman."
"Tapi anehnya, perusahaan itu tidak memberi bunga, melainkan ayah harus menandatangani surat perjanjian. Isi dari surat perjanjian itu adalah perusahaan kita bebas meminjam dana sebanyak yang kita mau, tapi jika kita tidak mengembalikan tepat setelah lima tahun, maka kita wajib memenuhi satu syarat apa pun dari perusahaan besar itu."
"Jika kita tidak memenuhi syarat itu maka seluruh aset keluarga kita akan dialihkan ke orang itu. Perjanjian itu atas nama keluarga, bukan perusahaan. Hal ini sudah ayah bicarakan dengan pamanmu. Saat itu ayah langsung merasa ada yang salah, tapi ayah tidak punya pilihan karena perusahaan sangat terancam bangkrut dan tidak ada lagi yang bisa kita andalkan. Jadi ayah terpaksa setuju untuk menandatangani perjanjian itu."
"Berapa jumlah uang yang ayah minta saat itu?" tanya Nisa.
"25 miliar, tapi yang belum kita lunasi sebanyak 2 miliar. Kau tahu sendiri bahwa aktivitas perusahaan bukan cuma melunasi hutang, dan sampai sekarang perusahaan keluarga kita masih berdiri juga merupakan sebuah hal patut disyukuri."
"Lalu batas waktu yang diberikan tinggal tersisa berapa lama?" tanya Nisa lagi.
"Waktu yang tersisa tinggal satu minggu," jawab Gilang dengan nada putus asa.
"Lalu ... soal pernikahan itu?"
"Tiga hari yang lalu, pemilik perusahaan besar itu datang ke perusahaan kita. Dia secara pribadi memberitahu ayah dan pamanmu, bahwa syarat yang dia minta adalah pernikahan. Dia meminta agar salah satu gadis dari keluarga kita harus menikah dengan anak tertuanya. Jika syarat itu dipenuhi maka kita tidak perlu melunasi hutang dan uang yang sudah kita bayarkan senilai 23 miliar juga akan dikembalikan."
"Syaratnya adalah salah satu gadis dari keluarga, tapi kenapa itu harus aku? Aku sudah punya Ricky sebagai pacarku! Kenapa bukan kak Tia anaknya paman saja yang menikah?! Aku tahu dengan jelas saat 5 tahun lalu perusahaan dalam krisis keuangan karena kak Tia! Demi mewujudkan keinginannya menjadi model, paman memberikan banyak dukungan. Tapi malah berakhir dengan ditipu oleh agensi abal-abal! Harusnya kak Tia yang menikah, harusnya dia yang bertanggung jawab!"
"Tapi, pemilik perusahaan itu secara khusus menyebutkan namamu, Nisa. Dia bilang sangat tertarik menjadikanmu sebagai bagian dari keluarganya."
"Terus sekarang Ayah ingin aku bagaimana?! Apa yang kalian orang-orang tua ini ingin aku lakukan?! Apa ayah bermaksud untuk menjualku?! Menjualku demi melunasi hutang?!" tanya Nisa dengan nada kasar.
"Nisa ... kami sama sekali tidak bermaksud menjualmu," ucap Rika.
"Kau pembohong, ibu! Kalian semua bohong! Kalian bilang kalau kalian menyayangiku, tapi nyatanya kalian membesarkanku demi menjadi alat pelunas hutang! Apa ini masih bisa dibilang rasa sayang?!"
Rika menatap sayu. "Ibu mohon dengarkan ibu dulu, Nak. Ibu dan ayah juga sudah punya keputusan lain jika kau menolak. Semuanya tergantung padamu, apa pun keputusan yang akan kau ambil, kami akan menerimanya. Karena kami sebagai orang tua juga punya kesalahan di sini."
"Benar apa yang dibilang ibumu. Kami tidak masalah jika seluruh aset lenyap, tapi kami berharap agar anak-anak kami bahagia. Lagi pula kita masih bisa hidup sebagai petani di desa." ucap Gilang sambil tersenyum tipis.
"Tapi, tolong jangan terlalu egois. Kau masih sangat muda, kau masih belum bisa berpikir terlalu jauh. Memang kau sudah mempunyai Ricky, tapi tidak menutup kemungkinan juga jika suatu saat nanti hubungan kalian berakhir."
"Ayah benar! Dan jika hubunganku dengan Ricky berakhir itu pasti karena kalian! Aku cinta Ricky, dan aku hanya akan bahagia jika bersamanya!" ucap Nisa dengan nada kasar.
"Nisa ... rasa cinta memang penting, tapi pikirkan juga tentang kehidupanmu nantinya. Jika orang yang dijodohkan denganmu adalah seseorang yang cocok, kau pasti juga akan bahagia. Kau jangan menggantungkan seluruh harapanmu pada satu orang."
"Diam! Memangnya Ayah tahu apa tentang cinta?!"
"Dasar bocah, kau lahir ke dunia karena alasan itu!"
"Ukhh ..." Seketika Nisa membisu.
"Aku mau ke kamar. Toh masih satu minggu, kan? Berikan aku waktu untuk berpikir!" ucap Nisa sambil berjalan keluar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 198 Episodes
Comments
💋ShasaVinta💋
udah di rak Fav ku kak.... 👍👍 sukses karyanya kak
2022-05-25
0
Mel Rezki
langsung masukkan rak favorit ❤️❤️
2022-04-11
1
Mak Aul
Salam dan dukungan dari,
_mengasuh calon istri
_tukang ojek itu jodohku
2022-02-15
1